dari awal saya menganggap bahwa misbach ini adalah orang kafir yg sedang mengadu-domba kaum muslim dgn dalil-dalil dhaif & palsu, seandainya misbach ini seorang muslim saya tetap menganggapnya sebagai seorang santri madrasah ibtidaiyah yg sedang mencari-cari kelemahan hadits2 bukhari-muslim. masyaallah. insyaallah tauhid saya tidak akan bergeser sedikitpun krn tulisan misbach.
On 11/18/05, Harry Sufehmi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > On 11/17/2005 at 10:03 AM [EMAIL PROTECTED] wrote: > >Saudaraku semua kini sudah semakin jelas kan kira2 aliran apa yang dianut > >oleh Pak Misbach (atau kelompoknya) ini, ternyata mereka ngambil > referensi > >dari islam liberal. Semoga dengan makin jelasnya ini kita dapat tahu cara > >yang dipakai untuk menyangkal pemikiran mereka. > >Tapi karena saya sendiri masih awam, saya mohon untuk saling berbagi > >pendapat dan urun rembug untuk menangkal aliran "sesat" ini. > > Kalau mau membaca kritik yang jujur kepada Islam, baca buku seperti > "Struggling to surrender", dan beberapa buku lainnya. > Akan jelas bahwa masalah dengan Islam sebetulnya bukan pada syariah / > agamanya, namun para penganutnya. > "Islam is the best religion, with the worst believers". > > Banyak buku yang terkesan ilmiah dalam mengkritik Islam, namun sebetulnya > penuh dengan pembelokan fakta dan usaha pembentukan opini negatif. > Contoh: buku "Islam and Terrorism", buku ini ditulis oleh seorang mantan > profesor di Universitas Al-Azhar, yang telah murtad. Pembahasan buku ini > salah satunya bisa dibaca di: > http://www.harrysufehmi.com/phpwiki/index.php/AnalysisOfIslamAndTerrorism > > Mengenai buku-buku dari para "feminis Islam" - perhatikan bahwa kebanyakan > mereka adalah dari Pakistan, Bangladesh, dll. > Masalahnya, banyak kita yang tidak tahu konteks mereka - apa situasi di > tempat tinggal mereka. > > Kebetulan saya pernah cukup lama bersentuhan dengan komunitas mereka > sewaktu tinggal di Inggris. > Ternyata, di komunitas mereka ini, penafsiran Islam cenderung sangat > male-centric. Jadi, sangat menguntungkan laki-laki. Lalu, dicampur aduk lagi > dengan kebudayaan mereka. > > Maka, yang terjadi adalah berbagai praktek yang tidak Islami; seperti > kawin paksa, mutilasi genital, penjajahan wanita, wanita menjadi komoditas, > dst. > > Nah, wajar kalau para feminis itu kemudian berontak kepada ini semua. > Tetapi anehnya, para feminis ini (yang katanya pintar-pintar itu) gagal > membedakan antara ajaran Islam yang sebenarnya, dan penafsiran/pelaksanaan > yang keliru. > Jadinya, mereka justru menyerang Islam dengan ganasnya. > > Jadi, sebelum membaca buku para feminis tersebut, ingatlah bahwa mereka > sangat bias terhadap Islam. Baca buku mereka dengan kritis, jangan cuma > menelannya mentah-mentah (seperti yang dilakukan oleh berbagai aktivis Islam > Liberal). > > Ini satu lagi keberatan saya dengan berbagai aliran Islam yang ada - JIL, > Syiah, dll, mereka semua serupa, yaitu kalau ada suatu tulisan yang mereka > senangi, maka mereka bisa menerimanya dengan mentah-mentah tanpa dikritisi > sama sekali. > Fatal sekali. > > Ini sangat berbeda dengan para ulama Ahlus sunnah, contohnya bisa kita > lihat ke para ahli hadits; walaupun suatu hadits terlihat bagus dan sesuai > dengan Islam, tapi kalau sanadnya tidak bisa diverifikasi, maka langsung > tanpa basa-basi akan dicap sebagai hadits palsu. > > Kritis tanpa bias. > Inilah salah satu perbedaan utama antara manhaj yang shahih, dengan > berbagai aliran yang ada. > > > Salam, > Harry > > > >Misbach Sulaiman <[EMAIL PROTECTED]> on 17/11/2005 09:07:01 > >Subject: Irshad Manji > > > > > >Saya kini sedang menikmati buku Irshad Manji, The Trouble with Islam > Today. > >Dia bukan seorang sarjana muslim. Tapi dengan jujur dia telah > mengungkapkan > >sesuatu yang dirasakan seorang muslim tentang Islam yang "dipraktekkan" > >dalam masyarakat. Saya mendapat banyak pelajaran dari buku ini, sebab > >pengarangnya adalah sedikit di antara muslimah yang berani melontarkan > >"suara lain".Saya kini sedang menikmati buku Irshad Manji, The Trouble > with > >Islam Today. Dia bukan seorang sarjana muslim. Tapi dengan jujur dia > telah > >mengungkapkan sesuatu yang dirasakan seorang muslim tentang Islam yang > >"dipraktekkan" dalam masyarakat. Saya mendapat banyak pelajaran dari buku > >ini, sebab pengarangnya adalah sedikit di antara muslimah yang berani > >melontarkan "suara lain". > >Jujur harus diakui, dalam hukum Islam banyak sekali bentuk-bentuk > >"diskriminasi" atas perempuan. Ini bukan berarti Islam tak membawa > >perbaikan bagi hak-hak perempuan. Islam telah membawa banyak hal positif > >bagi perempuan. Tapi, sementara definisi tentang hak-hak perempuan terus > >bergerak, hukum Islam "mogok" di tengah jalan, dengan alasan ia sudah > >ketentuan Tuhan yang tidak boleh diutak-utik. "Ulama laki-laki" > seakan-akan > >seenaknya menjustifikasi diskriminasi itu dengan bersembunyi di balik > >"hukum-hukum Tuhan" yang konon tak boleh diubah. Ini sama dengan memakai > >agama untuk melanggengkan ketidakadilan. > >Karena itu sikap saya, sebagaimana Manji, jelas: Islam harus ditafsirkan > >terus-menerus sesuai dengan rasa keadilan yang berkembang dalam > masyarakat. > >Islam tak boleh dihentikan geraknya dengan dalih Tuhan sudah memberi > >batas-batas yang jelas tentang perempuan. > >Bagi saya, hubungan antara agama dan pemeluknya bersifat dialektis > ('alaqah > >jadaliyyah): agama tak bisa bersikap "burung unta", acuh terhadap > >"protes-protes" yang dilontarkan pemeluknya. Agama harus menyesuaikan > diri > >dengan kebutuhan pemeluknya. Tapi pemeluk agama juga harus bisa > >menyesuaikan diri dengan "visi moral" yang dikehendaki agama. > >Hubungan dialektis antara agama dan pemeluknya itu mengandaikan bahwa > agama > >dan pemeluknya saling menyesuaikan diri. Agama tak bisa meletakkan diri > >secara doktriner seperti "diktator" yang memaksakan hukum-hukumnya walau > >jelas hukum-hukum itu tak sesuai dengan kebutuhan umatnya. Tapi manusia > >juga tak bisa meletakkan dirinya secara absolut sebagai "kriteria" > tunggal. > >Karena itu, pengalaman manusia dalam beragama sama pentingnya dengan teks > >ajaran itu sendiri. Ajaran agama muncul karena merespons pengalaman > manusia > >dalam situasi yang spesifik, dan karena itu juga dibentuk oleh kondisi > >historis. Tapi agama, selain terkondisikan oleh sejarah, juga melampaui > >sejarah. Agama adalah "di dalam" sekaligus "di luar" sejarah. > >Salah satu sikap sebagian umat Islam yang saya anggap kurang tepat adalah > >anggapan bahwa Islam yang "benar" dan "lurus" sudah tersedia, sudah > >selesai, karena sudah terkandung dalam ajaran-ajaran yang diwedarkan oleh > >Kanjeng Nabi Muhammad. Umat Islam tak perlu repot-repot lagi "mencari". > >Buat apa "mencari jalan kebenaran", toh semuanya sudah tersedia dengan > >komplit dalam ajaran yang ada. > >Islam memang telah diwedarkan dengan tuntas oleh Nabi. Tapi penerapannya > >juga tidak semudah yang dibayangkan. Penerapan ajaran Nabi harus tetap > >kreatif dan dinamis, dan karena itu penelaahan rasional dalam bentuk > >ijtihad diperlukan. Di situlah proses pencarian Islam berlangsung. > Anggapan > >bahwa semuanya telah "selesai" dan "sempurna" adalah cerminan dari > >kemalasan berpikir, "spiritual complacency". > >Karena pencarian penting, maka pengalaman manusia juga menjadi penting. > >Agama tidak bisa menundukkan pengalaman manusia sepenuhnya, sebaliknya > >pengalaman manusia tidak bisa "mengarahkan" agama sepenuhnya. Yang > terjadi > >adalah proses dialektis: Islam adalah "imam" sekaligus "makmum" terhadap > >umat Islam. Begitulah sebaliknya. > >Karena itu, selain buku Manji, karya Asra Q Nomani, Standing Alone in > >Mecca: An American Woman's Struggle for the Soul of Islam juga perlu > >dibaca. Buku ini berkisah tentang seorang perempuan muslimah asal > Pakistan > >yang terseok-seok mencari "jiwa Islam" yang sesungguhnya melalui > pengalaman > >hidup yang pasang surut. "Otobiografi spiritual" Ziauddin Sardar, > >Desperately Seeking Paradise, juga layak dibaca. Sardar bercerita tentang > >perjalanannya mencari Islam, bergabung dengan banyak kelompok Islam, > >termasuk Jamaah Tabligh. > >Buku-buku Manji, Nomani, atau Sardar, menunjukkan bahwa "menjadi muslim" > >yang relevan dengan abad modern bukanlah pekerjaan mudah. Selalu ada > >pergulatan dan pergelutan di sana. [Ulil Abshar-Abdalla] > > > >Referensi: http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=828 > > > > > > > > > > Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. > Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] > Yahoo! Groups Links > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> AIDS in India: A "lurking bomb." Click and help stop AIDS now. http://us.click.yahoo.com/VpTY2A/lzNLAA/yQLSAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/