http://suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=72453

PEREMPUAN

15 Juli 2009


    * Oleh Triyono Lukmantoro


Apa yang bisa direfleksikan bagi gerakan politik perempuan setelah
Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2009? Sebagai renungan awal,
kita bisa membaca semangat beberapa calon wakil rakyat perempuan dari
Jawa Tengah ketika menandatangani ‘’Kesepakatan Bersama Caleg
Perempuan’’ di Semarang, beberapa waktu lalu.

KETIKA itu, mereka menyatakan Pemilu 2009 sebagai pasar bebas yang
sulit ditembus. Mereka menyepakati visi dan misi yang sama supaya
keterwakilan perempuan di parlemen bisa diwujudkan. Ada lima komitmen
yang disepakati, yakni a) kesehatan reproduksi, b) kekerasan berbasis
gender, c) trafficking, d) gender budget, dan e) antikorupsi.

Ketika kampanye pilpres berlangsung, Megawati Soekarnoputri sebagai
kandidat presiden mengajak kaum perempuan memilihnya. Apakah strategi
itu menarik minat para pemilih, terutama perempuan? Belum tentu,
karena dominasi politik patriarki tertancap kuat dalam masyarakat.

Politik patriarki tidak hanya hadir dalam kekuasaan yang dikontrol
lelaki. Ada cara berpikir yang menyatakan bahwa politisi laki-laki dan
perempuan sama saja. Mereka tidak bisa memperbaiki kondisi rakyat yang
sengsara.

Agenda yang bisa dijalankan tak hanya meminta para perempuan untuk
memilih caleg perempuan dan capres perempuan. Pemikiran ini masih
eksklusif. Apalagi pilihan perempuan biasanya ditentukan kaum lelaki,
baik karena berstatus kepala keluarga maupun suami.

Problem itu pasti disadari kalangan aktivis perempuan. Kaum laki-laki
seharusnya diajak memilih caleg dan capres perempuan. Itulah strategi
berwatak inklusif. Kaum lelaki tidak diposisikan sebagai musuh,
melainkan mitra yang layak dilibatkan.
Kesadaran Palsu
Keterpinggiran caleg dan capres perempuan dalam dua pesta demokrasi
ini disebabkan dua situasi yang saling terkait, yaitu material
(ekonomi) dan pemikiran (ideologi). Untuk melawan kekuatan ekonomi dan
dogma ideologi patriarkhi ini, strategi yang bisa dijalankan adalah
melakukan kritik. Artinya, merobek selubung kesadaran palsu yang
tertanam mapan dalam kehidupan sosial.

Ide Kamla Bhasin (Menggugat Patriarki, 1996) dapat dibaca sebagai
mekanisme perlawanan terhadap patriarki. Awalnya, Bhasin
mendefinisikan patriarki sebagai ”kekuasaan Bapak”. Setelah itu, dia
menyatakan patriarki tidak selamanya menguntungkan lelaki. Lelaki
sebagai pemegang kuasa patriarkis dipaksa memainkan stereotipe sosial
tertentu yang memaksanya melakukan peran yang menjadi kewajibannya.

Sehingga laki-laki pun tak punya pilihan lain, kecuali harus mengikuti
arus utama, yaitu sebagai pihak yang wajib mencari nafkah dan menjadi
pelindung. Sering tuduhan banci dilontarkan kepada lelaki yang
bersikap sopan dan tak agresif.

Laki-laki yang memperlakukan istrinya sederajat dianggap sebagai
”takut istri”. Strategi merangkul kaum lelaki sebagai sekutu untuk
mendobrak patriarki yang merepresi kaum perempuan dan lelaki harus
dimainkan secara optimal.

Selama ini, cara yang ditempuh untuk menentang kekuasaan patriarkis
sangat sektoral. Laki-laki ditempatkan sebagai musuh yang harus
diperangi. Teknik ini justru menjadikan lelaki bersikap resisten dan
antipati terhadap gerakan politik kaum perempuan.

Gejala ini dapat disimak ketika affirmative action (tindakan peneguhan
sementara) dalam wujud kuota 30 persen keterwakilan perempuan di
parlemen disambut dingin politisi pria dan laki-laki awam. Gerakan ini
seolah-olah ingin melawan eksistensi lelaki, dan bukan hendak
merobohkan sistem kehidupan yang menguntungkan pria dan menyisihkan
perempuan.

Kebijakan affirmative action adalah langkah mewujudkan politik
identitas, yakni munculnya modus pengorganisasian yang berhubungan
dengan ide bahwa ada kelompok sosial tertentu (perempuan) yang
mengalami ketertindasan.
Namun, pada sisi lain, affirmative action dapat dibaca sebagai
”diskriminasi yang berkebalikan”. Laki-laki disingkirkan, perempuan
diistimewakan.
Berjalan Langgeng
Marginalisasi terhadap perempuan tidak hanya dijalankan lelaki, tetapi
juga oleh kaum Hawa sendiri. Itulah sistem yang membentuk struktur
sosial dan berjalan langgeng, karena tidak disadari aktor-aktor sosial
yang terlibat di dalamnya.

Kemitraan lelaki-perempuan untuk melawan patriarki, dengan demikian,
tak sebatas menciptakan solidaritas bagi sesama perempuan tetapi juga
perkawanan (comradeship) yang tidak lagi membedakan status gender.

Keterwakilan perempuan dan perempuan memilih caleg/capres perempuan
masih sebatas isu dalam domain demokrasi formal. Demokrasi jenis ini
mengarahkan terwujudnya pluralisme politis. Artinya, kelompok-kelompok
sosial seperti perempuan, etnis minoritas, ras, keagamaan, atau
pekerja memiliki kepentingan yang sama. Padahal demokrasi yang harus
diperjuangkan, ungkap Ann Ferguson (Sexual Democracy: Women,
Oppression, and Revolution, 1991), bercorak substansial.

Demokrasi substansial melibatkan dua komponen. Pertama, demokrasi
sosial yang menuntut negara mengoperasikan layanan-layanan sosial
seperti pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, dan transportasi.
Semua pihak berpeluang sama untuk terpenuhinya layanan ini, sehingga
mereka mampu berpartisipasi dalam keputusan-keputusan politik.

Kedua, demokrasi ekonomi yang menjadikan kaum pekerja mampu
mengendalikan keputusan persoalan produksi di tempat kerjanya
masing-masing. Pemilu 2009 telah usai. Apa yang bisa direfleksikan
adalah melawan dominasi politik patriarki mestinya tidak hanya dapat
dijalankan dengan ajakan caleg / capres perempuan agar kaum perempuan
memilih mereka.

Pada Pemilu 2014, kaum pria seharusnya dirangkul juga dalam koalisi
perlawanan terhadap patriarki. Sistem kehidupan inilah yang menindas
semua aktor sosial, baik perempuan maupun lelaki, secara sangat rapi.
(32)

—Triyono Lukmantoro, peminat kajian gender dan dosen FISIP Undip Semarang.


------------------------------------

==========================================

MILIS MAJELIS MUDA MUSLIM BANDUNG (M3B)
Milis tempat cerita, curhat atau ngegosip mengenai masalah anak muda dan Islam.

Sekretariat : 
Jl Hegarmanah no 10 Bandung 40141
Telp : (022)2036730, 2032494 Fax : (022) 2034294

Kirim posting mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Berhenti: mailto:majelismuda-unsubscr...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:majelismuda-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:majelismuda-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    majelismuda-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke