MEDITASI DENGAN AL QUR'AN   Oleh: Ahmad Muhyiddin Yusri
   
      Dunia pengobatan semenjak dahulu selalu berjalan seiring dengan kehidupan 
umat manusia. Karena sebagai mahluk hidup, manusia amatlah akrab dengan 
berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk terlepas dari 
segala macam penyakit inilah yang mendorong manusia untuk membuat upaya 
menyingkap berbagai metode pengobatan, mulai dari mengkonsumsi berbagai jenis 
obat-obatan, baik berupa tumbuh-tumbuhan secara tunggal maupun yang sudah 
terkomposisikan, yang diyakini berkhasiat menyembuhkan jenis penyakit tertentu, 
atau sistim pemijatan, pembekaman, hingga operasi pembedahan. Semua dilakukan 
dengan trial dan error. 
   
      Teknologi medis boleh saja semakin modern dan canggih, namun perkembangan 
jenis penyakit juga tidak kalah cepatnya ber-regenerasi. Sementara banyak 
manusia yang tidak menyadari bahwa Allah tidak pernah menciptakan manusia 
dengan ditinggalkan begitu saja. Setiap kali penyakit muncul, pasti Allah juga 
menciptakan obatnya. Hanya ada manusia yang mengetahuinya dan ada juga yang 
tidak mengetahuinya. 
   
      Namun tentu semua jenis pengobatan dan obat-obatan tersebut hanya terasa 
khasiatnya bila disertai dengan sugesti dan keyakinan. Disinilah kekuatan Do'a 
- Dzikir, maka Islam mengenal istilah do'a dan keyakinan. Dengan pengobatan 
yang tepat (tentunya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman puluhan tahun), 
dosis obat yang sesuai disertai doa dan keyakinan, tidak ada penyakit yang 
tidak bisa disembuhkan terkecuali maut.
   
      Merujuk pada praktek-praktek agung tasawuf praktis, praktik-praktik sufi, 
seperti sholat, dzikir, tafakur (meditasi), ternyata tidak sekedar 
ritual-ritual tanpa makna. Dibalik praktik-praktik sufi tersebut, tersimpan 
potensi-potensi penyembuhan  bagi penyakit-penyakit yang tidak bisa disembuhkan 
oleh kedokteran modern, seperti kanker, strooke, kerusakan kromosom/DNA, dan 
jenis-jenis penyakit emosional, psikologis dan non medis.[1] 
   
      Bahwa untuk mengatasi kekecewaan, kita harus mencari sumbernya dulu yaitu 
pikiran. Untuk mengatasinya bisa dengan latihan meditasi. Belajar meditasi 
merupakan bagian dari latihan mengendalikan pikiran.[2] Meditasi adalah latihan 
konsentrasi yang dapat digunakan untuk mempertajam tehnik dan meningkatkan 
kepekaan terhadap suasana sekitar.[3] 
   
  I.           PENGERTIAN MEDITASI 
   
      Perkataan Meditasi itu sendiri diserap dari bahasa Latin, meditatio yang 
berarti merenungkan dan juga berakar dari kata Mederi (kesehatan) dari kata ini 
pula diserap kata medisin. Jadi jelas meditasi itu sebenarnya baik bagi 
kesehatan. Dalam bahasa Indonesia, Meditasi, yang menurut Kamus Besar Bahasa 
Indonesia, adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Jadi 
bermeditasi adalah memusatkan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu,[4] 
tetapi kata meditasi itu lebih dikenal dengan nama samedi yang diserap dari  
bahasa Sansekerta, samadhi yang juga disebut dhyana atau pranayama.[5] Samedi 
itu artinya meditasi dalam bahasa Sangsekerta atau dalam bahasa Ibrani = hagah. 
Dalam Alkitab bahasa Inggris perkataan tsb diterjemahkan sebagai Meditation.[6]
   
      Sedangkan pengertian meditasi dalam kamus Cambridge International 
Dictionary of English, adalah: 
   
    Meditate is to think seriously (about something), esp. for a long time · if 
you meditate, you give your attention to one thing, and do not think about 
anything else, usually as a religious activity or as way calming or relaxing 
your mind. Meditation is serious thought or study, or the product of this 
activity. Meditation is also the act of giving your attention to only one 
thing, either as a religious activity or as a way of becoming calm and relaxed: 
prayer and meditation.[7]
   
  Kata 'meditasi' [meditation] didefinisikan sebagai "praktek berpikir secara 
mendalam dalam keheningan, terutama untuk alasan keagamaan atau  untuk membuat 
batin tenang." (Oxford Advanced Learner's Dictionary). Dalam kamus yang 
bersifat umum ini, 'meditasi' dianggap sebagai proses 'berpikir'. Ini hampir 
sama dengan 'kontemplasi' yang didefinisikan secara persis sama. Tetapi kalau 
dikaji secara lebih mendalam dan dipraktekkan, akan ternyata bahwa di dalam 
'meditasi' justru proses berpikir berhenti untuk sementara. Pada dasarnya, 
'meditasi' adalah "pemusatan perhatian pada suatu obyek batin secara 
terus-menerus." Memang ada obyek-obyek meditasi tertentu yang berupa pikiran 
atau ide/konsep, sehingga terjadi tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan 
secara tegas antara 'meditasi' dan 'kontemplasi'. 
   
  Dengan demikian, meditasi adalah cara lain untuk memahami diri, yang berbeda 
dengan introspeksi. Justru pemahaman yang diperoleh dari meditasi jauh lebih 
tepat dan sesuai dengan keadaan sebenarnya dibandingkan dengan pemahaman dari 
introspeksi yang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan pikiran yang tidak 
disadari sehingga memberikan hasil yang bias. Di samping itu,pemahaman diri 
yang diperoleh dari meditasi bersifat transformatif (mengubah), oleh karena 
pemahaman itu melibatkan seluruh aspek diri (kognitif, afektif, volisional[8] 
dsb). Di lain pihak, pemahaman melalui introspeksi kebanyakan hanya bersifat 
kognitif saja, sehingga biasanya tidak banyak perubahan yang terjadi.[9]
   
  Ada juga yang memberi pengertian bahwa meditasi yang sering kita dengar 
mempunyai pengertian yaitu: sikap menenangkan pikiran dengan cara-cara tertentu 
di mana pikiran kita sampai menemukan sensasi-sensasi sehingga menimbulkan rasa 
damai dalam hati untuk mencapai ketenangan jiwa (ruhani).[10] Dan ada juga yang 
mengartikan bahwa meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran 
untuk tujuan mengatur pikiran dengan usaha kita. Meditasi dapat didefinisikan 
sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat beberapa orang dengan 
Tuhan. Kita meditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, tidak bernama. Karena 
Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan tidak mempunyai nama, tidak juga 
mempunyai kwalitas atau lambang-lambang.[11] 
  
 
  Perbedaan Konsentrasi dan Meditasi 
  

Terdapat perbedaan jelas antara konsentrasi dan meditasi, meskipun keduanya 
dalam pelaksanaannya berhubungan. Pengertian konsentrasi ialah untuk memahami 
dan menguasai pikiran-perasaan sehingga ia tidak lagi menanggapi dengan kacau 
terhadap suatu peristiwa. Latihan-latihan konsentrasi adalah suatu pendidikan 
kembali mengenai tekniknya pikiran-rendah, sehingga ia menurut perintahnya sang 
Pribadi, dan menghentikan sifatnya yang bergerak kian kemari dan tidak menentu. 
[12] Atau dengan kata lain, konsentrasi adalah sebuah upaya keras (baca: 
dipaksa) untuk memusatkan pada sesuatu, hal ini dianggap bukanlah 
bagian/tahapan meditasi.[13] 
   
  Sedangkan tujuan meditasi ialah melatih pikiran, dalam keadaan tenang, dan 
beristirahat/berhenti pada pokok yang dipilih, lebih baik pada hal yang 
mengandung arti yang dalam dan rohaniah, sehingga pokok-caranya dapat 
membukakan kesadaran yang sedang bermeditasi akan arti makna yang lebih luas 
dan dalam.[14] 
   
  Dalam ajaran Budha terdapat sebuah tahapan meditasi, yaitu Dharana yang 
berarti pemusatan perhatian tanpa paksaan. Pemusatan perhatian tidaklah berarti 
anda kosong. Sebagaimana namanya pemusatan perhatian, perhatian anda 
tertunjukkan pada sesuatu. Tidak dianjurkan bagi anda untuk berada dalam 
keadaan kosong seratus persen karena ini mungkin dapat membiarkan masuknya 
kekuatan dari luar yang dapat mengganggu. Meditasi tingkat tinggi biasanya 
mengajarkan untuk memusatkan perhatian ke cakra mahkota untuk menerima lebih 
banyak kekuatan
spiritual, atau ke antara alis mata untuk membangkitkan mata spiritual,
ataupun ke cakra jantung untuk memberikan lebih banyak kekuatan
kepada roh. Jadi, tidaklah kosong sama sekali.[15]   
   
   
  II.         MANFAAT MEDITASI 
   
  Menurut ajaran Buddhis, meditasi adalah suatu cara untuk mengembangkan bathin 
menuju taraf kesempurnaan yang selanjutnya menjadi dasar dari kebijaksanaan. 
Latinan meditasi dengan pemusatan fikiran pada pernafasan disebut Anaspanasati. 
Dengan metode ini, fikiran tetap terjaga dengan baik dan senantiasa terkontrol, 
dengan demikian membuahkan jasmani dan rohani yang selalu jernih dan segar. 
Juga daya fikir bertambah kuat dan tajam, membawa pada kecerdasan otak.[16] 
   
  Meditasi bisa mengurangi kecemasan telah diselidiki oleh tokoh-tokoh sarjana 
Barat, seperti pada penyelidikan Zen Meditation, dan kemudian pada penyelidikan 
Transcendental Meditation.[17] Tetapi kajian di barat juga telah membuktikan 
33% hingga 50% mereka yang melakukan meditasi tanpa teknik yang betul akan 
mengalami peningkatan dalan tekanan darah, stress, kemurungan serta mudah 
marah. Maka jika anda benar-benar ingin mendalami meditasi, pastikan anda 
dilatih oleh mereka benar-benar mahir dan berpengalaman serta mampu memberi 
penjelasan untuk setiap keadaan. 
   
  Dalam latihan Meditasi Islam, perkara yang harus diperhatikan ialah bagaimana 
mereka dapat menemukan makna dan tujuan hidup yang memberikan sense of 
direction, justeru dapat mengatasi pelbagai masalah serta meningkatkan 
produktivitas dan meningkatkan kesehatan.[18] 
   
  Tujuan dari meditasi ini adalah kesunyian yang indah, keheningan dan 
kejernihan pikiran.[19] 
  III.       AGAMA DAN MEDITASI 
   
  Meditasi bukan hanya dikenal oleh agama yang berasal dari India & Tiongkok 
saja bahkan hampir disemua agama mereka mempraktekan meditasi. Meditasi dalam 
agama Yahudi dikenal dengan nama hitbonenut ini bisa dibaca di Kabbalah 
sedangkan bangsa Yunani kuno mengenal meditasi dengan nama "Gnothi se auton" = 
"mengenal diri sendiri".[20] 


  Menurut kepercayaan orang India/Hindu, bahwa di udara bebas ini terdapat 
unsu-unsur gaib yang bersatu dengan zat asam (oksigen). Unsur-unsur gaib itu 
berupa zat yang sangat halus sebagai inti dari segala zat yang menjadi roh dari 
alam. Zat tersebut sedemikian halusnya hingga tak dapat ditanggapi dengan panca 
indera, maupun dengan alat-alat apapun. 
  
Zat ini mempunyai tenaga gaib yang amat berkuasa untuk berbagai macam 
kepentingan, antara lain untuk penyembuhan penyakit. Zat inilah yang mereka 
beri nama Prana. Cara mendapatkan zat gaib atau prana tadi ialah dengan jalan 
pernafasan yang diatur dengan irama tertentu, yang menurut kepercayaan mereka 
sesuai dengan irama gerakan alam.[21] 
  
    Beberapa cara meditasi melibatkan pengulangan suara tertentu ecara 
internal, dan menganjurkan kepada para pelakunya agar tidak terlalu melakukan 
konsentrasi.  Teknik seperti itu akan menyegarkan dan membuat orang relaks, 
namun untuk peningkatan rohani, konsentrasi tetaplah sangat perlu - yaitu usaha 
intensif untuk memfokuskan pikiran pada mantra.[22] 
  
    Meditasi ada dua macam, yaitu meditasi duduk dan meditasi gerak (Tai-Chi). 
Meditasi duduk ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Islam jauh sebelum 
Sidharta Gauthama lahir melalui ajaran Budhi Dharma. Meditasi ini juga sering 
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika sebelum dan sesudah diangkat menjadi 
Nabi dan Rasul, yang pada saat itu disebut dengan berkhalwat dan tahannuts. 
Beliau melakukan meditasi di Gua Hira, ketika menghadapi masalah yang menimpa 
diri dan umatnya. Seperti halnya meditasi duduk, meditasi gerak juga sudah ada 
dalam ajaran Islam yaitu dalam bentuk gerakan shalat.[23] 
  
 
  IV.       ISLAM DAN MEDITASI 
   
  Salah satu fase penting yang secara simbolik sering disebut sebagai 
mencerminkan corak misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah saat dia 
ber-tahannuts atau melakukan meditasi di Hira, sebuah gua di luar kota Mekah. 
Setelah nabi mendapat wahyu pada 610 M, dia tidak terus tinggal di sana, 
menikmati meditasi yang soliter, menjauhkan diri dari masyarakat. Sebaliknya, 
ia balik ke kota, mendakwahkan ajaran-ajaran, dan melakukan apa yang dalam 
istilah sekarang disebut sebagai ‘transformasi sosial’.[24] 
   
  Pada saat selanjutnya, Nabi saw pergi ke gua Hira hanya untuk bertemu dengan 
malaikat Jibril dengan tujuan tasmi’ (memperdengarkan) hafalan Alqur’an beliau 
dihadapan Jibril. Maka, Gua Hira bukanlah tempat bertahannuts seperti yang 
dilakukan beliau sebelum diangkat menjadi Rasul. Tetapi dijadikan tempat untuk 
mengoreksi ayat-ayat Alqur’an yang telah diterimanya. 
   
  A.    Alqur’an dan Kesehatan 
  Arti ”Qur’an” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. 
Subhi Al Salih berarti ”bacaan”, asal kata qara`a. Kata Alqur’an itu berbentuk 
masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru` (dibaca). Adapun definisi Alqur’an 
adalah: ”Kalam Allah swt. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) 
kepada nabi Muhammad saw. dan ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan 
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.”[25] 
   
  Banyak ayat Al Qur'an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al Qur'an 
itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat bagi orang-orang yang mukmin. 
   
  "Dan kami menurunkan Al Qur'an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang 
yang mu'min." (QS. Al Isra/17: 82) 
  
  ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan 
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi 
tentram.” (QS. Ar Ra’d/13: 28) 
   
  Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur'an yaitu "Asysyifâ" yang 
artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh. 
   
  "Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu 
dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang 
yang beriman." (QS. Yunus/10: 57) 
   
  Di samping  Al Qur'an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan  
tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sebagai sumber dari 
pembuat obat-obatan. 
   
  "Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, korma, anggur dan 
buah-buahan lain selengkapnya, sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat 
tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan". (QS. 
An-Nahl/16: 11) 
   
   
  "Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah 
jalan-jalan yang telah digariskan tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu 
keluar minuman madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk 
manusia .Di alamnya terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang 
mau memikirkan".[26] (QS. An-Nahl/16: 69) 
   
  Berdasarkan keterangan tadi, dapat dipastikan bahwa orang yang membaca 
Alqur’an akan merasakan ketenangan jiwa. 
   
  Banyak pula hadits Nabi yang menerangkan tentang keutamaan membacanya dan 
menghafalnya atau bahkan mempelajarinya. 
   
  
  ”Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alqur’an dan 
mengajarkannya.” (HR, Bukhori) 
   
  
  ”Siapa saja yang disibukkan oleh Alqur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku, 
dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama 
daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan 
keutamaannya Kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan 
Allah atas makhluk-Nya.” (HR. At Turmudzi) 
  
  ”Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu ’rumah’ (masjid) Allah, mereka 
membaca Alqur’an dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketentraman, 
mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah 
menyebut-nyebut mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)[27] 
   
  
  “Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Alqur’an”[28] (HR. Ibnu 
Majah dan Ibnu Mas’ud) 
   
  Dan masih banyak lagi dalil yang menerangkan bahwa berbagai penyakit dapat 
disembuhkan dengan membaca atau dibacakan ayat-ayat Alqur’an (lihat Assuyuthi, 
Jalaluddin, Al Qur’an sebagai Penyembuh (Alqur’an asy Syâfî), terj. Achmad 
Sunarto, Semarang, CV. Surya Angkasa Semarang, cet. I, 1995). 
   
  Walaupun tidak dibarengi dengan data ilmiah, Syaikh Ibrahim bin Ismail dalam 
karyanya Ta'lim al Muta'alim halaman 41, sebuah kitab yang mengupas tata krama 
mencari ilmu berkata, "Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang 
kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan 
melaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Alquran sambil melihat kepada 
mushaf". Selanjutnya ia berkata, "Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan 
terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca 
Alquran". 
   
  Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar 
Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan 
ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun 
bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. 
   
  Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai 
macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi 
objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. 
Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk 
mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit 
terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan 
Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan 
penyembuhan penyakit. 
   
  Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang 
dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang 
disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, 
disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi 
mereka yang mendengarkannya. 
   
  Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad 
Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 
orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut 
sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa 
yang akan diperdengarkannya adalah Alquran. 
   
  Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni 
membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari 
Alquran. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika 
mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika 
mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alquran. 
   
  Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal 
tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan 
Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang 
berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape 
recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.[29] Baca pula 
skripsi yang telah dilakukan oleh Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas 
Islam Negeri Jakarta, yang telah melakukan penelitian mengenai pengaruh 
mendengar ayat-ayat suci Alqur’an dan mendengar lagu-lagu klasik. 
   
  Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki 
Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh 
besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik 
dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) 
seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan 
Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
   
  Mahabenar Allah yang telah berfirman, "Dan apabila dibacakan Alquran, 
simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" 
(Q.S. 7: 204). 
   
  Atau juga, "Dan Kami telah menurunkan dari Alquran, suatu yang menjadi 
penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu 
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian" (Q.S. 17: 82). 
   
  Atau, "Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi 
tentram" (Q.S. 13: 28).[30] 
  B.    Unsur Meditasi Alqur’an 
   
  Kitab ini, tentu saja bukanlah sebuah buku sains ataupun buku kedokteran, 
namun Alqur’an menyebut dirinya sebagai “penyembut penyakit”, yang oleh kaum 
Muslim diartikan bahwa petunjuk yang dikandungnya akan membawa manusia pada 
kesehatan spiritual, psikologis, dan fisik.[31] 
   
  Kesembuhan menggunakan Alqur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan 
dengannya, dan mendengarkannya. Membaca, mendengar, memperhatikan dan 
berdekatan dengannya ialah bahwasanya Alqur’an itu dibaca di sisi orang yang 
sedang menderita sakit sehingga akan turun rahmat kepada mereka. Allah saw 
menjelaskan, “Dan apabila dibacakan Alqur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan 
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al A’raf: 204) 
   
  Menurut hemat penulis, salah satu unsur yang dapat dikatakan meditasi dalam 
Alquran adalah, pertama, auto sugesti, dan kedua, adalah hukum-hukum bacaan 
yaitu waqaf. 
    
    
     Aspek Auto Sugesti 

  Alqur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan firman-firman Allah. 
Banyak sekali nasihat-nasihat, berita-berita kabar gembira bagi orang yang 
beriman dan beramal sholeh, dan berita-berita ancaman bagi mereka yang tidak 
beriman dan atau tidak beramal sholeh. Maka, alqur’an berisikan ucapan-ucapan 
yang baik, yang dalam istilah Alqur’an sendiri, ahsan alhadits[32]. Kata-kata 
yang penuh kebaikan sering memberikan efek auto sugesti yang positif dan yang 
akan menimbulkan ketenangan 
   
  Platonov telah membuktikan dalam eksperimennya bahwa kata-kata sebagai suatu 
Conditioned Stimulus (Premis dari Pavlov) memang benar-benar menimbulkan 
perubahan sesuai dengan arti atau makna kata-kata tersebut pada diri manusia. 
Pada eksperimen Plotonov, kata-kata yang digunakan adalah “tidur, tidur” dan 
memang individu tersebut akhirnya tertidur.[33] 
   
  Pikiran dan tubuh dapat berinteraksi dengan cara yang amat beragam untuk 
menimbulkan kesehatan atau penyakit.[34] 
   
  Zakiah Daradjat mengatakan bahwa sembahyang, do’a-do’a dan permohonan ampun 
kepada Allah, semuanya merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan 
mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa kepada orang-orang yang 
melakukannya.[35] 
   
    
    
     Relaksasi 

    
    
     Aspek Waqof 

  Alqur’an adalah sebuah kitab suci yang mempunyai kode etik dalam membacanya. 
Membaca Alqur’an tidak seperti membaca bacaan-bacaan lainnya. Membaca Alqur’an 
harus tanpa nafas dalam pengertian sang pembaca harus membaca dengan sekali 
nafas hingga kalimat-kalimat tertentu atau hingga tanda-tanda tertentu yang 
dalam istilah ilmu tajwid dinamakan waqaf. Jika si pembaca berhenti pada tempat 
yang tidak semestinya maka dia harus membaca ulang kata atau kalimat 
sebelumnya. 
   
  Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Alqur’an, baik di akhir 
ayat maupun di tengah ayat dan disertai nafas. Mengikuti tanda-tanda waqof yang 
ada dalam Alqur’an, kedudukannya tidak dihukumi wajib syar’i bagi yang 
melanggarnya.[36] Walaupun jika berhenti dengan sengaja pada kalimat-kalimat 
tertentu yang dapat merusak arti dan makna yang dimaksud, maka hukumnya haram. 
   
  Jadi cara membaca Alqur’an itu bisa disesuaikan dengan tanda-tanda waqaf 
dalam Alqur’an atau disesuaikan dengan kemampuan si pembaca dengan syarat bahwa 
bacaan yang dibacanya tidak berubah arti atau makna. 
   
    
     Waqaf dalam Alquran 

  -        Tanda awal atau akhir ayat 
  -        Tanda awal atau akhir surat 
  -        Tanda-tanda waqaf 
   
    
     Kemampuan nafas pembaca 

  Siapa saja bisa boleh membaca Alqur’an, baik anak kecil, muda maupun tua, 
baik pria maupun wanita selagi mereka dalam keadaan suci atau berwudlu. Jadi 
bagaimanapun kemampuan mereka bernafas mereka boleh membaca Alqur’an. Berhenti 
berdasarkan kemampuan nafas pembaca, dalam ilmu tajwid, bisa dikategorikan 
dalam bagian-bagian waqaf.[37] 
   
  
  Adapula beberapa penekanan nafas dalam membaca Alqur’an. Penekanan-penekanan 
tersebut dalam ilmu tajwid dinamakan mad.[38] 
   
  Indonesia adalah negara yang mayoritas umat Islam menerapkan hukum-hukum 
membaca Alqur’an menurut Rowi[39] Hafsh[40] yang telah berguru kepada imam[41] 
‘Ashim.[42] Adapun hukum-hukum bacaan mad dalam ilmu Tajwid menurut Rowi Hafsh 
adalah:  
   
  1.     Mad Munfashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam 
kalimat yang terpisah.[43] Cara baca hukum ini 4 harakat.[44] 
  2.     Mad Muttashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam 
satu kalimat.[45] Cara membaca hukum ini adalah 4 harakat.[46] 
  3.     Mad Badal, yaitu apabila terdapat hamzah yang berharakat bertemu 
dengan huruf mad yang sukun. Cara membaca hukum ini adalah 2 harakat.[47] 
   
  C.    Waktu Meditasi dengan Alqur’an 
   
  Pada hakikatnya tidak ada waktu yang makruh untuk membaca/meditasi Alqur’an, 
hanya saja memang ada beberapa dalil yang menerangkan bahwa ada waktu-waktu 
yang lebih utama dari waktu-waktu yang lainnya untuk membaca Alqur’an. 
Waktu-waktu tersebut adalah: 
   
  1.     Dalam sholat 
   
  Annawawi berkata; “Waktu-waktu pilihan yang paling utama untuk membaca 
Alqur’an ialah dalam sholat.” 
  Al Baihaqi meriwayatkan dalam asy Syu’ab dari Ka’ab r.a. ia berkata: “Allah 
telah memilih negri-negeri, maka negri-negeri yang lebih dicintai Allah ialah 
negri al Haram (Mekkah). Allah telah memilih zaman, maka zaman yang lebih 
dicintai Allah ialah bulan-bulan haram. Dan bulan yang lebih dicintai Allah 
ialah bulan dzulhijjah. Hari-hari bulan Dzulhijjah yang lebih dicintai Allah 
ialah sepuluh hari yang pertama. Allah telah memilih hari-hari, maka hari yang 
lebih dicintai Allah ialah hari Jum’at. Malam-malam yang lebih dicintai Allah 
ialah malam Qadar. Allah telah memilih waktu-waktu malam dan siang, maka waktu 
yang lebih dicintai Allah ialah waktu-waktu sholat yang lima waktu. Allah telah 
memilih kalam-kalam (perkataan), maka kalam yang dicintai Allah adalah lafadz 
“La ilâha illallâh wallâhu akbar wa subhanallâhi wal hamdulillâh.”[48] 
   
  2.     Malam hari 
  Waktu-waktu yang paling utama untuk membaca Alqur’an selain waktu sholat 
adalah waktu malam, Allah menegaskan, “Di antara Ahli Kitab itu ada golongan 
yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam 
hari, sedang mereka juga bersujud (sholat).” (QS. Ali ‘Imron/3: 113) 
  Waktu malam ini pun dibagi menadi 2: 
  –        antara waktu Maghrib dan Isya 
  –        bagian malam yang terakhir 
   
  3.     Setelah Subuh 
      
  PENUTUP 
   
  Penulis menyadari bahwa kajian ini tidaklah tuntas membahas aspek-aspek 
meditasi dalam membaca Alqur’an. Tapi mudah-mudahan ini merupakan langkah awal 
untuk bisa lebih membuktikan unsur-unsur kesehatan dari Alqur’an, baik 
makna-maknanya, cara membacanya maupun lainnya. 
   
  Source: 
  http://psikolog2.tripod.com/meditasiquran.htm


"Keep me away from the wisdom which does not cry, the philosophy which does not 
laugh and the greatness which does not bow before children."
   
  - Kahlil Gibran - 
   
  http://www.friendster.com/edobrewok

                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Everyone is raving about the  all-new Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



Quotes : 
" Spirituality is essentially a journey within. You need no preparations, no 
luggage to carry - nothing absolutely. What you need is just : LOVE ! And this 
Love, can only come as an after effect of self-actualization, achieved though 
the practice of meditative way of life."
- Anand Krishna - 

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://asia.docs.yahoo.com/info/terms
 


Kirim email ke