Assalamu'alaikum wr. wb.
Betul sekali, kita harus mengecek kembali sumber dari berita dan tulisan
ini, jangan2 nama sumbernya cuma karangan saja.

Mulai dari sekarang biasakanlah jika ads diskusi, Jika ada yang mengkritisi
suatu pendapat orang lain, maka kemukakan dengan sopan, dasar yang
melandasi, dan yang paling penting...berikan solusi alternatif.
Jadi tidak hanya menyalahkan saja.
Terima kasih.

Wassamu'alaikum wr. wb.

Asrofi






"Dahlan, Amrijon" <[EMAIL PROTECTED]>@yahoogroups.com on 27/09/2005
07:39:08

Sent by:    media-dakwah@yahoogroups.com


To:    arief dani <[EMAIL PROTECTED]>, media-dakwah@yahoogroups.com
cc:

Subject:    RE: [media-dakwah] MEMBONGKAR =?UNKNOWN?Q?=93KEDOK=94?= WAHABI
       SA   LAFI

Assalamualaikum.Wr.Wb

Saya rasa kita harus cek dan ricek lagi tulisan dibawah ini terutama siapa
penulis dan pengirimnya...???
Saya yakin ini adalah cerita karangan orang non muslim

Wassalam
Amrijon


-----Original Message-----
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of arief dani
Sent: Saturday, September 24, 2005 8:18 PM
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
media-dakwah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
Subject: [media-dakwah] MEMBONGKAR =?UNKNOWN?Q?=93KEDOK=94?= WAHABI SALAFI


MEMBONGKAR "KEDOK" WAHABI SALAFI





Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi
maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan
sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan
rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya,
Fitnatul
Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan I'tirofatul Jasus AI-Injizy
pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid
Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.



Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul
Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah
seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan
diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan
Syam.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang
orientalis
Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur
Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran
barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama
baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha'i. Bahkan Muhammad bin
Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial
dengan alirannya Wahabi.



Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab
Hanbali, bah&shy;kan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang
baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya
mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan
menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk
berhati-hati
terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal
itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya.
Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama' besar dari
madzhab
Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah
Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di
Madinah, Syekh Muhammad bin Su&shy;laiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis
surat
berisi nasehat:



"Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu
dari
mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang
yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah
dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi
manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap
kafir,
tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham (ketompok mayoritas)
diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang
yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia
tidak mengikuti jalan muslimin".



Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah
kelompok terbesar. Allah berfirman : "Dan barang siapa yang menen&shy;tang
Rasul sesudah jelas ke&shy;benaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia

leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan
jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)



Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah
mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah ,kubur,
maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan
ahlussunnah wal jama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah, kubur serta
maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu,
justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya,
termasuk guru-gurunya sendiri.



Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab,
"Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?"
Dengan segera dia menjawab, "Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang,
dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang
telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan" Lelaki itu bertanya lagi
"Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah
tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari
manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya
pengikutmu saja yang muslim." Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun
terdiam seribu bahasa.



Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat
ayahnya
dan guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus
menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang
pengetahuan
agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya
adalah
penguasa Dar'iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M)
pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia
mendukung
secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn
Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia
menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera
melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik
selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.



Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah
nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah
Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali
ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya idengan julukan Al-Anshar,
sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau
seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di
hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya
adalah
musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa
para ulama' besar sebe&shy;lumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal
tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung
dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan
dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan
Nabi
di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata :



"Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa
digunakan membu&shy;nuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak
tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan
pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya
semakin
banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk
memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti
tawas&shy;sul, ziarah kubur, peringatan Mau&shy;lid dan sebagainya. Tak
mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang
makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak,
tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi
Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik
kepada Allah. Dua tahun kemudian, me&shy;reka menyerang Madinah,
menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang
ada di Hujrah Nabi Muhammad. Keberhasilan menaklukkan
 Madinah berlanjut.



Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka'bah
yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma'la,
termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah
bin Abbas. Mere&shy;ka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat
kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang.
Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur
kaum solihin tersebut.



Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani,
Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di
bawah pimpinan Muham&shy;mad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah
dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad
ke-20, Abdul Aziz bin Sa'ud bangkit  kembali mengusung paham Wahabi. Tahun
1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah,
memanfaatkan
kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga
kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini
pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar
AS
setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi,
dunia
Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok
ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi'i
yang sudah mapan.



Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di
atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma'la (Mekkah), di Baqi'
dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah   Nabi SAW
dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan
dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan
kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi
benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati
nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat
Nabi
Muhammad SAW dimakamkan juga akan dihancurkan dan dira&shy;takan dengan
tanah tapi karena ancaman International  maka orang-orang biadab itu
menjadi
takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi
manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi
karena banyak yang menentangnya maka
 diurungkan.



Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak
mempedulikan
situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi
se&shy;jarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena
khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kela&shy;hiran
Nabi SAW terancam akan di&shy;bongkar untuk perluasan tempat parkir.
Sebelumnya, rumah Ra&shy;sulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal,
disitulah Ra&shy;sulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga
putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.



Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil
dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa
mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami
Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah terse&shy;but mengatakan bahwa
beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan
berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang
menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.



"Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Mak&shy;kah.
Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,"
katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah
di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian
besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri
pada
1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan
Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut
tertulis,
"Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim
pada penyembahan berhala."



Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan.
Mereka
banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW.
Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi.
Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari
seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali
peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun
sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka
menunjukkan  bahwa zaman pra Islam telah menun&shy;jukkan kemajuan yang
luar
biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang
akan
menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.



Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim,
mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang
cukup
besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka
dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid'ah. Itulah ucapan yang selalu
didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para
ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini
mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang
menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.



Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu
dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri
ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10 % sisanya?
Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu,
apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya
mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika
bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah
ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu
masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih
kafir.
(Naudzu Billah min Dzalik).



Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham
yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka berdalih
mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang
selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah
menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di
Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang
dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu
terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita
pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar
tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih   memberantas bid'ah,
padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid'ah? Karena nama
negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung
faham wahabi yaitu As-Sa'ud.



Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam
beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan
sesuatu  yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih,
sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya.
Diantaranya: "Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari
arah
sana," sambil menunjuk ke arah timur (Najed).

(HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)



"Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an
namun
tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka
ke&shy;luar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka
tidak
akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya,
tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul)."

(HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh
Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban



Nabi SAW pernah berdo'a: "Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam
dan Yaman," Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau
berdo'a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan
pada
yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: "Di sana (Najed) akan ada
keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.", Dalam
riwayat lain dua tanduk syaitan.



Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah
bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan
kepada
para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan
setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti
tidak diperbolehkan  berpaling  dari majlisnya sebelum bercukur
gun&shy;dul.
Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain
sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal:



"Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wa&shy;hab,
karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri
yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul),
karena ahli bid'ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian". Al-Allamah
Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad
menyebutkan
dalam kitabnya Jala'udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas
bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW: "Akan keluar di abad kedua belas nanti di
lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan
(sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu
banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil
untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin..." AI-Hadits.



BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin
Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang
yang
tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai
sabda
Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur
(Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang
dimaksud
dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan
Muhammad Ibn Abdil Wahab.



Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang
ulama'
mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: "Ba daa halaakul khobiits" (Telah
nyata kebinasaan Orang yang Keji)



(Masun Said Alwy)

Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan Cahaya Nabawiy No. 33 Th. III
Sya'ban 1426 H / September 2005 M Wassalamu'alaikum wr wb Yusa.


Memahami Karakter Salafi
Oleh: Abu Rifa al-Puari
Publikasi 26/03/2004

hayatulislam.net - Mungkin saat kita berdiskusi dengan golongan yang
mengaku
sebagai salafi, salafiyun atau salafush shalih, akan menimbulkan kesan
bahwa
golongan ini merasa paling benar sendiri dan cenderung mencela golongan
lain. Sehingga tidak ada golongan yang begitu aktif mencela golongan lain
selain salafi, baik melalui buku-buku dan website mereka, kasus mutakhir
adalah buku "Rapot merah aa Gym". Secara tidak sengaja penulis memperoleh
jawaban atas karakter salafi tersebut dari sebuah buku karangan ulama
salafi
dengan judul: "Menepis penyimpangan manhaj Dakwah", karangan Abu Abdillah
Jamal bin Farihan Al-Haritsi.

Buku tersebut bukan sebuah buku yang berisi celaan semata, tetapi buku yang
telah direkomendasikan dan disetujui oleh salah satu ulama salafi Shalih
bin
Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dihalaman depan terdapat surat rekomendasi
dari Shalih bin Fauzan untuk menerbitkan buku tersebut: ".... Sungguh,
komentar (ta'liq)-nya telah mencukupi. Dan saya ijinkan untuk menerbitkan
dan menyebarkannya. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan risalah ini
bermanfaat untuk manusia"

Artinya, buku ini dapat digunakan sebagai representasi sikap salafi
terhadap
golongan yang berbeda pendapat (ijtihad) dengan mereka. Disamping itu, apa
yang tertera didalam buku tersebut juga diperkuat lagi dengan buku-buku
salafi yang lain dan website-website salafi.

Mungkin buku tersebut dimaksudkan memberikan nasehat kepada golongan yang
dianggap menyalahi as-sunnah dan mereka yang tidak termasuk golongan
salafi,
tetapi secara tidak sadar buku tersebut telah menelanjangi KARAKTER ASLI
SALAFI. Dalam tulisan ini akan diungkapkan karakter salafi dan bantahan
terhadap pendapat mereka. Karakter-karakter salafi dapat kita simpulkan
sebagai berikut:


1. Merasa dirinya paling benar dan Satu-satunya golongan yang selamat,
benar
dan masuk syurga

Salafi meyakini bahwa merekalah yang disebut-sebut dalam hadits Nabi
sebagai
golongan yang selamat dan masuk syurga, sedangkan 72 golongan lainnya
kelompok sesat dan bid'ah dan akan masuk neraka. Hadits tersebut berbunyi,

Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya
masuk
neraka kecuali satu golongan." Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka,
wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengikutiku dan para
sahabatku." [HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan
Al-Hakim].

Keyakinan salafi ini diperkuat oleh kaidah yang mereka gunakan: "Kebenaran
hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali", hal ini berasal
dari pemahaman salafi terhadap hadits Rasulullah Saw, Rasulullah saw
bersabda: 'Inilah jalan Allah yang lurus' Lalu beliau membuat beberapa
garis
kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda: 'Inilah jalan-jalan
(yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu terdapat
syaithan yang mengajak kearahnya' Kemudian beliau membaca ayat, Dan
(katakanlah): 'Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia.
Dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (Qs. al-An'aam [6]: 153). [HR Ahmad,
Ibnu
Hibban dan Hakim]. (lihat 5, hal 47-48).

Dengan mengutip dua hadits tentang; satu golongan yang selamat dari 73
golongan dan hanya satu jalan yang lurus, maka salafi meyakini bahwa
merekalah yang disebut-sebut kedua hadits tersebut. Salafi-lah satu-satunya
golongan yang selamat dan masuk syurga, serta golongan yang menempuh jalan
yang lurus itu. Simaklah pernyataan salafi,

"Dan orang-orang yang tetap diatas manhaj Nabi saw, mereka dinisbahkan
kepada salaf as-shalih. Kepada mereka dikatakan as-salaf, as-salafiyun.
Yang
menisbatkan kepada mereka dinamakan salafi" (lihat 1, hal 33 catatan kaki).

"Kami diatas manhaj yang selamat, diatas akidah yang selamat. Kita
mempunyai
segala kebaikan -alhamdulillah-" (lihat 1, hal 76-77).

"Jadi jika benar dia diatas manhaj Rasulullah Saw dan manhaj salafu
ash-shalih, maka dia dari ahlu jannah. Bila dia menjadi orang yang berbeda
diatas manhaj sesat, maka dia terancam neraka" (lihat 1, hal 110).

"Saya (Abu Abdillah) berkata: Subhanallah! Bagaimana dia membolehkan
dirinya
menggabungkan antara manhaj salaf yang benar dengan manhaj-manhaj dan
kelompok-kelompok bid'ah yang sesat dan bathil" (lihat 1, hal 32 catatan
kaki).

"Jalan merekalah yang harus ditempuh oleh generasi yang datang setelahnya,
memahami dengan pemahaman mereka, menerapkan dan mendakwahkannya seperti
mereka. Jalan merekalah yang kemudian dikenal dengan istilah manhaj salaf,
metode salaf, ajaran salaf atau pemahaman salaf dan lain-lain" (lihat 4).

Akibatnya, sulit bagi salafi untuk menerima ijtihad golongan/ulama lain
yang
berbeda dengan mereka, karena salafi meyakini kebenaran hanya satu dan
salafi-lah pemilik kebenaran itu, karena merekalah golongan yang paling
sesuai dengan as-sunnah, yang paling benar, selamat dan ahlu jannah.

Dalam hadits tersebut ada kata firqah, tapi dalam konteks ini sebagai
seseorang/golongan yang dikutuk karena tindakan yang mereka lakukan telah
menyimpang dari wahyu Allah. Firqah yang dihukum dan masuk kedalam api
neraka, serta firqah yang selamat dan masuk syurga tidak bisa dinisbatkan
kepada golongan tertentu. Oleh karena itu, mereka-mereka yang mengikuti
mazhab-mazhab tertentu atau golongan lain selain salafi tidaklah bisa
diberi
label 'sesat'. (lihat 2).

Kebenaran hanya milik Allah swt, bukan milik satu golongan. Bahkan para
Imam
Madzhab sendiri tidak pernah meng-klaim bahwa diri (madzhab) merekalah yang
paling benar, simaklah pernyataan para Imam Madzhab tersebut,

Imam Abu Hanifah (Hanafi): "Jika suatu hadits shahih, itulah madzhabku".
"Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu
darimana kami mengambil sumbernya"

Imam Malik (Maliki): "Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah,
terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan
al-Qur'an dan sunnah, ambillah, dan bila tidak sesuai dengan al-Quran dan
sunnah, tinggalkanlah"

Imam Syafi'i: "Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan
dengan hadits Rasulullah Saw, peganglah hadits Rasulullah Saw itu dan
tinggalkanlah pendapatku itu"

Imam Ahmad bin Hambal (Hambali): "Janganlah engkau taqlid kepadaku atau
kepada Malik, Syafi'i, Auza'i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber
mereka
mengambil" (lihat 8, hal 53-60).

Begitulah para Imam Madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar
sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan, merekalah salafus shalih
yang
benar. Ketika salafi merasa paling benar sendiri, maka salafi bukanlah
salafush shalih yang benar seperti yang telah dicontohkan oleh para Imam
Madzhab.

Bahkan diantara Imam Madzhab terdapat perbedaan ijtihad dalam beberapa
masalah furu', mereka tidak saling membid'ahkan dan menyesatkan satu sama
lain. Bahkan menganjurkan untuk menelaah dulu hujjah mereka dan jika ada
hujjah yang lebih kuat (quwwatut dalil) silahkan diambil hujjah itu.

Dilain hal, jaminan Allah SWT terhadap hamba-Nya ahli syurga adalah kepada
orang yang mukmin, tidak ada klasifikasi apakah mukmin salafi, mukmin
ikhwani, mukmin tahriri, mukmin tablighi, dan mukmin-mukmin tertentu saja.
Selama mukmin tersebut menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan
semua
larangan-Nya, maka Allah SWT menjanjikan syurga bagi mukmin tersebut,

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta
mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. (Qs. at-Taubah [9]: 111).

Golongan yang lain adalah sesat dan bid'ah serta lebih berbahaya daripada
golongan fasik

Salafi meyakini golongan lain yang berbeda dengan mereka sebagai sesat dan
ahlu bid'ah. Golongan bi'dah ini lebih berbahaya dari pada golongan fasik
(pelaku maksiat), karena golongan fasik masih bisa dinasehati dan diajak
kejalan yang benar karena mereka tahu telah berbuat maksiat, sedangkan ahlu
bid'ah tidak tahu bahwa mereka telah sesat, sehingga sulit untuk diajak
kejalan yang benar.

"Sebab pelaku maksiat masih bisa diharap untuk bertaubat, karena dia merasa
berdosa dan tahu bahwa dirinya berbuat maksiat. Berbeda dengan ahli bid'ah,
sedikit sekali kemungkinannya untuk bertaubat. Karena mubtadi' (pelaku
bid'ah) menyangka kalau dirinya diatas kebenaraan, dan menyangka bahwa
dirinya orang yang taat serta diatas ketaatan." (lihat 1, hal 22).

Istiqamahnya golongan yang dianggap sesat dan bid'ah oleh salafi dengan
pendapat (ijtihad) mereka, adalah hal yang wajar dan dapat dipahami, karena
golongan ini mempunyai hujjah yang kuat juga untuk mempertahankan ijtihad
mereka. Disisi lain, perbedaan dalam masalah furu'iyah khilafiyah merupakan
hal yang biasa dalam khasanah Islam dan para mujtahid (lihat penjelasan
pada
poin 2).

Hanya mereka yang berhak menyandang nama salafi

Salafi meyakini bahwa wajib memberikan nama golongan yang selamat itu
sebagai salafi dan melarang golongan lain menggunakan nama salafi, "Jadi
penisbatan kepada salaf adalah penisbatan yang harus, sehingga jelaslah
bagi
salafi (pengikut salaf) terhadap al-haq" (lihat 1, hal 33 catatan kaki).

"Oleh karenanya tidak boleh memakai nama salafiyah, bila tidak diatas
manhaj
salaf" (lihat 1, hal 34).

Sikap ini menunjukkan rasa 'ashabiyyah yang kental, dengan menganggap
golongannya yang paling benar dan Rasulullah Saw mencela sikap 'ashabiyyah
ini,

Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada 'ashabiyyah, orang
yang berperang karena 'ashabiyyah, serta orang yang mati karena
'ashabiyyah.
[HR Abu Dawud].

Bahkan Shalih bin Fauzan Al-Fauzan yang merekomendasikan kitab "Menepis
penyimpangan manhaj Dakwah", dalam kitabnya Al-Wala' dan Al-Bara' melarang
bersikap 'ashabiyyah,

"Inilah keadaan orang-orang yang ashabiyah pada saat ini dari sebagian
pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah kubur.
Apabila mereka diajak untuk mengikuti Al-Kitab dan as-sunnah serta membuang
jauh apa-apa yang menyelisihi keduanya (Al-Kitab dan as-sunnah) mereka
berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak dan
nenek moyang mereka" (lihat 3, hal 63-64).

Bagaimana bisa timbul pertentangan, satu sisi merekomendasikan sebuah kitab
yang sangat kental sikap 'ashabiyyahnya karena merasa golongan yang paling
benar dan hanya mengacu kepada ijtihad ulamanya sendiri, tetapi dalam kitab
lain melarang orang-orang bersikap 'ashabiyyah. Ini salah satu pertentangan
beberapa kitab diantara ulama-ulama salafi, bahkan dalam satu kitab bisa
terjadi pertentangan satu sama lain.


2. Mencela golongan/ulama lain

Tidak boleh berkasih sayang, berteman, semajelis dan shalat dibelakang
golongan sesat dan bid'ah. Jangan ungkapkan kebaikannya dan selalu
ungkapkan
keburukan golongan sesat dan bid'ah.

Terkait dengan poin 1 diatas dimana hanya golongan salafi-lah yang paling
benar, mengakibatkan salafi dengan mudah mencela golongan/ulama lain yang
berbeda ijtihad dengan mereka, bahkan salafi melarang berkasih sayang dan
berteman dengan mereka,

"Adapun apabila bermaksud berkasih sayang dengan mereka atau berteman
dengan
mereka tanpa (ada maksud) mendakwahi dan menjelaskan yang haq, maka tidak
boleh. Seseorang tidak boleh bergaul dengan orang-orang yang menyimpang
tersebut, kecuali didalamnya didapatkan faedah syar'i, yaitu menyeru mereka
kepada Islam yang benar dan menjelaskan al-haq agar kembali kepada
kebenaran" (lihat 1, hal 26).

Tidak boleh semajelis dengan mereka, "Abu Qalabah berkata: Janganlah kalian
bermajelis dengan mereka dan jangan kalian bergaul dengan mereka.
Sesungguhnya saya tidak merasa aman dari mereka yang akan menceburkan
kalian
dalam kesesatannya. Atau mengaburkan kebenaran-kebenaran yang telah kalian
ketahui" (lihat 1, hal 111 catatan kaki).

Bahkan salafi tidak boleh shalat dibelakang mereka,

"Jangan shalat dibelakang mereka, seperti Jahmiyah dan Mu'tazilah" (lihat
1,
hal 66 catatan kaki).

Tidak boleh mengungkapkan secuilpun kebaikan mereka karena mengakibatkan
orang awam akan mengikuti mereka, harus diungkapkan keburukan-keburukannya,

"Apabila engkau menyebutkan kebaikan-kebaikannya, berarti engkau menyeru
untuk mengikuti mereka. Jangan... jangan engkau sebutkan
kebaikan-kebaikannya. Sebutkan saja penyimpangan-penyimpangan yang ada pada
mereka. Karena engkau diserahi untuk menjelaskan kedudukan mereka dan
kesalahan-kesalahan agar mereka mau bertaubat, dan agar orang lain
berhati-hati terhadapnya" (lihat 1, hal 28-29).

Begitu berbahayanya golongan yang dianggap sebagai sesat dan bid'ah
tersebut, sehingga "nyaris" diperlakukan seperti orang kafir, tidak boleh
berteman, berkasih sayang dan semajelis dengan mereka. Karena begitulah
perintah Allah swt dalam memperlakukan orang-orang kafir, mukmin tidak
boleh
berteman dekat dengan orang kafir,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman

kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. (Qs. Ali'Imraan [3]:
118).

Tidak boleh semajelis dengan mereka,

Dan sungguh Allah telah menurunkan padamu didalam Al-Quran bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka
janganlah kamu duduk berserta mereka. Karena sesungguhnya (kalau kamu
berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah
akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir didalam
neraka jahanam. (Qs. an-Nisaa' [4]: 140).

Padahal sesama mukmin itu bersaudara, apapun golongan, kebangsaan, dan
sukunya, selama ia seorang muslim maka ia saudara bagi muslim yang lain.
Rasulullah saw tidak pernah membedakan antara Abu Bakar dan Umar yang Arab,
Bilal yang Habsyi (negro), Salman yang Persi dan Shuhail yang Rumawi,
semuanya sama dihadapan Rasulullah Saw selama mereka beriman kepada Allah
dan rasul-Nya.

Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Qs.
al-Hujuraat [49]: 10).

Sesama mukmin tidak boleh saling mencela, mendzalimi dan merendahkan, serta
harus berda'wah dengan lemah lembut,

Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; satu sama lain tidak boleh
saling
mendzalimi, menelantarkan dan merendahkan. [HR Muslim dan Ahmad].

Maka disebabkan rahmat Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. (Qs. Ali-'Imraan [3]:
159)

Golongan sesat dan bid'ah harus dihambat gerakannya dan kalau perlu
dimusnahkan

Salafi meyakini golongan sesat dan menyesatkan ini (termasuk partai politik
dan salafi memberikan istilah hizbiyyah atau haraqah, metode da'wah
hizbiyyah ini beraneka ragam, ruwet, lagi kacau lihat 6, hal 39) harus
dihambat gerakannya dan kalau perlu dimusnahkan karena sangat berbahaya
bagi
masyarakat, karena golongan ini akan meracuni masyarakat dan menyebar
perpecahan umat.

"Da'i salafiyun tidak boleh memberi kelapangan bagi tersebarnya
manhaj-manhaj mereka. Bahkan wajib mempersempit ruang gerak dan memusnahkan
manhaj mereka" (lihat 1, hal 69 catatan kaki).

Sehingga kaum muslimin harus menyatu dalam satu golongan saja, yakni
salafi.
Tidak boleh ada golongan-golongan lain yang eksis, adanya jamaah-jamaah,
kelompok-kelompok atau golongan-golongan menunjukkan adanya perpecahan umat
Islam. (lihat 6, hal 39).

Hampir semua golongan dianggap sesat dan menyesatkan oleh salafi, mereka
pukul rata antara golongan yang sesat dengan golongan yang benar. Hanya
gara-gara beberapa perbedaan ijitihad dalam masalah furu', dengan mudah
salafi menyesatkan golongan tersebut.


Salafi menyesatkan golongan syi'ah (rafidhah) dan Ahmadiyah, salafi juga
menyesatkan pula golongan lain yang berbeda ijtihad dalam beberapa hal
dengan mereka semisal Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir,
NII,
Tasawuf, dan lain-lain. (lihat 5, hal 95-145).

"Saya (Abu Abdillah) berkata: Ya Allah ya Rab kami saksikanlah bahwa kami
bara' (berlepas diri) dari dakwah IM dan pendirinya, yang menyelisihi
al-kitab dan as-sunnah dan apa-apa yang ada pada pendahulu umat ini" (lihat
1, hal 26 catatan kaki).

Ulama yang berbeda ijtihad dengan salafi dianggap sesat dan ahlu bid'ah,
diharamkan membaca kitab-kitab mereka

Ulama-ulama besar dan berjasa bagi kebangkitan kaum muslimin tidak luput
dari celaan salafi, menganggap mereka ahlu bid'ah, dilarang memuji,
mengagungkan mereka, mengharamkan untuk membaca kitab-kitab mereka dan
mendengarkan kaset-kaset mereka. Hal ini terjadi karena perbedaan ijtihad
dalam beberapa hal saja. Ulama yang mereka anggap sesat dan ahlu bid'ah
antara lain; Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, Abul A'la
Al-Maududi, Taqiyuddin An-Nabhani, Muhammad Al-Ghazali, Muhammad Surur,
Hasan Turabi, Yusuf Qaradhawi, dan lain-lain.

Bahkan ada orang yang memuji-muji: "Abul A'la Al-Maududi dan
kitab-kitabnya,
Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, Hasan
Turabi dan yang semisal mereka dari kalangan ahlu bid'ah" (lihat 1, 129
catatan kaki).

"Tidak boleh membaca kitab-kitab ahlu bid'ah maupun mendengarkan
kaset-kaset
mereka. Kecuali orang yang ingin membantah dan menjelaskan kerusakan
mereka"
(lihat 1, hal 111).

"Hingga siapa saja yang memuji, memuliakan, mengagungkan kitab-kitab
mereka,
atau memberi udzur (maaf) untuk mereka, maka samakan dia dengan mereka
(ahlul bid'ah dan ahlu ahwa'), dan tidak ada kemuliaan bagi mereka semua"
(lihat 1, hal 133 catatan kaki).

"Hati-hati engkau terhadap kitab-kitab ini. Ini adalah kitab-kitab bid'ah
dan sesat, berpeganglah kalian kepada atsar" (lihat 1, hal 112 catatan
kaki).

Sungguh sikap tercela dengan menganggap golongan/ulama itu sesat, hanya
karena dalam beberapa hal ijtihad mereka berseberangan dengan salafi. Dalam
masalah-masalah furu'iyah khilafiyah bisa saja perbedaan ijtihad, para
sahabat seringkali berbeda pendapat dalam banyak hal, yang terkait kepada
masalah-masalah furu'. Mujtahid-mujtahid besar dalam Islam-pun mempunyai
perbedaan pendapat diberbagai aspek agama Islam, tetapi sekali lagi masalah
yang menjadi dasar perbedaan tersebut adalah dalam furu'. Tetapi mereka
tidak saling menyesatkan dan membid'ahkan. (lihat 2)

Kasus yang sangat populer dizaman Rasulullah Saw dimana diyakini sebagai
landasan dibolehkannya perbedaan (ikhtilaf) dalam masalah furu', adalah
saat
perang Khandaq. Dimana para sahabat memahami berbeda perintah Rasulullah
Saw,

Janganlah salah seorang dari kalian melaksanakan shalat ashar kecuali
di(daerah) Bani Quraizhah.

Para sahabat ada yang shalat ashar dalam perjalanan, ada juga yang
mengakhirkan shalat 'ashar hingga sampai di Bani Quraizhah, maka Rasulullah
Saw-pun mendiamkan (taqrir) kedua kelompok sahabat yang berbeda itu (lihat
7, hal 14). Hal ini diyakini bahwa dibolehkan terjadinya ikhtilaf dalam
masalah furu' dan membantah dengan tegas pernyataan salafi bahwa "Kebenaran
hanya satu", karena dalam kasus melaksanakan shalat 'ashar yang berbeda
diantara dua kelompok sahabat ini didiamkan (taqrir) oleh Rasulullah saw
atau kedua kelompok sahabat itu benar dan tidak ada yang salah.

Khatimah:

1. Salafi merasa dirinya yang paling benar, karena mereka meyakini
kebenaran
hanya satu, indikasi yang terdapat dalam hadits hanya satu golongan yang
masuk syurga dari 73 golongan adalah golongan salafi, serta salafi
menganggap sesat dan bid'ah golongan yang berseberangan ijtihad dengan
mereka. Sehingga sulit bagi salafi untuk menerima ijtihad yang berbeda
dengan mereka dan sangat taqlid dengan ijtihad ulama-ulama mereka.

2. Salafi cenderung mencela golongan lain, karena salafi diperintahkan
untuk
mengungkapkan semua keburukan golongan sesat dan bid'ah itu dan dilarang
mengungkapkan secuil-pun kebaikan mereka. Karena mengungkapkan kebaikan
mereka akan menyebabkan orang lain mengikuti golongan sesat dan bid'ah itu.
Sehingga tidak heran jika buku-buku dan website-website salafi banyak
memuat
celaan sesat dan bid'ah kepada golongan lain.

3. Salafi juga melarang untuk berkasih sayang, berteman dengan golongan
selain mereka, bahkan tidak boleh shalat dibelakang mereka, salafi
menyesatkan ulama yang mereka anggap ahlu bid'ah, melarang memuji,
mengagungkan, membaca kitab dan mendengarkan kaset ulama-ulama tersebut.
Sehingga salafi akan mengalami kesulitan dalam menjalin ukhuwah dengan
golongan lain, malah akan menimbulkan pertentangan dan perpecahan dengan
golongan lain.

4. Salafi akan menghambat gerak da'wah golongan yang dianggap sesat dan
bid'ah oleh mereka, bahkan harus memusnahkan mereka (golongan da'wah dan
partai politik), karena golongan itu akan meracuni umat dan menimbulkan
perpecahan. Sehingga akan timbul benturan dimedan da'wah antara salafi
dengan golongan lain, karena golongan lain merasa dihalang-halangi saat
berda'wah diarea-area yang dikuasai oleh salafi.

Diharapkan setelah memahami karakter salafi ini, kita mampu mengantisipasi
menghadapi golongan seperti ini. Tetapi jangan kaget, jika penjelasan dari
kitab-kitab salafi diatas, akan ditemukan pertentangan dalam kitab-kitab
salafi yang lain. Karena diantara ulama salafi sendiri bisa terjadi saling
pertentangan, seperti halnya terpecahnya salafi dalam beberapa golongan.
Wallahua'lam,

Maraji':
1. Menepis penyimpangan manhaj Dakwah, Abu Abdillah Jamal bin Farihan
Al-Haritsi. Ini buku utama yang membongkar karakter asli salafi dan telah
direkomendasikan untuk diedarkan oleh ulama salafi Shalih bin Fauzan.
2. www.hayatulislam.net , Kritik: Terbagi kedalam 73 golongan, Asif Khan
3. Al-wala' dan al-bara', Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
4. www.salafy.or.id , Sekali lagi : Mengapa harus manhaj Salaf ?, Muhammad
Umar As-Sewed
5. Risalah bid'ah, Abdul Hakim bin Amir Abdat. Ini buku yang unik, karena
mencantumkan daftar bid'ah dengan nomor tertentu sehingga mirip penomoran
hadits. Tidak kurang 561 bid'ah dicantumkan dalam buku ini.
6. Bunga rampai fatwa-fatwa syar'iyah jilid 1, Abul Hasan Musthafa
7. Masalah-masalah khilafiyah diantara gerakan Islam, Muhammad Asy-Syuwaiki
8. Sifat Shalat nabi, Muhammad Nashiruddin Al-Albani


---------------------------------
Yahoo! for Good
 Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.

[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links










Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links















------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke