Assalamu'alaikum wr.wb., Akh Ahmed yang dirahmati Allah, Jazakallah atas postingannya. Namun karena sudah dianggap selesai, maka saya tidak akan membahas hal itu lebih lanjut. Hanya yang bisa saya sampaikan adalah, setahu saya jalan sufi itu (melalui tarekat) ada banyak sekali, dan diantaranya ada yang 'menyimpang' dan ada yang lurus ... CMIIW.
Jalan menuju Allah SWT itu adalah sebanyak tarikan nafas manusia ... Sebelum benar - benar diakhiri pembahasan ini, saya hanya ingin menyampaikan testinomi para ulama ahli fiqih terhadap sufi dan tasawuf. Termasuk diantaranya dari Imam Abdul Qoyyim Al-Jauziyah, Ibnu Taimiyyah, hatta Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab sendiri. Mungkin tasawuf yang dimaksud para ulama tersebut yang perlu kita ikuti. Memang kalau tidak kenal, maka tak akan sayang ... Al'afwu minkum, mohon maaf buat semuanya bila kurang berkenan. Salam, sayang, Hidayat === Kesaksian Para Ulama Fikh Tentang Ulama Sufi http://media.isnet.org/sufi/Opini/Saksi.html Imam Abu Hanifa (81-150 H./700-767 CE) Imam Abu Hanifa (r) (85 H.-150 H) berkata, "Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja'far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar". Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa Ibn 'Abideen said, "Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassim an-Nasarabadi, dari ash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma'ruf al-Karkhi, dari Dawad at-Ta'i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi." Imam berkata sebelum meninggal: lawla sanatan lahalaka Nu'man, "Jika tidak karena dua tahun, Nu'man (saya) telah celaka." Itulah dua tahun bersama Ja'far as-Sadiq Imam Malik (94-179 H./716-795 CE) Imam Malik (r): "man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran)." (dalam buku 'Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195 Imam Shafi'i (150-205 H./767-820 CE) Imam Shafi'i: "Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu: 1. mereka mengajariku bagaimana berbicara 2. mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut 3. mereka membimbingku ke dalam jalan tasauf [Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol. 1, p. 341.] Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H./780-855 CE) Imam Ahmad (r): "Ya walladee 'alayka bi-jallassati ha'ula'i as-Sufiyya. Fa innahum zaadu 'alayna bikathuratil 'ilmi wal murqaba wal khashiyyata waz-zuhda wa 'uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi," --Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi) Imam Ahmad (r) tentang Sufi:"Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka" ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120) Imam al-Muhasibi (d. 243 H./857 CE) Imam al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, "Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat" . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa itu adalah Golongan orang tasauf. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al-Wasiya p. 27-32. Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE) Imam al-Qushayri tentang Tasauf: "Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya ." [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2] Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE) Imam Ghazali, hujjat ul-Islam, tentang tasauf: "Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131]. Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE) Dalam suratnya al-Maqasid: "Ciri jalan sufi ada 5: 1. menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri 2. mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata 3. menghindari ketergantungan kepada orang lain 4. bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit 5. selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20] Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE) Imam Fakhr ad-Din ar-Razi: "Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan diri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku" ." [Ictiqadat Furaq al-Musliman, p. 72, 73] Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE) Ibn Khaldun: "Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi'een, and Tabi' at-Tabi'een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia" [Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328] Tajuddin as-Subki Mu'eed an-Na'eem, p. 190, dalam tasauf: "Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah" Dia berkata: "Mereka dalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia. Jalaluddin as-Suyuti Dalam Ta'yad al-haqiqat al-'Aliyya, p. 57: "tasauf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid'ah" Ibn Taymiyya (661-728 H./1263-1328 CE) Majmaca Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat, Cairo, Vol, 11, page 497, Kitab Tasawwuf: "Kamu harus tahu bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran Allah dan ketaatan kepada Nabi." Juga dalam hal 499: "Para syaikh dimana kita perlu mengambil sebagai pembimbing adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita dalam Haji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka' bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita. Di antara para syaikh yang dia sebut adalah: Ibrahim ibn Adham, Macruf al-Karkhi, Hasan al-Basri, Rabia al-Adawiyya, Junaid ibn Muhammad, Shaikh Abdul Qadir Jilani, Shaikh Ahmad ar-Rafa'i, and Shaikh Bayazid al- Bistami. Ibn Taymiyya mengutip Bayazid al-Bistami pada 510, Volume 10: "...Syaikh besar, Bayazid al-Bistami, dan kisah yang terkenal ketika dia menyaksikan Tuhan dalam kasyf dan dia berkata kepada Dia:" Ya Allah, bagaimana jalan menuju Engkau?". Dan Allah menjawab: "Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku". Ibn Taymiah melanjutakan kutipan Bayazid al-Bistami, " Saya keluar dari diriku seperti seekor ular keluar dari kulitnya". Implisit dari kutipan ini adalah sebuah indikasi tentang perlunya zuhd (pengingkaran-diri atau pengingkaran terhadap kehidupan dunia), seperti jalan yang diikuti Bayazid al-Bistami. Kita melihat dari kutipan di atas bahwa Ibn Taymiah menerima banyak Syaikh dengan mengutipnya dan meminta orang untuk mengikuti bimbingannya untuk menunjukkan cara menaati Allah dan Rasul saas. Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah tasauf Berikut adalah pendapat Ibn Tamiah tentang definisi Tasauf dari Volume 11, At-Tasawwuf, of Majmu'a Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah, Cairo: "Alhamdulillah, penggunaan kata tasauf telah didiskusikan secara mendalam. Ini adalah istilah yang diberikan kepada hal yang berhubungan dengan cabang ilmu (tazkiyat an-nafs and Ihsan)." "Tasauf adalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman. Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya. Tasauf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkan Allah: "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)" Dia melanjutkan mengenai Sufi,"mereka berusaha untuk menaati Allah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan (sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian dari merupakan golongan kanan (ashabus-syimal)." Imam Ibn Qayyim (d. 751 H./1350 CE) Imam Ibn Qayyim menyatakan bahwa, "Kita menyasikan kebesaran orang-orang tasauf dalam pandangan salaf bagaimana yang telah disebut oleh by Sufyan ath-Thawri (d. 161 H./777 CE). Salah satu imam terbesar abad kedua dan salah satu mujtahid terkemuka, dia berkata: "Jika tidak karena Abu Hisham as-Sufi (d. 115 H./733 CE) saya tidak pernah mengenal bentuk munafik yang kecil (riya') dalam diri (Manazil as-Sa'ireen) Lanjut Ibn Qayyim:"Diantara orang terbaik adalah Sufi yang mempelajari fiqh" 'Abdullah ibn Muhammad ibn 'Abdul Wahhab (1115-1201 H./1703-1787 CE) Dari Mu ammad Man ar Nu'mani's book (p. 85), Ad- ia'at al-Mukaththafa Didd ash-Shaikh Mu ammad ibn c'Abdul Wahhab: "Shaikh 'Abdullah, anak shaikh Muhammad ibn 'Abdul Wahhab, mengatakan mengenai Tasawwuf: 'Anakku dan saya tidak pernah menolak atau mengkritik ilmu tasauf, tetapi sebaliknya kami mendukungnya karena ia menyucikan baik lahir maupun batin dari dosa tersembunyi yang berhubungan dengan hati dan bentuk batin. Meskipun seseorang mungkin secara lahir benar, secara batin mungkin salah; dan untuk memperbaikinya tasauf diperlukan." Dalam volume 5 dari Muhammad ibn 'Abdul Wahhab entitled ar-Rasa'il ash-Shakhsiyya, hal 11, serta hal. 12, 61, and 64 dia menyatakan: "Saya tidak pernah menuduh kafir Ibn 'Arabi atau Ibn al-Fari karena interpretasi sufinya" Ibn 'Abidin Ulama besar, Ibn 'Abidin dalam Rasa'il Ibn cAbidin (p. 172-173) menyatakan: " Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut. Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka". [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24]. Shaikh Rashad Rida Dia berkata,"tasauf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan mempertanggungjawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi" [Majallat al-Manar, 1st year, p. 726]. Maulana Abul Hasan 'Ali an-Nadwi Maulana Abul Hasan 'Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, "Para sufi ini memberi inisiasi (baiat) pada manusia ke dalam keesaan Allah dan keikhlasan dalam mengikuti Sunah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap ma'siat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada Allah" "Di Calcutta, India, lebih dari 1000 orang mengambil inisiasi (baiat) ke dalam Tasauf" "Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuham merka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam" Abul 'Ala Mawdudi Dalam Mabadi' al-Islam (p. 17), "Tasauf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul" "Tasauf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya." Ringkasnya, tasauf, dahulu maupun sekarang, adalah sarana efektif untuk menyebarkan kebenaran Islam, memperluas ilmu dan pemahaman spiritual, dan meningkatkan kebahagian dan kedamaian. Dengan itu manusia dapat menemukan diri sendir dan, dengan demikian, menemukan Tuhannya. Dengan itu manusia dapat meningkatkan, merubah dan menaikan diri sendiri dan mendapatkan keselamatan dari kebodohan dunia dan dari godaan keindahan materi. Dan Allah yang lebih mengetahui niat hamba-hamba-Nya. ==== On 12/22/05, ahmedmustaqim05 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Wa'alaikumussalam warohmatulloh wabarokatuh, > > Alhamdulillah alangkah baiknya kita simak pengalaman seorang syaikh > Muhammad bin Jamil Zainu mantan pengikut Sufi berat juga dulunya. > Sampai dia mau dibunuh oleh salah seorang syaikh sufi di zamannya > karena menasehati mereka secara langsung itu ada kitabnya sendiri. > > Nah di bawah ini salah satu tulisan beliau masih seputar Tasawwuf > dan Sufi selama pengalamannya di dunia sufi dulu, silah menyimak! > > > Beberapa Catatan Tentang Ajaran Sufi > Oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu > > > Nama dan ajaran Sufisme tidak pernah dikenal atau ada pada masa > kehidupan Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam, para shahabat dan > Tabi'in. kemudian setelah itu muncul sekelompok orang zuhud yang > mengenakan pakaian sangat sederhana yang disebut dengan shuf (kulit > domba) dan dari situlah awal penamaan sufi. Ada juga pendapat yang > mengatakan bahwa sufi berasal dari kata sufiya yang dalam buku-buku > falsafah Yunani diartikan dengan hikmah. > > Yang jelas munculnya nama baru ini ternyata membawa dampak bagi kaum > muslimin, dimana akhirnya ajaran Sufi ini pecah menjadi sekian > banyak aliran (tharikat) dan sufi yang berkembang sekarang ini lebih > banyak kebid'ahan dan pemyimpangannya dibanding pendahulunya. > Berikut ini penjelasan syaikh Muhammad bin Jamil Zainu tentang > beberapa pokok ajaran sufi beserta tinjauannya dari pandangan Al > Qur'an dan Sunnah. > > > > Ajaran sufisme memiliki tharikat yang sangat banyak, masing-masing > mengklaim bahwa tharikatnya yang paling benar. Padahal Al Qur'an > melarang itu semua sebagaimana dalam firman Allah, artinya: > "Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. > Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi > beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang > ada pada golongan mereka." (QS. Ar Rum :31-32) > Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam juga menjelaskan bahwa tariqah > atau jalan yang lurus hanyalah satu, sebagaimana diriwayatkan dalam > hadits Ibnu Mas'ud. > > > > Ajaran sufisme membolehkan berdoa kepada selain Allah, baik itu > nabi, para wali yang masih hidup maupun yang telah meninggal. > Diantara mereka ketika beristighatsah ada yang mengucapkan: "Ya > Syaikh Abdul Qadir Jailani, Ya Rifai atau ya Nabi kepadamulah kami > bersandar dan minta pertolongan". Ini menyalahi firman Allah yang > artinya: "Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi > manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; > sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu > kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim". (QS. 10:106) > > > > Ajaran sufisme meyakini adanya Abdal (wali badal), Aqthab (wali > kutub) dan wali-wali lain yang diserahi oleh Allah mengatur segala > urusan dan perkara di alam ini. Padahal orang-orang musyrik saja > sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an mengetahui bahwa yang > mengatur semua urusan adalah Allah. > > > > Sebagian penganut sufisme meyakini wihdatul wujud (alam adalah satu > kesatuan sebagai wujud Rabb), ittihad atau hulul (bersatunya hamba > dengan rabb) sehingga tidak ada beda antara khaliq dan makhluk. > Ajaran ini disebarkan oleh Ibnu Arabi yang dalam penggalan syairnya > ia berkata: "Hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba". (Al Futuhat > Al Makiyyah , Ibnu Arabi). > > Ajaran ini sangat keterlaluan karena orang yang musyrik atau sangat > bodoh sekalipun akan bisa membedakan dirinya dengan Rabb (Tuhan). > > > > Sebagian kaum sufi mengajarkan zuhud dalam kehidupan, namun dengan > cara meninggalkan sebab-sebab atau usaha dan jihad (berjuang) > padahal Allah telah berfirman, artinya: " Dan carilah pada apa yang > telah dianu-gerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, > dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi > dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah > berbuat baik kepadamu." (QS. 28:77) > > "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu > sanggupi." (QS. 8:60) > > > > Tingkatan ihsan dalam sufi adalah ketika mereka berdzikir (kepada > Allah), mereka membayangkan syaikh mereka bahkan ketika shalat pun > demikian, tidak jarang diantara mereka yang menghadap gambar > syaikhnya ketika shalat. Ini bertentangan dengan makna hadits Nabi > Shallallaahu 'alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim > bahwa Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kita > melihatNya. > > > > Dalam tasawuf seseorang tidak boleh beribadah kepada Allah karena > takut neraka dan karena mengharap surga. Padahal Allah memuji para > Nabi yang berdoa kepadaNya karena mengharap surga dan karena takut > akan SiksaNya. Firman Allah, artinya: "Sesungguhnya mereka adalah > orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan- > perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan > cemas."(QS. 21:90), yakni mengharap surga dan cemas akan siksa dan > adzab Allah. > > > > Ajaran Sufisme membolehkan mengeraskan suara dalam do'a atau zikir > dan terkadang diiringi alat musik dan disertai tari-tarian sedang > Allah telah berfirman, artinya: "Berdo'alah kepada Rabbmu dengan > berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak > menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. 7:55) > > > > Sebagian kaum sufi tidak malu-malu menyebut nama khamar, mabuk, > wanita dan jatuhcinta dalam syair-syairnya dan terkadang itu dibaca > dalam acara-acara yang diadakan di masjid, sambil diiringi tepuk > tangan dan teriakan-teriakan. Dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa > bertepuk tangan merupakan adat orang-orang musyrik dalam ibadah > mereka. Firman Allah, artinya: "Sembahyang mereka di sekitar > Baitullah itu lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka > rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu." (QS. 8:35) > > > > Sebagian orang Sufi ada yang senang melakukan atraksi-atraksi > tertentu, misalnya menusuk, memukul diri dengan besi lalu ia > memanggil ya jaddah (wahai eyang) sehingga ia tidak sakit atau > terluka. Sebagian orang jahil menyangka bahwa ini adalah karamah > padahal tidak lain adalah istidraj (pemberian yang menjerumuskan). > > > > Orang-orang Sufi meyakini metode kasyf untuk menyingkap perkara- > perkara ghaib. Padahal tidak ada yang mengetahui perkara ghaib > kecuali Allah sebagaimana Firman Nya, yang > artinya: "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi > yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak > mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. 27:65) > > > > Orang Sufi berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa > Salam diciptakan oleh Allah dari NurNya. Kemudian dari Nur Muhammad > diciptakan alam ini. Sedang Al Qur'an menyebutkan bahwa Nabi > Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam adalah manusia biasa yag > diberi wahyu, dalam artian bahwa beliau anak turun Nabi Adam yang > diciptakan dari tanah dan terlahir melalui seorang ibu. Firman > Allah, artinya: "Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang > manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya > Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". (QS. 18:110) > > Kaum Sufi punya keyakinan bahwa dunia dan seisinya diciptakan karena > Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam padahal Allah telah > berfirman bahwa jin dan manusia diciptakan adalah untuk beribadah, > yang artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan > supaya mereka menyembah-Ku". (QS. 51:56) > > Ajaran Sufisme juga meyakini bahwa seseorang bisa melihat Allah > ketika di dunia. Sedang Al Qur'an menyangkal semua ini. Sebagaimana > kisah Nabi Musa yang ingin melihat Allah, artinya: " Rabb > berfirman: "Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihatKu, tapi > lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai > sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Rabbnya > menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur > luluh dan Musapun jatuh pingsan. (QS. 7:143) > > Diantara orang Sufi ada yang mengaku bisa bertemu Nabi Muhammad > Shallallaahu 'alaihi wa Salam (setelah beliau meninggal) dalam > keadaan terjaga atau sadar penuh. Ini adalah sesuatu kedustaan, > karena Al Qur'an menjelaskan bahwa alam barzah itu terdinding > sehingga tidak mungkin orang yang telah meninggal kembali lagi ke > dunia, Firman Allah, artinya: "Dan di hadapan mereka(yang telah > meninggal) ada dinding sampai hari mereka dibangkitan." (QS. 23:100) > > Sebagian penganut tasawwuf ada yang mengaku bahwa ia mendapat ilmu > langsung dari Allah tanpa melalui Rasul Shallallaahu 'alaihi wa > Salam. Ibnu Arabi mengatakan: "Dan dikalangan kami ada yang > mengambil ilmu langsung dari Allah, maka ia menjadi pengganti Allah > (khali-fatullah)." > > Ini adalah ucapan yang batil, karena Al Qur'an menjelaskan bahwa > perintah dan larangan Allah disampikan melalui RasulNya, sebagaimana > firman-Nya, yang artinya: "Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan > kepadamu dari Rabbmu." (QS. 5:67) > > Kemudian seseorang tidak akan mungkin jadi pengganti Allah, karena > Allah tidak akan bisa lupa atau terlengah dalam mengawasi > makhlukNya, justru Allahlah yang menjadi pengganti dalam menjaga > keluarga kita, ketika kita sedang safar (bepergian) oleh karena itu > Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam mengajarkan do'a: "Ya Allah > Engkaulah teman dalam safar dan pengganti dalam kelaurga." (HR. > Muslim) > > > > Kaum sufi merayakan maulid dengan berkumpul dan menamakannya Majlis > Shalawat Nabi. Sebagian mereka beri'tiqad bahwa Nabi > Shallallaahu 'alaihi wa Salam datang dalam acara tersebut dan bisa > menolong mereka. > > > > Kebanyakan orang sufi bersusah payah menyiapkan bekal dan uang, > sekedar untuk menziarahi kubur tertentu dan bertabaruk (mencari > berkah) di sana, dan ada pula yang menyembelih binatang atau thawaf. > Ini melanggar larangan Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam, dalam > sebuah sabdanya, yang artinya: "Tidak boleh bersusah payah > menyiapkan bekal untuk berpergian kecuali ke tiga masjid : Masjidil > Haram, Masjdku ini (Nabawi), dan Masjidil Aqsha." (Muttafaq 'Alaih). > Yang dimaksud bepergian dalam hadits di atas adalah dalam rangka > ibadah atau mendatangi tempat-tempat yang dianggap mulia. > > > > Kaum Sufi sangat fanatik dengan perkataan syaiknya (gurunya), > walaupun terkadang ucapan itu tidak sesuai dengan sabda Nabi > Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Firman Allah, artinya: " Hai orang- > orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya > dan bertaqwalah kepada Allah." (QS. 49:1) > > > > Kaum sufi banyak menggunakan Thalasim (rajah), huruf-huruf, dan > angka-angka dalam memilih (baca: meramal), juga ada yang menggunakan > jimat dan pengasihan. Ini termasuk perbuatan Arraf (tukang ramal) > yang berbuat kesyirikan. > > > > Kaum sufi senang membikin-bikin shalawat yang isinya terkadang > mengandung kemusyrikan dan jarang menggunakan shalawat yang telah > diajarkan oleh Rasulullah. > > > > Sumber: Ash-sufiyah fil Mizanil Kitab was Sunnah, Syaikh Muhammad > bin Jamil Zainu (Dept. Ilmiah) > > Selesai sampai disini kajian ttg sufi. > > Barokallahu fiik > Ahmed > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/