memang masalah tersebarnya:
1. orang mengkultuskan 1,7,40,100,1000 sebagai hari-hari keramat, apalagi 
dlm budaya jawa kuno yg sangat mempercayai adanya "hari baik"
2. masyarakat masih menganggap bahwa tahlilan adalah kewajiban bagi semua 
keluarga yg ditinggalkan
3. keluarga yg ditinggalkan wafat juga masih saja menyediakan makanan dan 
ritual lainnya

jd seperti yg saya tulis sebelumnya, bahwa 3 hal utama itu yg harus kita 
bebaskan dri pemikiran masyarakat, sehingga acara tahlilan bisa menjadi 
acara yg terlepas dr budaya animisme, bermanfaat untuk silarutahmi, 
mengingatkan kita pd kematian, dilakukan secara syariat islam, dan menjadi 
media dakwah bagi lingkungan kita.

karena saya merasakan, bahwa di tingkat masyarakat awam, hanya lewat 
tahlilan saja mereka membaca ayat-ayat al quran (secara khusyu), berdzikir, 
silaturahmi. kekhawatiran saya jg bertambah seandainya SKB 2 menteri 
benar-benar dicabut maka ada kemungkinan intensitas para misionaris kafir 
bisa lebih banyak drpd dakwah yg dilakukan kaum muslim.


On 9/5/05, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Assalamu'alaikum wr wb,
> 
> Saat ini di milis Media Dakwah ramai diperdebatkan
> masalah tahlil. Mudah-mudahan tulisan ini adalah
> tulisan yang terakhir.
> 
> Tahlil, mengucapkan La ilaaha illallahu memang
> dianjurkan. Meski demikian, acara tahlilan di mana
> ketika ada orang meninggal, maka pada hari pertama, ke
> 7, 40, 100, dan 1000 keluarga yang mati harus
> menyelenggarakan hal itu, saya tidak menemukannya pada
> kitab Hadits Bukhari dan Muslim. Pada ajaran Imam
> Madzhab pun tidak ada aturan hari ke 1, 7, 40, 100,
> 1000, dsb. Bahkan beberapa ulama mensinyalir itu
> berasal dari tradisi Hindu/Budha di Indonesia
> (sinkretisme).
> 
> Menurut saya pribadi, dengan mengadakan 5 acara
> makan-makan tersebut ke banyak orang, jika tiap hari
> acara menghabiskan Rp 2 juta, maka untuk 5 hari acara
> akan menghabiskan Rp 10 juta. Bagi keluarga yang kaya
> mungkin tidak masalah (meski boros/mubazir). Tapi bagi
> keluarga miskin sangat berat. Apalagi jika yang
> meninggal adalah tulang punggung keluarga
> (bapak/suami).
> 
> Bayangkan, orang sudah ditimpa musibah kematian,
> masyarakat menuntut keluarga tsb untuk mengadakan
> acara tahlilan yang memakan biaya hingga jutaan
> rupiah. Islamikah itu?
> 
> Bagi yang pro tahlil, mudah-mudahan bisa memberikan
> hadits yang shahih dan jelas tentang itu.
> 
> Wassalam
> 
> Tahlilan
> I. PENDAHULUAN
> 
> Dakwah mengajak manusia kepada Allah SWT membutuhkan
> sikap lemah lembut dan tegas, karena yang dihadapi
> seorang da'I adalah berbagai lapisan masyarakat. Jika
> dakwah dilakukan terlalu kasar, maka mereka tidak akan
> menerima dan bahkan lari darinya. Dalam masyarakat
> terjadi beberapa kesalahan dan kemunkaran, namun
> dianggap suatu ajaran agama, antara lain: Upacara
> perkawinan, acara tujuh bulanan, upacara kematian, dan
> lain sebagainya.
> 
> Dalam kesempatan ini Pusat Konsultasi Syariah ingin
> memberikan penjelasan hal-hal yang berkaitan dengan
> upacara kematian, tegasnya masalah hukum tahlilan dan
> hal-hal yang terkait dengannya seperti[1]:
> 
> � Waktu pelaksanaan tahlilan upacara kematian.
> 
> � Hidangan untuk para tamu.
> 
> � Menghadiahkan pahala untuk orang yang telah
> meninggal.
> 
> � Solusi dan sikap seorang da'I yang mesti dilakukan.
> 
> 
> II. WAKTU PELAKSANAAN TAHLILAN
> 
> Tahlilan atau upacara selamatan untuk orang yang telah
> meninggal, biasanya dilakukan pada hari pertama
> kematian sampai dengan hari ke-tujuh, selanjutnya
> dilakukan pada hari ke-40, ke-100, ke-satu tahun
> pertama, kedua, ketiga dst. Dan ada juga yang
> melakukan pada hari ke-1000. Dalam upacara dihari-hari
> tersebut, keluarga si mayyit mengundang orang untuk
> membaca beberapa ayat dan surat Alquran, tahlil,
> tasbih, tahmid, shalawat dan do'a. Pahala bacaan
> Alqur'an dan dzikir tersebut dihadiahkan kepada si
> mayyit.
> 
> 
> Menurut penyelidikan para ahli, upacara tersebut
> diadopsi oleh para da'I terdahulu dari upacara
> kepercayaan Animisme, agama Budha dan Hindu. Menurut
> kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme bila
> seseorang meninggal dunia maka ruhnya akan datang
> kerumah pada malam hari mengunjungi keluarganya. Jika
> dalam rumah tadi tidak ada orang ramai yang
> berkumpul-kumpul dan mengadakan upacara-upacara
> sesaji, seperti membakar kemenyan, dan sesaji terhadap
> yang ghaib atau ruh-ruh ghaib, maka ruh orang mati
> tadi akan marah dan masuk(sumerup) ke dalam jasad
> orang yang masih hidup dari keluarga si mati. Maka
> untuk itu semalaman para tetangga dan kawan-kawan atau
> masyarakat tidak tidur, membaca mantera-mantera atau
> sekedar kumpul-kumpul. Hal semacam itu dilakukan pada
> malam pertama kemtian, selanjutnya malam ketiga,
> ketujuh, ke-100, satu tahun, dua tahun dan malam
> ke-1000.
> 
> 
> Setelah orang-orang yang mempunyai kepercayaan
> tersebut masuk Islam, mereka tetap melakukan
> upacara-upacara tersebut. Sebagai langkah awal, para
> da'I terdahulu tidak memberantasnya, tetapi
> mengalihkan dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha
> itu menjadi upacara yang bernafaskan Islam. Sesaji
> diganti dengan nasi dan lauk-pauk untuk shodaqoh.
> Mantera-mantera digantika dengan dzikir, do'a dan
> bacaan-bacaan Alqur'an. Upacara semacam ini kemudian
> dianamakan Tahlilan yang sekarang telah membudaya pada
> sebagian besar masyarakat.
> 
> 
> III. MENYEDIAKAN MAKANAN
> 
> Dalam acara Tahlilan , keluarga mayyit biasanya
> menyediakan makanan untuk orang-orang yang datang pada
> upacara tersebut sebagai sedekah. Padahal Nabi
> Muhammad SAW memerintahkan supaya para tetangga
> memberi atau menyediakan makanan kepada keluarga
> mayyit. Para tetangga, sanak famili, dan handai tolan
> supaya datang ikut bela sungkawa dengan membawa
> sesuatu untuk penyelenggaraan jenazah atau membawa
> makanan untuk keluarga yang dilanda musibah.
> Rasulullah SAW bersabda:
> 
> غل غبد اففم بل جغ�ر �اف فكا جاء لغٌ جغ�ر حٍل �تف �اف
> افلبٍ صفٌ اففم غفٍم نسفك : اصلغنا فأف جغ�ر ظغاكا
> 
> ��د أتامك كا ٍش�فمك {رنام افشا�غٍ نأحكد}
> 
> Artinya: Berkata Abdullah bin Ja'far tatkala datang
> khabar bahwa Ja'far telah terbunuh, Rasulullah SAW
> bersabda:" Bikinkanlah makanan untuk keluarga Ja'far
> karena telah datang kepada mereka hal yang menyibukkan
> mereka"(HR Asy-Syafi'I dan Ahmad).
> 
> 
> Jadi yang menyediakan makanan adalah tetangga untuk
> keluarga yang kena musibah kematian, bukan yang
> terkena musibah menyediakan makanan buat orang yang
> datang. Dan hadits lain menerangkan bahwa
> menghidangkan makanan dalam upacara kematian adalah
> termasuk meratap yang dilarang oleh agama sebagaimana
> hadits yang diriwayatkan imam Ahmad dari Jabir bin
> Abdullah Al Bajali dengan sanad yang shohih:
> 
> �لا لغد افإجتكاغ إفٌ أمف افكٍت نصلغمك افظغاك بغد د�لم
> كل افلٍاحة
> 
> Artinya:" Adalah kami (para sahabat) menganggap bahwa
> berkumpul di rumah ahli mayyit dan mereka menyediakan
> makanan sesudah mayyit dimakamkan adalah termasuk
> perbuatan meratap".
> 
> 
> Riwayat lain menerangkan: Bahwa Jarir datang kepada
> Umar ra, lalu Umar bertanya:" Adakah mayyit kalian
> diratapi ? Dia menjawab: Tidak, lalu bertanya juga:
> Adakah orang-orang berkumpul di keluarga mayyit dan
> membuat makanan ? Dia menjawab:ya, maka Umar berkata:"
> Yang demikian adalah ratapan". (Al Mugni Ibnu Qudamah
> zuz 2 hal 43).
> 
> 
> Diterangkan dalam kitab 'Ianatu Thalibin jilid 2 hal
> 145-146 , bahwa fatwa-fatwa dari mufti-mufti Mekah
> dari 4 Madzhab menerangkan bahwa perbuatan perbuatan
> itu adalah munkar:
> 
> 1. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan mufti Madzhab Syafi'i:
> 
> 
> لغك كا ٍ�غف افلاس كل افإجتكاغ غلد أمف افكٍت نصلغ
> افظغاك كل افبدغ افكل�رة افتٍ ٍثاب غفٌ كلغما نفٍ افأكر
> 
> Artinya:" Ya, perbuatan yang dilakukan oleh beberapa
> orang berkumpul dirumah orang yang kena musibah
> kematian dan menyediakan makanan adalah perbuatan
> bid'ah munkarah dan penguasa yang mencegahnya akan
> mendapatkan pahala".
> 
> 
> 2. Fatwa dari Mufti Madzhab Hanafi:
> 
> لغك ٍثاب نفٍ افأكر غفٌ كلغمك كل تف� افأكنر افتٍ مٍ كل
> افبدغ
> 
> Artinya:" Ya, penguasa akan diberi pahala karena
> melarang manusia dari perbuatan bid'ah".
> 
> 
> 3 dan 4 Fatwa Madzhab Maliki dan Hambali:
> 
> 
> ��د أجاب بلعٍر مذٍل افجنابٍل ك�تٍ افسادة افكاف�ٍة
> نك�تٍ افسادة افحلابفة
> 
> Artinya:" Telah menjawab seperti kedua jawaban di atas
> mufti Madzhab Maliki dan Mufti Madzhab Hambali".
> 
> 
> Dengan demikian jelaslah bahwa berkumpul di rumah ahli
> mayyit dan makan-minum yang disediakan oleh keluarga
> mayyit adalah perbuatan munkar yang harus dihindari.
> 
> 
> IV. BERDO'A MENGHADIAHKAN PAHALA KEPADA ORANG YANG
> TELAH MENINGGAL.
> 
> Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berdo'a dan
> mengahadiahkan pahala ibadah kepada orang yang telah
> meninggal dunia.
> 
> 
> A. PENDAPAT PERTAMA
> 
> 
> Hal tersebut tidak diperintahkan agama berdasarkan
> dalil:
> 
> 1. Firman Allah surat An-Najm:38-39:
> 
> أفا تزر نازرة نزر أخرٌ نأل فٍس ففإلسال إفا كا سغٌ
> 
> Artinya:" Yaitu bahwasannya seorang yang berdosa tidak
> akan memikul dosa orang lain dan bahwasannya seorang
> manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
> diusahakannya"
> 
> 
> 2. Surat Yaasiin:54
> 
> �افٍنك فا تعفك ل�س نفاتجزنل إفا كا �لتك تغكفنل
> 
> Artinya:" Maka pada hari itu seseorang tidak akan
> dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi kecuali
> dengan apa yang telah kamu kerjakan"
> 
> 
> 3. Surat Al Baqaraah 286
> 
> فما كا �سبت نغفٍما كاا�تسبت
> 
> Artinya:" Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang
> diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang
> dikerjakannya".
> 
> 
> Ayat-ayat diatas adalah sebagai jawaban dari
> keterangan yang mempunyai maksud yang sama, bahwa
> orang yang telah mati tidak bisa mendapat tambahan
> pahala kecuali yang disebutkan dalam hadits:
> 
> إذا كات ابل آدك ال�ظغ غكفم إفا كل ثفاث: صد�ة جارٍة أن
> نفد صافح ٍدغن فم أن غفك ٍلت�غ بم كل بغدم
> 
> Artinya:" Apabila seorang manusia meninggal maka
> putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah,
> anak yang shalih yang mendo'akannya atau ilmu yang
> bermanfaat sesudahnya"(HR Muslim, Abu Dawud,
> At-Tirmidzi, Nasa'I dan Ahmad).
> 
> 
> 
> B. PENDAPAT KEDUA
> 
> 
> Membedakan antara ibadah badaniyah dan ibadah maliyah.
> Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan hajji
> sampai kepada mayyit, sedangkan ibadah badaniyah
> seperti shalat dan bacaan Alqur'an tidak sampai.
> Pendapat ini merupakan pendapat yang masyhur dari
> Madzhab Syafi'I dan pendapat Madzhab Malik. Mereka
> berpendapat bahwa ibadah badaniyah adalah termasuk
> kategori ibadah yang tidak bisa digantikan orang lain,
> sebagaimana sewaktu hidup seseorang tidak boleh
> menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan orang
> lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul SAW:
> 
> فا ٍصفٌ أحد غل أحد نفا ٍصنك أحد غل أحد نف�ل ٍظغك غلم
> ك�ال �ف ٍنك كدا كل حلظة {رنام افلسائ}
> 
> Artinya:" Seseorang tidak boleh melakukan shalat untuk
> menggantikan orang lain, dan seseorang tidak boleh
> melakukan shaum untuk menggantikan orang lain, tetapi
> ia memberikan makanan untuk satu hari sebanyak satu
> mud gandum"(HR An-Nasa'I).
> 
> 
> C. PENDAPAT KETIGA
> 
> 
> Do'a dan ibadah baik maliyah maupun badaniyah bisa
> bermanfaat untuk mayyit berdasarkan dalil berikut ini:
> 
> 
> 
> 1. Dalil Alqur'an:
> 
> نافذٍل جاؤنا كل بغدمك ٍ�نفنل ربلا ا��ر فلا نفإخناللا
> سب�نلا بافإٍكال
> 
> Artinya:" Dan orang-orang yang datang sesudah mereka
> (Muhajirin dan Anshor), mereka berdo'a :" Ya Tuhan
> kami, beri ampunlah kami dan saudar-saudar kami yang
> telah beriman lebih dahulu dari kami" (QS Al Hasyr:
> 10)
> 
> 
> Dalam ayat ini Allah SWT menyanjung orang-orang yang
> beriman karena mereka memohonkan ampun (istighfar)
> untuk orang-orang beriman sebelum mereka. Ini
> menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal dapat
> manfaat dari istighfar orang yang masih hidup.
> 
> 
> 2. Dalil Hadits
> 
> a. dalam hadits banyak disebutkan do'a tentang shalat
> jenazah, do'a setelah mayyit dikubur dan do'a ziarah
> kubur. Tentang do'a shalat jenazah antara lain,
> Rasulullah SAW bersabda:
> 
> غل غن� بل كاف� �اف: سكغت رسنف اففم صفٌ اففم غفٍم
> نسفك-ن�د صفٌ غفٌ جلازة- ٍ�نف: اففمك ا��رفم نارحكم ناغ�
> غلم نغا�م نأ�رك لزفم ننسغ كدخفم نا�سفم بكاء نثفج نبرد
> نل�م كل افخظاٍا �كا ٍل�ٌ افثنب افأبٍض كل افدلس نأبدفم
> دارا خٍرا كل دارم نأمفا خٍرا كل أمفم نزنجا خٍرا كل
> زنجم ن�م �تلة اف�بر
> 
> نغذاب افلار {رنام كسفك }
> 
> Artinya:" Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah
> mendengar Rasulullah SAW – setelah selesai shalat
> jenazah-bersabda:" Ya Allah ampunilah dosanya,
> sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia,
> muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya,
> mandikanlah dia dengan air es dan air embun,
> bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain
> putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat
> tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya,
> keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
> yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia
> dari siksa kubur dan siksa neraka" (HR Muslim).
> 
> 
> Tentang do'a setelah mayyit dikuburkan, Rasulullah SAW
> bersabda:
> 
> غل غثكال ابل غ�ال رضٍ اففم غلم �اف �ال افلبٍ صفٌ اففم
> غفٍم نسفك إذا خرج كل د�ل افكٍت ن�� غفٍم ��اف: است��رنا
> فأخٍ�ك ناسأفنا فم افتثبٍت �إلم افأل ٍسأف {رنام أبن
> داند}
> 
> Artinya: Dari Ustman bin 'Affan ra berkata:" Adalah
> Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayyit beliau
> beridiri lalu bersabda:" mohonkan ampun untuk
> saudaramu dan mintalah keteguhan hati untuknya, karena
> sekarang dia sedang ditanya" (HR Abu Dawud)
> 
> 
> Sedangkan tentang do'a ziarah kubur antara lain
> diriwayatkan oleh 'Aisyah ra bahwa ia bertanya kepada
> Nabi SAW:
> 
> 
> �ٍ� ت�نف إذا است��رت فأمف اف�بنر ؟�اف :�نفٍ : افسفاك
> غفٌ أمف افدٍار كل كل افكؤكلٍل نافكسفكٍل نٍرحك اففم
> افكست�دكٍل كلا نافكستأخرٍل نألا إل شاء اففم ب�ك
> اففاح�نل {رنام كسفك}
> 
> Artinya:" bakaimana pendapatmu kalau saya memohonkan
> ampun untuk ahli kubur ? Rasul SAW menjawab, "Ucapkan:
> 
> 
> افسفاك غفٌ أمف افدٍار كل افكؤكلٍل نافكسفكٍل نٍرحك اففم
> افكست�دكٍل كلا نافكستأخرٍل نألا إل شاء اففم ب�ك
> اففاح�نل
> 
> (salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada ahli kubur
> baik mu'min maupun muslim dan semoga Allah memberikan
> rahmat kepada generasi pendahulu dan generasi
> mendatang dan sesungguhnya –insya Allah- kami pasti
> menyusul) (HR Muslim).
> 
> 
> b. Dalam Hadits tentang sampainya pahala shadaqah
> kepada mayyit
> 
> غل ابل غباس رضٍ اففم غلمكا أل سغد بل غبادة تن�ٍت أكم
> نمن �ائب غلما �أتٌ افلبٍ ضفٌ اففم غفٍم نسفك ��اف: إل
> أكٍ تن�ٍت نألا �ائب غلما �مف ٍل�غ أل تصد�ت غلما ؟�اف :
> لغك ,�اف :�إلٍ أشمد� أل حائظٍ افكخرا� صد�ة غلما {رنام
> افبخارٍ}
> 
> Artinya: Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin
> Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada
> ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW unntuk
> bertanya:" Wahai Rasulullah SAW sesungguhnya ibuku
> telah meninggal sedang saya tidak ada di tempat,
> apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat
> baginya ? Rasul SAW menjawab: Ya, Saad berkata:"
> saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku
> sedekahkan untuknya" (HR Bukhari).
> 
> 
> c. Dalil Hadits Tentang Sampainya Pahala Saum
> 
> غل غائشة رضٍ اففم غلما أل رسنف اففم صفٌ اففم غفٍم نسفك
> �اف : كل كات نغفٍم صٍاك صاك غلم نفٍم {رنام افبخارٍ
> نكسفك }
> 
> Artinya: Dari 'Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW
> bersabda:" Barang siapa yang meninggal dengan
> mempunyai kewajiban shaum (puasa) maka keluarganya
> berpuasa untuknya"(HR Bukhari dan Muslim)
> 
> 
> d. Dalil Hadits Tentang Sampainya Pahala Haji
> 
> 
> غل ابل غباس رضٍ اففم غلمكا أل اكرأة كل جمٍلة جاءت إفٌ
> افلبٍ صفٌ اففم غفٍم نسفك ��افت: إل أكٍ لذرت أل تحج �فك
> تحج حتٌ كاتت أ�أحج غلما ؟ �اف : لغك , حجٍ غلما أرأٍت
> فن �ال غفٌ أك� دٍل أ�لت �اضٍتم ؟ا�ضنا اففم �اففم أح�
> بافن�اء {رنام افبخارٍ}
> 
> Artinya:Dari Ibnu Abbas ra bahwa seorang wanita dari
> Juhainnah datang kepada Nabi SAW dan bertanya:"
> Sesungguhnya ibuku nadzar untuk hajji, namun belum
> terlaksana sampai ia meninggal, apakah saya melakukah
> haji untuknya ? rasul menjawab: Ya, bagaimana
> pendapatmu kalau ibumu mempunyai hutang, apakah kamu
> membayarnya ? bayarlah hutang Allah, karena hutang
> Allah lebih berhak untuk dibayar (HR Bukhari)
> 
> 
> 3. Dalil Ijma'
> 
> 
> a. Para ulama sepakat bahwa do'a dalam shalat jenazah
> bermanfaat bagi mayyit.
> 
> b. Bebasnya utang mayyit yang ditanggung oleh orang
> lain sekalipun bukan keluarga. Ini berdasarkan hadits
> Abu Qotadah dimana ia telah menjamin untuk membayar
> hutang seorang mayyit sebanyak dua dinar. Ketika ia
> telah membayarnya nabi SAW bersabda:
> 
> 
> افآل بردت غفٍم جفدتم
> 
> Artinya:" Sekarang engkau telah mendinginkan kulitnya"
> (HR Ahmad)
> 
> 
> 4. Dalil Qiyas
> 
> 
> Pahala itu adalah hak orang yang beramal. Jika ia
> menghadiahkan kepada saudaranya yang muslim, maka hal
> itu tidak ad halangan sebagaimana tidak dilarang
> menghadiahkan harta untuk orang lain di waktu hidupnya
> dan membebaskan utang setelah wafatnya.
> 
> 
> Islam telah memberikan penjelasan sampainya pahala
> ibadah badaniyah seperti membaca Alqur'an dan lainnya
> diqiyaskan dengan sampainya puasa, karena puasa dalah
> menahan diri dari yang membatalkan disertai niat, dan
> itu pahalanya bisa sampai kepada mayyit. Jika demikian
> bagaimana tidak sampai pahala membaca Alqur'an yang
> berupa perbuatan dan niat.
> 
> 
> Jawaban Terhadap Pendapat Pertama
> 
> 
> Firman Allah, surat An-Najm:38-39:
> 
> أفا تزر نازرة نزر أخرٌ نأل فٍس ففإلسال إفا كا سغٌ
> 
> 
> Artinya:" Yaitu bahwasannya seorang yang berdosa tidak
> akan memikul dosa orng lain dan bahwasannya seorang
> manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
> diusahakannya".
> 
> 
> Dapat dijawab dengan dua jawaban:
> 
> 
> 1. Bahwa seseorang dengan usaha dan hubungan baiknya
> mendapatkan banyak kawan dan mempunyai keturunan dan
> kasih sayang terhadap orang lain. Hal itu mengundang
> simpatisan orang untuk berdo'a dan menghadiahkan
> pahala. Itu adalah hasil usahanya sendiri. Bahkan
> hubungan melalui agama merupakan sebab yang paling
> besar bagi sampainya manfaat orang Islam kepada
> saudaranya dikala hidup dan sesudah wafatnya. Bahkan
> do'a orang Islam dapat bermanfaat untuk orang Islam
> lain.
> 
> 2. Alqur'an tidak menafikan seseorang mengambil
> manfaat dari usaha orang lain, yang dinafikan adalah
> memiliki suatu manfaat yang bukan usahanya. Oleh
> karena itu Allah menerangkan bahwa manusia tidak
> memiliki kecuali hasil usahanya sendiri. Adapun usaha
> orang lain adalah miliknya jika ia mau, ia bisa
> memberikannya kepada orang lain dan jika tidak mau
> hasil usahanya itu dia miliki sendiri.
> 
> 
> Firman Allah: {أفا تزر نازرة نزر أخرٌ نأل فٍس ففإلسال
> إفا كا سغٌ} Adalah dua ayat muhkamat yang menunjukkan
> keadilan Allah SWT. Ayat pertama menjelaskan bahwa
> Allah SWT tidak menyiksa seseorang karena kesalahan
> orang lain. Sedangkan ayat kedua menerangkan bahwa
> seseorang tidak mendapatkan kebahagaiaan kecuali
> dengan usahanya sendiri. Hal ini akan menghapuskan
> angan-angannya bahwa dia akan selamat karena amal
> orang-tua dan nenek moyangnya yang terdahulu. Allah
> SWT tidak menyatakan bahwa dia tidak dapat mengambil
> manfaat kecuali dari usahanya sendiri.
> 
> 
> Sedangkan firman Allah surat Al Baqarah 286: {فما كا
> �سبت نغفٍما كاا�تسبت}
> 
> {�افٍنك فا تعفك ل�س نفاتجزنل إفا كا �لتك تغكفنل} Dan
> firman Allah surat Yasiin 54: Menerangkan bahwa
> seseorang tidak akan disiksa lantaran perbuatan orang
> lain.
> 
> 
> Adapun argumentasi mereka dengan hadits:
> 
> {إذا كات ابل آدك ال�ظغ غكفم إفا كل ثفاث: صد�ة جارٍة أن
> نفد صافح ٍدغن فم أن غفك ٍلت�غ بم كل بغدم}
> 
> Adalah argumentasi yang tidak dapat
> dipertanggung-jawabkan, karena Rasulullah SAW tidak
> berkata :ال�ظغ الت�اغم (putuslah pengambilan
> manfaatnya), namun Rasul saw. mengatakan: ال�ظغ غكفم
> (putuslah amalnya). Adapun amal orang lain adalah
> miliknya jika orang lain tersebut menghadiahkan
> amalnya untuk dia, maka pahalanya akan sampai
> kepadanya bukan pahala amalnya, sebagaimana dalam
> pembebasan utang.
> 
> 
> Jawaban Terhadap Jawaban Kedua
> 
> 
> Rasulullah SAW menganjurkan puasa untuk menggantikan
> puasa orang yang telah meninggal padahal ibadah puasa
> seseorang tidak boleh digantikan orang lain. Begitu
> juga hadits Jabir ra yang diriwayatkan Ahmad, Abu
> Dawud dan Turmudzi yang menerangkan bahwa ia pernah
> shalat ''Iedul Adha bersama Rasulullah SAW, setelah
> selesai shalat beliau diberikan seekor domba lalu
> beliau menyembelihnya seraya mengucapkan:
> 
> بسك اففم ناففم أ�بر اففمك مذا غلٍ نغكل فك ٍضح كل أكتٍ
> 
> Artinya:" Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, ya
> Alla, kurban ini untukku dan untuk umatku yang belum
> melakukan qurban".
> 
> 
> Dalam hadits ini Rasulullah SAW menghadiahkan pahala
> qurban untuk umatnya yang tidak mampu berqurban,
> padahal qurban adalah melalui menumpahkan darah.
> 
> 
> Demikian juga ibadah haji merupakan ibadah badaniyah.
> Harta bukan merupakan rukun dalam haji tetapi sarana.
> Hal itu karena seorang penduduk Mekah wajib melakukan
> ibadah haji apabila ia mampu berjalan ke Arafah tanpa
> disyaratkan harus memiliki harta. Jadi ibadah haji
> bukan ibadah yang terdiri dari harta dan badan, namun
> ibadah badan saja.
> 
> 
> Kemudian perhatikan juga fardhu kifayah, dimana
> sebagian orang mewakili sebagian yang lain.
> 
> 
> Kemudian persoalan ini, persoalan menghadiahkan
> pahala, bukan menggantikan pahala, sebagaimana seorang
> buruh tidak boleh digantikan orang lain, tapi upahnya
> boleh diberikan kepada orang lain jika ia mau.
> 
> 
> V. KESIMPULAN
> 
> HUKUM TAHLILAN
> 
> 
> � Ditinjau dari segi bacaan: ayat-ayat suci Alqur'an,
> tahlil, tahmid, takbir, tasbih, shalawat,do'a dll
> semua itu sangat dianjurkan oleh Islam untuk
> membacanya.
> 
> � Ditinjau dari sisi hidangan yang disediakan oleh
> keluarga mayyit , hal ini bertentangan dengan hadits:
> 
> a. Ja'far bin Abi Thalib.
> 
> b. Maqasid Syari'ah: Bahwa Islam selalu menganjurkan
> untuk peduli dan membantu orang yang sedang susah.
> Namun realitanya sebaliknya arang yang kena musibah
> yang memberi bantuan kepada orang yang tidak kena
> musibah.
> 
> c. Banyak orang miskin memaksakan diri untuk
> menyediakan hidangan sekalipun dengan hutang.
> 
> � Ditinjau dari sisi waktu : Bahwa tahlilan hari
> pertama, ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100, haul (ulang
> tahun kematian), dan ke-1000. Ini adalah sisa-sisa
> agama Animisme, Hindu dan Budha yang dibawa oleh
> pemeluk agama Islam dari kalangan mereka
> 
> 
> SIKAP DA'I TERHADAP TAHLILAN YANG DILESTARIKAN
> MAYORITAS MASYARAKAT
> 
> 
> Jika mengikutinya dengan maksud untuk membawa misi
> perbaikan dan amar ma'ruf nahi munkar dengan bijak,
> merubah sisa-sisa jahiliyah menjadi Islam, maka hal
> itu tugas mulia bagi setiap muslim terutama para da'I,
> namun jika tidak, berarti menyetujui bahkan
> melegitimasi perbuatan itu, hal ini sangat tercela
> menurut Islam.
> 
> 
> SOLUSI
> 
> 
> q Merubah hari-hari yang ditentukan oleh Animisme,
> Hindu dan Budha,1,3,7,40,100, 1 tahun 1000 menjadi
> hari lainnya, hari libur jum'at atau lainnya. Yang
> penting tidak terfokus hari tertentu seakan-akan
> ketentuan agama.
> 
> q Hidangan dapat dikordinir oleh majelis ta'lim, atau
> yayasan atau, RT untuk membantu setiap keluarga yang
> kena musibah.
> 
> q Di laksanakan di masjid setelah sholat Jum'at tanpa
> hidangan, keluarga mayyit dapat bersedekah semampunya
> untuk mayyit.
> http://www.syariahonline.com/artikel/?act=view&id=22
> 
> Hukum Mengadakan Tahlil
> 
> Tahlilan atau upacara selamatan untuk orang yang telah
> meninggal, biasanya dilakukan pada hari pertama
> kematian sampai dengan hari ke-tujuh, selanjutnya
> dilakukan pada hari ke-40, ke-100, ke-satu tahun
> pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Dan ada juga
> yang melakukan pada hari ke-1.000. Dalam upacara di
> hari-hari tersebut, keluarga si mayyit mengundang
> orang untuk membaca beberapa ayat dan surat Al-Qur'an,
> tahlil, tasbih, tahmid, shalawat dan do'a.
> 
> Menurut penyelidikan para ahli, upacara tersebut
> diadopsi oleh para da'I terdahulu dari upacara
> kepercayaan Animisme, agama Budha dan Hindu. Menurut
> kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme bila
> seseorang meninggal dunia maka ruhnya akan datang
> kerumah pada malam hari mengunjungi keluarganya. Jika
> dalam rumah tadi tidak ada orang ramai yang
> berkumpul-kumpul dan mengadakan upacara-upacara
> sesaji, seperti membakar kemenyan, dan sesaji terhadap
> yang ghaib atau ruh-ruh ghaib, maka ruh orang mati
> tadi akan marah dan masuk (sumerup) ke dalam jasad
> orang yang masih hidup dari keluarga si mati. Maka
> untuk itu semalaman para tetangga dan kawan-kawan atau
> masyarakat tidak tidur, membaca mantera-mantera atau
> sekedar kumpul-kumpul. Hal semacam itu dilakukan pada
> malam pertama kemtian, selanjutnya malam ketiga,
> ketujuh, ke-100, satu tahun, dua tahun dan malam
> ke-1000.
> 
> Setelah orang-orang yang mempunyai kepercayaan
> tersebut masuk Islam, mereka tetap melakukan
> upacara-upacara tersebut. Sebagai langkah awal, para
> da'i terdahulu tidak memberantasnya, tetapi
> mengalihkan dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha
> itu menjadi upacara yang bernafaskan Islam. Sesaji
> diganti dengan nasi dan lauk-pauk untuk shodaqoh.
> Mantera-mantera digantika dengan dzikir, do'a dan
> bacaan-bacaan Al-Qur'an. Upacara semacam ini kemudian
> dinamakan Tahlilan yang sekarang telah membudaya pada
> sebagian besar masyarakat.
> 
> Sebagian ulama mengharamkan praktek seperti ini, meski
> ada juga yang berpendapat sebaliknya.
> 
> Yang Mengharamkan
> 
> Mereka yang mengharamkan tindakan seperti ini
> mendasarkan pendapatnya pada hadits-hadits berikut.
> Salah satunya yang diriwayatkan imam Ahmad dari Jabir
> bin Abdullah Al Bajali dengan sanad yang shohih:
> 
> "Adalah kami (para sahabat) menganggap bahwa berkumpul
> di rumah ahli mayyit dan mereka menyediakan makanan
> sesudah mayyit dimakamkan adalah termasuk perbuatan
> meratap."
> 
> Riwayat lain menerangkan:
> 
> Bahwa Jarir datang kepada Umar ra, lalu Umar bertanya,
> "Adakah mayyit kalian diratapi?" Dia menjawab,
> "Tidak," lalu bertanya juga, "Adakah orang-orang
> berkumpul di keluarga mayyit dan membuat makanan?" Dia
> menjawab, "Ya," maka Umar berkata, "Yang demikian
> adalah ratapan." (Al Mugni Ibnu Qudamah juz 2 hal 43).
> 
> 
> Diterangkan dalam kitab I'anatu Thalibin jilid 2 hal
> 145-146, bahwa fatwa-fatwa dari mufti-mufti Mekah dari
> 4 Madzhab menerangkan bahwa perbuatan perbuatan itu
> adalah munkar:
> 
> 1. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan mufti Madzhab Syafi'i:
> 
> "Ya, perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang
> berkumpul di rumah orang yang kena musibah kematian
> dan menyediakan makanan adalah perbuatan bid'ah
> munkarah dan penguasa yang mencegahnya akan
> mendapatkan pahala."
> 
> 2. Fatwa dari Mufti Madzhab Hanafi:
> 
> "Ya, penguasa akan diberi pahala karena melarang
> manusia dari perbuatan bid'ah."
> 
> Yang Tidak Mengharamkan
> 
> Mereka yang tidak mengharamkan mendasarkan pendapat
> mereka bahwa bahwa jumhur ulama mengatakan bahwa
> mengirim pahala kepada orang yang meninggal itu bisa
> disampaikan.
> 
> Misalnya adanya syariat shalat jenazah, sampainya
> pahala shaum, badal haji, membayarkan hutang mayit,
> ziarah kubur dan doa untuk mereka dan lainnya, semua
> menunjukkan bahwa kemungkinan perbuatan orang yang
> masih hidup bisa berpengaruh kepada orang yang sudah
> meninggal. Dan bahwa bacaan zikir dan tilawah Al-Quran
> itu bisa dikirimkan pahalanya kepada orang yang sudah
> meninggal.
> 
> Sedangkan pendapat yang masyhur dari mazhab
> As-Syafi'iyah dan Al-Malikiyah mengatakan bahwa hanya
> amalan yang terkait dengan ibadah maliyah (harta) saja
> yang bisa dikirimkan pahalanya.
> 
> Sedangkan masalah makan-makan yang disuguhkan kepada
> para hadirin yang ikut tahlilan tidak bisa begitu saja
> dianggap warisan dari nenek moyang. Sebab makanan itu
> bukan tujuan utama dari acara tahlilan, melainkan
> sekedar suguhan kepada para tamu yang datang. Dan
> menyuguhkan tamu merupakan ibadah dan anjuran dalam
> Islam.
> 
> Namun terkait dengan momentum 7 hari, 100 hari dan
> 1000 hari, memang tidak ada riwayat yang menyebutkan
> hal itu. Sehingga bisa dikatakan bahwa penetapan
> hari-hari itu bukan dari syariat Islam.
> 
> Wallahu a'lam
> 
> Ahmad Sarwat, Lc.
> http://eramoslem.com/ks/us/51/16874,1,v.html
> 
> 
> Ingin belajar Islam? Mari bergabung milis Media Dakwah
> Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
> 
> 
> 
> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
> Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke