Cinta Yang Membahagiakan

By: M. Agus Syafii

Cinta itu membahagiakan. Apabila orang yang kita cintai jatuh terpuruk 
melakukan kesalahan kemudian kita yang menguatkan dan memberikan semangat untuk 
menjaga diri agar tidak terperosok pada lubang yang sama, karena kekuatan cinta 
sanggup memulihkan orang yang kita cintai dari keterpurukan. Cinta yang sanggup 
memulihkan apabila dilandasi dengan kekuatan cinta yang hanya berharap 
menggapai keridhaan Allah. Itulah yang terjadi pada seorang ibu, siang itu 
bagai tersambar petir, hatinya terasa perih, tubuhnya lemas, dihempas gelombang 
kehidupan, dunianya seolah runtuh, bagaimana mungkin, pernikahan yang dibina 
belum genap tiga tahun dengan bayi mungilnya, tiba-tiba sang suami mengajukan 
gugatan cerai. Pernikahannya relatif tidak ada permasalahan yang berarti. 
Terasa masih segar diingatannya. Ketika sang suami pamit untuk dinas keluar 
kota. Selama beberapa waktu. Kerinduan terobati lewat hape, terkadang SMS, 
semuanya berjalan begitu terasa indah. Sampai
 kemudian suami mulai susah dihubungi. SMS tidak pernah lagi dibalasnya.

Meskipun demikian sebagai seorang istri, dirinya tidak pernah berprasangka 
buruk terhadap suami. 'Mungkin memang benar-benar sibuk' pikirnya. Hari demi 
hari dilalui tanpa ada kabar dari suami. Hatinya menjadi gundah. Apalagi bila 
ditanya tentang keberadaan suami oleh teman-teman di kantornya, ia menjadi 
bingung bagaimana harus menjawab. Sampai kemudian, datanglah surat gugatan 
cerai. 'Astaghfirullah,' ucapnya terpekik, sebelum limbung dan akhirnya jatuh 
pingsan. Setelah terbangun dari pingsannya, dunia menjadi terasa suram dan 
gelap gulita.

Tiap hari dirinya menangis sehingga matanya menjadi sembab dan terlihat cekung, 
bayi mungilnya menjadi sering rewel dan menangis. sampai akhirnya ia bersama 
ibunda dan sang buah hati tercinta datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh 
dengan harapan Allah berkenan memberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan 
hidup. Ditengah kesedihan yang sangat mendalam, terasa mendapatkan kekuatan di 
dalam dirinya untuk mendatangi gugatan cerai suaminya di pengadilan agama. 
Sungguh diluar dugaan, disaat sidang pengadilan agama. Sang suami bersedia 
mencabut gugatan cerai apabila istrinya bersedia memaafkan dan menerimanya 
kembali. Air matanya berlinang. Kepalanya mengangguk. Bayi mungil itu 
dipeluknya. Tak kuasa isak tangis disaat sang suami mengakui bahwa dirinya 
melakukan kesalahan dengan tidak menjaga kesetiaan cinta dan kasih sayangnya. 

Cintanya sebagai seorang istri benar-benar mampu memulihkan. Menghadirkan 
kebahagiaan bagi keluarga, bersama suami dan sang buah hati karena 
mengembalikan posisi suami seperti semula, tidak lagi mengungkit-ungkit 
kesalahan masa lalu. Hatinya memiliki kekuatan cinta yang begitu besar yang 
berharap untuk meraih keridhaan Allah bagi keluarganya, mampu memberikan 
dorongan dan semangat kepada suami agar tidak terperosok pada kesalahan yang 
sama. Itulah cinta yang membahagiakan.

'Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan 
dalam urusannya.' (QS. ath-Thalaq : 4).

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, hadir di kegiatan 'Salam Amalia (SALMA)' jam 8 s.d 11 siang, Ahad, 26 Juni 
2011,  Bila  berkenan berpartisipasi buku2, Majalah, buku Pelajaran, peralatan 
sekolah, baju layak pakai. Kirimkan ke Rumah Amalia.  Jl. Subagyo IV blok ii, 
no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda 
sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431




Kirim email ke