Rabu, 04 Januari 2006

Insya Allah

http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14

Oleh : M Subhi-Ibrahimi

Kalimat terpopuler di kalangan umat Islam, setelah salam
(assalamu'alaikum), adalah insya-Allah. Kalimat ini diucapkan saat
seseorang ingin melakukan sesuatu atau berjanji.

''Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu 'sesungguhnya aku
akan mengerjakan esok,' kecuali (dengan mengucapkan) insya Allah. Dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah 'mudah-mudahan
Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya
daripada ini.'' (QS Al-Kahfi: 23-24).

Secara literal, kalimat insya Allah berarti bila Allah menghendaki.
Sayangnya, kalimat ini kerap disalahgunakan. Ada dua bentuk penyalahgunaan.
Pertama, insya Allah dipakai untuk menunjukkan janji yang longgar dan
komitmen yang rendah. Insya Allah hanya pengganti dari kalimat, 'tidak
janji deh.' Ini keliru sebab nama Allah SWT dijadikan sebagai pembenaran
atas kemalasan menepati janji.

Kedua, segala tindakan ditentukan oleh Allah (fatalisme). Artinya, manusia
tidak memiliki ruang kebebasan untuk bertindak. Paham ini tidak tepat
karena Allah menganugerahi manusia kebebasan berkehendak. Bagaimana
seseorang mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan bila seluruh
tindakannya ditentukan oleh Allah?

Sebenarnya, insya Allah memiliki falsafah yang mendalam. Pertama, dalam
kalimat insya Allah tersimpan keyakinan yang kukuh, bahwa Allah SWT
terlibat dan punya andil dalam segala tindak-tanduk manusia. Kesadaran akan
kehadiran Allah SWT ini akan memupuk tumbuhnya moral yang luhur (akhlaq
al-karimah).

Hanya orang-orang yang merasa dirinya senantiasa ditatap Ilahi saja yang
akan mampu menjaga dari segala bentuk pelanggaran. Inilah yang disebut oleh
Rasulullah SAW sebagai ihsan, yaitu, ''Engkau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesunggguhnya Dia
melihatmu.'' (HR Muslim).

Kedua, ekspresi kerendahhatian (tawadhu'). Seseorang yang memastikan diri
bahwa besok akan bertindak sesuatu (sesungguhnya) terselip dalam relung
jiwanya sifat kibr (sombong). Termasuk sikap, bahwa dirinya penentu segala
sesuatu di masa depan tanpa ada peran Allah SWT. Seharusnya, orang yang
berucap insya Allah adalah orang yang sadar bahwa Allah SWT selalu
membimbing hamba-Nya.

Ketiga, perpaduan usaha dan penyerahan diri. Dalam kata insya Allah
terkandung suatu ketidakpastian akan apa yang terjadi esok. Karenanya,
keyakinan ini akan melahirkan motivasi, mempersiapkan secara sempurna
hal-hal yang menciptakan kesuksesan dari yang direncanakan, serta
memastikan apa yang akan terjadi seperti yang dikehendaki. (QS Al-Hasyr:
18).



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke