Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 482
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 976
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar] 
482. Isyarat Allah

 Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom 
ini setiap ayat Al Quran ditranslitrasikan huruf demi huruf. Bila pembaca 
merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara 
membacanya saja.
 Firman Allah SWT: 
-- WBSyR ALShABRYN . ALDzYN ADzA AShABTHM MSHYBT QALWA ANA LLH WANA ALYH RJ'UWN 
(S. ALBQRT, 2:155-156), dibaca: Wabasysyirish shaabiriin. Alladziina idzaa 
ashaabathum mushiibatun qaaluu innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun (s. 
albaqarah), artinya: 
-- Gembirakanlah orang-orang yang sabar. Yaitu mereka yang apabila ditimpa 
musibah, mereka berkata sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan sesungguhnya kita 
akan kembali kepadaNya.

 Bangsa Indonesia yang telah menderita multi krisis, tiba-tiba ditimpa lagi 
musibah dengan berpulangnya ke rahmatuLlah Allahu yarham Prof.DR H. Baharuddin 
Lopa,SH. Allah SWT telah mencabut secercah harapan Presiden Abdurrahman Wahid 
untuk dapat meningkatkan kinerja pemerintahannya memberantas KKN. Menurut 
sahabat saya Prof.A.Muis dalam kolomnya hari Kamis tgl 5 Juli 2001, kepergian 
Prof. DR H. Baharuddin Lopa,SH buat selama-lamanya seolah isyarat dari Allah 
SWT, bahwa orang yang bersih khususnya dalam bidang hukum, politik dan sosial 
budaya "tidak diperbolehkan" turut mengelola pemerintah RI ini. Boleh jadi pula 
menurut hemat pengasuh kolom ini, berpulangnya ke rahmatuLlah Allahu yarham 
Prof.DR H. Baharuddin Lopa,SH merupakan isyarat Allah SWT terhadap sikap Gus 
Dur memprotes Allah SWT, beberapa hari sebelum almarhum dipanggil menghadap 
kehadiratNya.
    
 Bolehkah manusia memprotes Allah SWT? Firman Allah: 
-- WADZQAL RBK LLMLaKT ANY JA'AL FY ALARDh KhLFT QALWA ATJ'AL FYHA MN YFShD 
FYHA WYSFK ALDMAa WNhN NSBh BhMDK WNQDSLK QAL ANY A'ALM MALA T'ALMWN (S. 
ALBAQARAT, 2:30), dibaca: Waidzqaala rabbuka lilmalaaikati innii jaa'ilum fil 
ardhi khaliifatan qaaluu ataj'alu fiiha may yufsidu fiihaa wayasfiqud dimaa.a 
wanahnu nusabbohu bihamdika wanuqaddisulaka qaala innii a'lamu maalaa ta'maluun 
(s. albaqarah), artinya: 
-- Ingatlah tatkala Maha Pemeliharamu berkata kepada malaikat: sesungguhnya 
akan Kujadikan khalifah di bumi, berkata (malaikat): apakah Engkau jadikan di 
atasnya yang akan merusak dan menumpahkan darah di atasnya, padahal kami 
(malaikat) tasbih, memuji dan mengquduskanMu, berkata (Allah): sesungguhnya Aku 
ketahui apa yang kamu tidak ketahui.

 Boleh jadi Gus Dur berpendapat bahwa sedangkan malaikat yang mulia tanpa dosa 
boleh memprotes Allah, apapula (let alone, wattemeer) dirinya hanyalah seorang 
manusia biasa yang tidak suci dari dosa. Kalau kepada malaikat Allah SWT 
langsung berkata: "Aku ketahui apa yang kamu tidak ketahui", maka kepada Gus 
Dur yang manusia biasa, Allah SWT cukup dengan mmberikan isyarat memanggil 
pulang hambaNya yang dikasihiNya itu. 

 Maka terpulang kepada Gus Dur apakah akan bersikap seperti malaikat dalam 
merespons isyarat Allah SWT dengan sikap: 
SBhNK LA 'ALM LNA (S. ALBQRT, 2:32), dibaca: subhaanaka laa 'ilma lanaa (s. 
albaqarah), artinya: 
-- Mahasuci Engkau, tiadalah ilmu bagi kami (2:32). 

        Alangkah baiknya bagi Gus Dur jika secepatnya menunjuk pengganti Allahu 
yarham Prof.DR H. Baharuddin Lopa,SH, eloknya dengan kriteria dari kalangan 
kampus, track recordnya yang tidak suram, seperti misalnya Prof.DR Ahmad Ali,SH 
atau DR Laica Marzuki,SH, yang tentu saja dengan kriteria tambahan "berani" 
naik kapal yang sudah oleng ditimpa badai politik, seperti sikap almarhum. 
Dalam riwayat Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka disebutkan Datoka ri Pa'gentungan 
dengan gesit menyulut rokok pada kilat (attunu kaluru' ri kila' ta'bebea). Ini 
untuk meningkatkan kinerja pemerintahan Gus Dur dalam beberapa minggu membakar 
rokok (baca: memberantas KKN), amanah utama dari reformasi. Wa 'ala- kulli hal, 
elok kiranya jika Gus Dur berani menghadapi forum SI dengan memberikan laporan 
pertanggung-jawaban, seperti yang diagendakan oleh MPR. Boleh jadi dengan 
demikian "kapal" Gus Dur dapat menembus badai politik, waLla-hu a'lamu 
bishshawa-b. 

*** Makassar, 8 Juli 2001
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2001/07/482-isyarat-allah.html

Kirim email ke