----- Forwarded Message ----
From: cenilhippie <trisia_l...@yahoo.com>
To: 99ers-sr-...@yahoogroups.com; hammer teddy <pilotsprojec...@yahoo.com>; 
tino hammer <tinosdeme...@yahoo.com>; angga iguana 
<erlan...@iguana-world-id.com>; anggie hammer <giec...@yahoo.com>; 
vird...@iguana-world-id.com; Prasasti Subandini <prasas...@yahoo.com>; dwi 
feriyati <wieko...@yahoo.com>; zulfah 13 <zulf_e...@yahoo.com>; indra hammer 
<indra_suhen...@yahoo.com>; jacky hammer <jq_guna...@yahoo.com>; hammer bayu 
<beer4bea...@yahoo.com>; hammer derry <theyry_haw...@yahoo.com>
Sent: Thu, March 25, 2010 11:53:41 AM
Subject: Backpacker






  
Disadur dari Harian Jawa Pos, 25 Maret 2010....
Siapa tau ada yang berminat backpacker-an around the world 
Lumayan kalo mo cari tumpangan or penginapan. 
 
cheers,
Bertha
*yg 2thn lalu nyaris tidur di Gare du Nord, Paris Station*
 
 
Anggota Pemburu Bule Jadi Ancaman Terbesar 

Jika ingin berkeliling ke luar negeri, tapi modal pas-pasan, Anda bisa 
menghubungi Nancy Margaretha di Jakarta. Dia telah ditunjuk sebagai country 
ambassador alias duta besar bagi komunitas backpacker dunia untuk Indonesia. 

ZULHAM MUBARAK, Jakarta

--- 

KUNCI melakukan perjalanan keliling dunia, bagi Nancy Margaretha, ternyata 
bukan harus berkantong tebal. Tapi, kejujuran dan keterbukaan. ''Sebab, dua hal 
itu akan membuka akses Anda sehingga bisa berkeliling dunia dengan murah,'' 
ujar ibu tiga anak yang tinggal di daerah Kelapa Gading, Jakarta, tersebut 
kepada Jawa Pos kemarin (24/3).

Nancy tidak sekadar ngomong. Selama lima tahun (2005-2010), sedikitnya 30 
negara sudah dia datangi. Perempuan 31 tahun berambut sebahu tersebut 
menambahkan, sebenarnya trik berjalan-jalan keliling dunia secara murah ada 
pada kemauan seseorang.

Salah satu cara yang paling mudah adalah ikut bergabung dalam komunitas 
backpacker terbesar di dunia yang memiliki situs di couchsurfing. com yang kini 
beranggota sekitar 2 juta backpacker. Komunitas itu memiliki perwakilan di 236 
negara dan 71 ribu kota di seluruh penjuru dunia.

Dengan menjadi anggota situs komunitas backpacker itu, siapa pun bisa 
menghabiskan berbulan-bulan keliling Eropa, Amerika Serikat, hingga Australia 
dengan hanya bermodal tiket pesawat murah. Biaya menjadi murah karena member 
tidak perlu membayar hotel atau penginapan. Mereka diarahkan menjadi ''tamu'' 
di rumah-rumah anggota komunitas tersebut yang tersebar di seluruh penjuru 
dunia.

Nancy lantas menjelaskan secara singkat bahwa couch itu berarti sofa, sedangkan 
pengertiansurfing adalah browsing atau mencari. Jadi, lanjut dia, couchsurfing 
adalah mencari-cari sofa yang bisa diinapi ketika seorang pelancong berada di 
luar negeri. ''Semudah itu,'' ujarnya singkat.

Sistem couchsurfing adalah bertamu dan menginap di rumah para anggota komunitas 
backpacker sedunia. Dari belajar bertamu ke rumah orang lain itu, lanjut Nancy, 
seseorang bisa mengerti apa yang harus dikerjakan. Sebaliknya, mereka juga 
harus mengetahui tata cara ketika sedang menginap di tempat orang lain.

''Dengan demikian, bila suatu saat nanti kita menerima tamu-tamu yang menginap 
di rumah kita, baik tamu lokal maupun internasional, kita sudah tahu cara 
memosisikan diri,'' papar lulusan College University London itu.

Menurut Nancy, awalnya Indonesia tidak termasuk salah satu negara yang diberi 
akses untuk bergabung dalam komunitas tersebut. Sebab, jumlah warga Indonesia 
yang hobi berkeliling dunia dengan modal pas-pasan dan bersedia diinapi orang 
asing di rumah mereka sangat minim. 

Untuk mendapat kepercayaan komunitas bakcpacker dunia tersebut, sejak 2005 
Nancy dan beberapa rekannya sesama pelancong bergerilya ke kota-kota besar di 
Indonesia dan keluar masuk kampus serta lewat media online mengampanyekan hobi 
itu.

Wanita yang berprofesi sebagai programmer tersebut kemudian berhasil meraih 
capaian maksimal. Setelah hampir lima tahun berkampanye secara sukarela sejak 
2005, tahun ini anggota couchsurfing di Indonesia mencapai 10 ribu orang dengan 
akun aktif 6.700. Mereka tersebar di kota-kota besar. 

Di antaranya, dua ribu orang di Jakarta, Surabaya dan Malang (800), Jawa Barat 
(600), Jogja (500), dan sisanya tersebar di Pontianak, Makassar, serta 
Banjarmasin. ''Saya hafal betul karena mereka riil dan kenal jati dirinya,'' 
terang perempuan yang hobi mengoleksi uang koin dari sejumlah negara yang 
dikunjungi tersebut.

Jerih payah Nancy itu lantas diapresiasi komunitas backpacker dunia. Pada 2007, 
dia dikukuhkan menjadi city ambassador (duta besar kota) khusus untuk wilayah 
Jakarta. Setahun kemudian, dia dipercaya menjadi country ambassador (duta besar 
untuk seluruh Indonesia).

Sebagai duta besar, Nancy menyatakan, setiap anggota atau calon anggota 
komunitas pernah berkomunikasi dengan dirinya. Dia pun telah mempelajari latar 
belakang ribuan orang tersebut. Hal itu dilakukan karena dirinya bertugas 
memastikan bahwa anggota komunitas tersebut tak pernah terlibat perkara 
kriminal dan memang bertujuan baik ketika mendaftar di situs backpacker.

Nancy bertanggung jawab mengarahkan para pelancong dari luar negeri yang akan 
menginap di rumah anggota di Indonesia dan sebaliknya. ''Karena saya yang 
menjamin, saya harus berhati-hati dan penuh perhitungan' ' tegasnya.

Langkah awal yang ditempuh untuk mengetahui apa dan siapa anggota komunitas itu 
adalah ketika mereka hadir dalam pertemuan komunitas yang rutin dilakukan di 
berbagai kota. Kegiatan couchsurfing tersebut, kata dia, hampir sama dengan 
kegiatan-kegiatan berinteraksi sosial lain. 

Misalnya, traveling bersama dalam sebuah grup Travelmates dan dimulai dari 
keliling Indonesia sampai keliling dunia. Selain itu, mengadakan workshop dan 
sharing informasi serta pengalaman bagaimana cara bepergian semurah-murahnya 
tapi tetap aman, nyaman, dan menyenangkan.

Ketika bertemu itulah, rutinitas cek dan kroscektersebut dilakukan untuk 
mengenali anggota serta menjamin siapa pun yang menjadi anggota memenuhi asas 
kejujuran dan keterbukaan. ''Artinya, saya percaya bahwa ketika seorang 
pelancong asing menginap di tempat mereka atau ketika mereka hendak pergi ke 
luar negeri, saya tidak khawatir,'' lanjutnya.

Tapi, menurut dia, para anggota couchsurfing tidak selalu berasal dari kalangan 
baik-baik saja. Dia menyatakan kerap bertemu komunitas wanita ''pemburu bule'' 
dan pencari kenikmatan seksual. Lazimnya, kata dia, orang-orang itu mendaftar 
menjadi anggota dan berharap bertemu pelancong yang bisa diajak ke tempat 
tidur. Bila beruntung, mereka bisa mendapatkan suami atau istri dari ras 
tertentu. ''Itu adalah ancaman terbesar kami dalam memelihara komunitas ini,'' 
tegasnya.

Karena itu, untuk memperketat anggota baru, akun yang tidak dipakai selama enam 
bulan dan tidak aktif dalam pertemuan komunitas akan dimatikan. Selain itu, 
jika dalam pertemuan komunitas sudah ''mencium'' indikasi adanya wanita atau 
pria ''pemburu bule'', Nancy pasti segera mengeluarkan mereka dari komunitas. 
''Saya memang kasar. Artinya, kalau ketahuan seperti itu, ya langsung saya 
pribadi yang akan mengeluarkan dan menutup aksesnya,'' ujarnya.

Tapi, hal itu juga berlaku sebaliknya. Saat ini, Nancy sudah menampung 
sedikitnya 200 pelancong dari luar negeri di rumahnya. Ketika itu, dirinya juga 
menemukan hal serupa. Yakni, para pelancong yang berniat mencari teman wanita 
atau pria dari Indonesia. 

''Kalau saya temukan indikasi mereka nakal dan cari-cari untung, langsung saya 
usir dan itu juga saya sarankan kepada para anggota lain. Selanjutnya, akun 
orang tersebut diblokir, sehingga tidak akan bisa mendapat akses serupa di 
seluruh dunia,'' paparnya.

Penulis buku Backpacking Modal Jempol Keliling Eropa 500 Ribu Per Bulan itu 
mengungkapkan, dirinya membenci kebiasaan orang Eropa dan orang kulit putih 
yang selalu merasa dominan serta cenderung merendahkan orang Asia. Karena itu, 
dia selalu mengampanyekan agar para anggota couchsurfing di Indonesia tidak 
terlalu meninggikan dan sebaliknya agar tamu dari luar negeri tidak terlalu 
merendahkan anggotanya. 

''Sebab, sebenarnya kita semua sama-sama manusia. Jadi, tidak saling 
merendahkan, tapi harus saling menghormati, '' tegasnya.

Walaupun tidak mendapat keuntungan finansial dari kegiatan tersebut, Nancy 
menyatakan sudah mendapat keuntungan lain. Yakni, kemudahan akses jika dirinya 
hendak bepergian ke mana-mana. Melalui jaringan anggotanya, dia bisa berpindah 
dari rumah ke rumah dan berkeliling Indonesia. 

Bahkan, yang paling berkesan adalah ketika dia melakukan perjalanan ke Eropa 
tahun lalu. Ketika dirinya menyatakan hendak berangkat di situs backpacker, 
tercatat ada 2.600 orang yang menawarkan diri menampung Nancy selama berada di 
Eropa. 

Dengan kemudahan itu, dia pun bisa menikmati keuntungan menjadi duta besar 
couchsurfing. ''Karena ini adalah jaringan silaturahmi, tentu kebahagiaan 
tersendiri bila kita saling bersilaturahmi antara warga dunia,'' katanya 
mengakhiri wawancara. (c5/kum)



 



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke