Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf
*********************************************************

SANG PEMILIK DERAJAT YANG TINGGI  (*)
Tempat Berlabuhnya Para Auliya



(Gambar di atas diambil dari bonus majalah bulanan Cahaya
Nabawiy No. 36 Th. III Dzulhijjah 1426 H / Januari 2006 M)


Alkisah tentang seorang Imam Al-Qutb yang tunggal dan merupakan qiblat
para auliya' di zamannya, sebagai perantara tali temali bagi para pembesar
yang disucikan Allah jiwanya, bagai tiang yang berdiri kokoh dan laksana batu
karang yang tegarditerpa samudera, seorang yang telah terkumpul dalam
dirinya antara Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin, beliau adalah Al-habib Al-
Imam Abubakar bin Muhammad bin Umar bin Abubakar bin Imam (Wadi-
Al-ahqaf) Al-habib Umar bin Segaf Assegaf.

Nasab yang mulia ini terus bersambung dari para pembesar ke kelompok
pembesar lainnya, bagai untaian rantai emas hingga sampailah kepada tuan
para pendahulu dan yang terakhir, kekasih yang agung junjungan Nabi
Muhammad SAW.

Habib Abubakar dilahirkan di kota Besuki, sebuah, kota keci di kabupaten
Sitibondo Jawa Timur, pada tanggal 16 Dzulhijjah 1285 H. Dlm pertumbuhan
hidupnya yang masih kanak-kanak, ayahanda beliau tercinta telah wafat dan
meninggalkannya di kota Gresik. Sedang disaat-saat itu beliau masih
membutuhkan dan haus akan kasih sayang seorang ayah. Namun demikian
beliau pun tumbuh dewasa di pangkuan Inayah Ilahi dlm lingkungan keluarga
yang bertaqwa yang telah menempanya dengan pendidikan yang sempurna,
hingga nampaklah dalam diri beliau pertanda kebaikan dan kewalian.

Konon diceritakan bahwa beliau mampu mengingat segala kejadian yang
dialaminya ketika dalam usia tiga tahun dengan secara detail. Hal ini tak lain
sebagai isyarat akan kekuatan Ruhaniahnya yang telah siap untuk menampung
luapan anugerah dan futuh dari Rabbnya Yang Maha Mulia.

Pada tahun 1293 H. segeralah beliau bersiap untuk melakukan perjalanan
jauh menuju kota asal para leluhurnya, "Hadramaut". Kota yang bersinar
dengan cahaya para auliya'. Perjalanan pertama ini adalah atas titah dari
nenek beliau (Ibu dari ayahnya) seorang wanita salihah "Fatimah binti
Abdullah Allan". Dengan ditemani seorang yang mulia, Assyaikh Muhammad
Bazmul, beliaupun berangkat meninggalkan kota kelahiran dan keluarga
tercintanya. Setelah menempuh jarak yang begitu jauh dan kepayahan yang
tak terbayangkan maka sampailah beliau di kota "Siwuun". sedang pamannya
tercinta "Al-allamah Al-habibAbdillah bin Umar" beserta kerabat yang lain
telah menyambut kedatangannya di luar kota tersebut.

Tempat tujuan pertamanya adalah kediaman seorang Allamah yang
terpandang di masanya, Al-Arif billah "Al-habib syaikh bin Umar bin Seggaf".
Sesampainya di sana Habib Syaikh langsung menyambut seraya memeluk dan
menciuminya, tanpa terasa air mata pun bercucuran dari kedua matanya,
sebagai ungkapan bahagia atas kedatangan dan atas apa yang dilihatnya dari
tanda-tanda wilayah di wajah beliau yang bersinar itu. Demikianlah seorang
penyair berkata: "hati para auliya' memiliki mata yang dapat memandang apa
saja yang tak dapat dipandang oleh manusia lainnya". Dengan penuh kasih
sayang, Habib Syaikh mencurahkan segala perhatian kepadanya, termasuk
pendidikannya yang maksimal telah membuahkan kebaikan dalam diri Habib
Abubakar yang baru beranjak dewasa. Bagi Habib Bakar menuntut ilmu
adalah segala-galanya dan melalui pamannya "Al-habib Umar" beliau
mempelajari Ilmu fiqih dan tasawwuf.

Ketika menempa pendidikan dari sang paman inilah, pada setiap malam beliau
dibangunkan untuk shalat tahajjud bersamanya dalam usia yang masih belia.
Hal ini sebagai upaya mentradisikan qiyamul-lail yang telah menjadi kebiasaan
orang-orang mulia di sisi Allah atas dasar keteladanan dari Baginda Rasulillah
SAW. Hingga apa yang dipelajari beliau tidak hanya sebatas teori ilmiah
namun telah dipraktekkan dalam amaliah kesehariannya.

Rupanya dalam kamus beliau tak ada istilah kenyang dalam menuntut ilmu,
selain dari pamannya ini, beliau juga berkeliling di seantero Hadramaut untuk
belajar dan mengambil ijazah dari para ulama' dan pembesar yang tersebar di
seluruh kota tersebut. Salah seorang dari sederetan para gurunya yang paling
utama, adalah seorang arif billah yang namanya termasyhur di jagad raya ini,
guru dari para guru di zamannya " Al-Imam Al-Qutub Al-habib Ali bin
Muhammad Al-habsyi" r.a. sebagai Syaikhun-Nadzar. (Guru Pemerhati).

Perhatian dari maha gurunya ini telah tertumpahkan pd murid kesayangannya
jauh sebelum kedatangannya ke Hadramaut, ketika beliau masih berada di
tanah Jawa. Hal ini terbukti dengan sebuah kisah yang sangat menarik antara
Al-habib Ali dengan salah seorang muridnya yang lain. Pada suatu hari Habib
Ali memanggil salah satu murid setianya. Beliau lalu berkata "Ingatlah ada tiga
auliya' yang nama, haliah dan maqam mereka sama". Wali yang pertama telah
berada di alam barzakh, yakni Al-habib Qutbul-Mala' Abubakar bin Abdullah
alydrus, dan yang kedua engkau pernah melihatnya di masa kecilmu, yaitu
Al-habib Abubakar bin Abdullah at-Attas, adapun yang ketiga akan engkau
lihat dia di akhir usia kamu. Habib Ali pun tidak menjelaskan lebih lanjut
siapakah wali ketiga yang dimaksud olehnya.

Selang waktu beberapa tahun kemudian, tiba-tiba sang murid tersebut
mengalami sebuah mimpi yang luar biasa. Dalam sebuah tidurnya ia bermimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW, kala itu dalam mimpinya Nabi SAW
menuntun seorang anak yang masih kecil sembari berkata kepada orang
tersebut, lihatlah aku bawa cucuku yang shaleh "Abubakar bin Muhammad
Assegaf"! Mimpi ini terulang sebanyak lima kali dalam lima malam berturut-
turut, padahal orang tersebut tak pernah kenal dengan Habib Abubakar
sebelumnya. Kecuali setelah diperkenalkan oleh Nabi SAW.

Pada saat ia kemudian bersua dengan Habib Abubakar Assegaf, iapun
menjadi teringat ucapan gurunya tentang tiga auliya' yang nama, haliah dan
maqamnya sama. Lalu ia ceritakan mimpi tersebut dan apa yang pernah
dikatakan oleh Habib Ali Al-habsyi kepada beliau. Kiranya tak meleset apa
yang diucapkan Habib Ali beberapa tahun silam bahwa ia akan melihat wali
yang ketiga di akhir usianya, karena setelah pertemuannya dengan Habib
Abubakar ia pun meninggalkan dunia yang fana ini, berpulang ke Rahmatullah,
Takdiragukan lagi perhatian yang khusus dari sang guru yang rnulia ini telah
tercurahkan kepada murid kesayangannya, hingga suatu saat Al-habib Ali
Al-habsyi menikahkan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf dengan
salah seorang wanita pilihan gurunya ini di kota Siwuun, bahkan Habib Ali
sendirilah yang meminang dan menanggung seluruh biaya perkawinannya.

Selain Habib Ali, masih ada lagi yang menjadi "Syaikhut-Tarbiah" (Guru
pendidiknya) yakni pamannya tercinta Al-habib Abdillah bin Umar Assegaf.
Adapun yang menjadi "Syaikhut-Tasliik" (Guru pembimbing beliau) Al-habib
Muhammad bin Idrus Al-habsyi. Sedang yang menjadi "Sya'ikul-Fath" (Guru
pembuka) adalah Al-wali- Al-mukasyif Al-habib Abdulqadir bin Ahmad bin
Qutban yang acap kali memberinya kabar gembira dengan mengatakan:
"Engkau adalah pewaris haliah kakekmu Umar bin Segaf".

Demikianlah beliau menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar, mengambil
ijazah serta ilbas dengan berpindah dari pangkuan para auliya' dan pembesar
yang satu dan yang lainnya di seluruh Hadramaut, Siwuun, Tarim dan sekitarnya 
yang tak dapat kami sebutkan satu persatu nama mereka. Setelah semuanya dirasa 
cukup dan atas izin dari para gu­runya, beliaupun mulai meninggal-kan kota 
para. auliya' itu untuk kembali ke tanah Jawa, tepatnya
pada tahun 1302 H.

Dengan ditemani Al-Arif billah Alhabib Alwi bin Segaf Assegaf (dimakamkan
di Turbah Kebon-Agung Pasuruan) berangkatlah beliau ke Indonesia.
Adapun tujuan pertamanya adalah kota kelahirannya Besuki -Jawa timur,
setelah tiga tahun tinggal di sana, beliau lalu berhijrah ke kota Gresik pada
tahun 1305 H dalam usia dua puluh tahun. Dan di kota inilah beliau bermukim.
Mengingat usianya yang masih sangat muda, maka kegiatan menuntut Ilmu,
Ijazah dan Ilbas masih terus dilakoninya tanpa kenal lelah.

Beliaupun terus menerus berkunjung kepada para auliya' dan ulama'yang telah
menyinari bumi pertiwi ini dengan kesalehannya. Sebagaimana Al-habib
Abdullah bin Muhsin Al-attas, Alhabib Ahmad bin Abdullah Al-attas, Alhabib
Ahmad bin Muhsin Alhaddar, Alhabib Abdullah bin Ali Alhaddad, Alhabib
Abubakar bin Umar bin Yahya, Alhabib Muham­mad bin Ahmad Almuhdar
dan masih banyak lagi yang lainnya, Radhiallahu anhum ajmaiin.

Pada tahun yang sama tepatnya pada hari Jum'at, telah terjadi sebuah
peristiwa yang di luar jangkauan akal manusia dalam diri beliau. Yaitu di saat
beliau tengah khusuk mendengarkan seorang khatib yang menyampaikan
khutbahnya di atas mimbar, tiba-tiba beliau mendapat lintasan hati Rahmani
dan sebuah izin Rabbaniy, ketika itu nuraninya berkata agar beliau segera
mengasingkan diri dari manusia sekitarnya. Hatinya pun menjadi lapang untuk
melakukan uzlah menjauhkan diri dari kehidupan dunia.

Seketika itu juga beliau beranjak meninggalkan Masjid Jami' langsung menuju
rumah, dan sejak saat itu beliau tidak lagi menemui seorang pun dan tidak
pula memberi kesempatan orang untuk menemuinya. Hal ini beliau lakukan
tiada lagi hanya untuk mengabdikan diri dan beribadah kepada Rabbnya
dengan segenap jiwa raganya, dan berlangsung sampai lima belas tahun
lamanya. Hingga tibanya izin dari Allah agar beliau keluar dari khalwatnya
untuk kembali berinteraksi dengan manusia di sekitarnya.

Pada saat menjelang keluar dari khalwatnya, beliau disambut oleh gurunya
Alhabib Muhammad bin Idrus Alhabsyi, seraya berkata. "Aku telah memohon
dan bertawajjuh pada Allah selama tiga hari tiga malam untuk mengeluarkan
Abubakar bin Muhammad Assegaf". Habib Muhammad lalu menuntunnya
keluar dan membawanya berziarah ke makam seorang wali yang tersohor dan
menjadi mahkota bagi segala kemuliaan di zamannya, yakni Alhabib Alwiy bin
Muhammad Hasyim r.a.

Setelah ziarah, beliau berdua lalu berangkat menuju kota Surabaya ke
kediaman Alhabib Abdullah bin Umar Assegaf. Di tengah- tengah orang-
orang yang hadir pada saat itu, berkatalah Alhabib Muhammad bin Idrus
sembari tangannya menunjuk ke arah Habib Abubakar "Ini adalah khasanah
dari seluruh khasanah Bani Alawiy yang telah kami buka untuk memberi
manfaat kepada orang khusus dan umum".

Pasca kejadian tersebut, mulailah Alhabib Abubakar menetapkan jadwal
Qira'ah (pembacaan kitab-kitab salaf) di rumahnya. Dalam waktu yg singkat
beliau telah menjadi tumpuan bagi umat di zamannya, bagaikan Ka'bah yang
tak pernah sepi dari peziarah yang datang mengunjunginya dari berbagai
penjuru dunia. Siapa saja yang datang kepada beliau disertai dg HusnudDzan
(berbaik-sangka) maka ia akan beruntung dengan tercapai segala maksudnya
dalam waktu yang dekat.

Di Majlis yang diadakannya itu beliau telah mengkhatamkan kitab "Ihya'
Ulumuddin" sebanyak lebih dari empat puluh kali. Dan disetiap
mengkhatamkannya, beliau selalu mengadakan jamuan besar-besaran untuk
orang yang hadir di majlisnya. Alhabib Abubakar dikenal sebagai orang yang
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sirah dan jejak para salafnya,
bahkan pada segala adat istiadatnya. Seluruh majlis beliau senantiasa
dimakmurkan dengan kajian-kajian ilmiah yang bersumber dari semua kitab
karya para salafnya.

Jika kita berbicara tentang Maqam dan kedudukan beliau, maka tak satupun
dari para Auliya' pada masa beliau yang menyangsikannya. Beliau telah
mencapai tingkatan "Asshiddiqiyyah-Alkubra" yang telah diisyaratkan sebagai
"Sahibulwaqt" {panglima tertinggi para Auliya' di masanya). Keluhuran
maqamnya telah diakui oleh seluruh yang hidup di zaman beliau. Telah berkata
Alhabib Muhammad bin Ahmad Almuhdar dalam sebuah suratnya kepada
beliau (dengan mengutip bebe-rapa ayatAlqur'an).
"Demi fajar "Dan malam yang sepuluh" dan yang genap dan yang ganjil"
(Sesungguhnya Saudaraku Abubakar bin Muham­mad Assegaf adalah
permata yang lembut yang beredar dan beterbangan menjelajah seluruh
maqam para leluhur-nya)..

Berkata pula panutan kita, seorang yang telah diakui keunggulan dan
keilmuannya Al-habib Alwiy bin Muhammad Alhaddad :
"Sesungguhnya Alhabib Abubakar bin Muhammad Assegaf adalah "Alqutbul
Ghauts" dan sesungguhnya ia adalah tempat tumpuan pandangan Allah".

Pada kesempatan lain beliau berkata: "Aku tidak takut (segan) kepada satu
pun makhluk Allah kecuali kepada habib Abubakar bin Muhammad Assegaf".
Sebenarnya pada masa keemasan itu banyak sekali orang-orang yang patut
disegani, namun kini mereka semua telah berpulang ke rahmat Allah SWT.
Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan beliau yang tak dapat kami torehkan
dalam tulisan ini.

Berkata juga seorang sumber kebaikan di zamannya, dan kebanggaan pada
masanya, seorang da'i yang selalu mengajak kejalan Allah dengan ucapan dan
perbuatannya, Alhabib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi (Kwitang-Jakarta).
Ketika itu di kediaman Habib Abubakar (Gresik), pada saat beliau menjalin
persaudaraan dengannya, seraya memberi isyarat kepada Habib Abubakar
dan air matanya berlinang, berkata kepada para hadirin saat itu "Ini (habib
Abubakar) adalah raja lebah (raja para auliya') ia saudaraku di jalan Allah,
lihatlah kepadanya! Karena memandangnya adalah ibadah".

Berkata seorang panutan orang-orang yang arif Alhabib Husain bin
Muhammad Alhaddad, sesungguhnya Alhabib Abubakar bin Muhammad
Assegaf adalah seorang khalifah, dialah pemimpin para auliya' di masanya, ia
telah mencapai "Maqam as-Syuhud" hingga beliau mampu menerawang
hakekat dari segala sesuatu. Beliau melanjutkan ungkapannya dengan
mengutip sebuah ayat al-Qur'an "Sungguh patut jika dikatakan padanya; Isa
tidak lain hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya nikmat
(kenabian) (QS: Azzukruf59).

Maksudnya beliau tidak lain hanyalah seorang hamba yang telah dilimpahi
nikmat dan anugerah Allah SWT. Kiranya telah cukup sebagai bukti
keluhuran maqam beliau yang telah mencapai kedudukan bersua dengan Nabi
SAW dalam keadaan terjaga. Berkata yang mulia r.a. bahwa:
"Arrasul SAW telah masuk menemuiku sedang aku dalam keadaan terjaga,
beliau lalu memelukku dan akupun memeluknya".

Para auliya' bersepakat, bahwa Maqam Ijtima' (bertemu) dengan Nabi SAW
dalam waktu terjaga, adalah sebuah maqam yang melampaui seluruh maqam
yang lain. Hal ini tidak lain adalah buah dari Ittiba' (keteladanan) beliau yang
tinggi terhadap Nabinya SAW. Adapun kesempurnaan Istiqamah merupakan
puncak segala karamah. Seorang yang dekat dengan beliau berujar bahwa
aku sering kali mendengar beliau mengatakan: "Aku adalah Ahluddarak,
barang siapa yang memohon pertolongan Allah melaluiku maka dengan izin
Allah aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu
memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan izin
Allah".

Pada saat menjelang ajalnya, seringkali beliau berkata "Aku berbahagia untuk
berjumpa dengan Allah" maka sebelum kemangkatannya ke rahmat Allah,
beliau mencegah diri dari makan dan minum selama lima belas hari, namun hal
itu tak mengurangi sedikitpun semangat ibadahnya kepada Allah SWT.
Setelah ajal kian dekat menghampirinya, diiringi kerinduan berjumpa dengan
khaliqnya, Allah pun rindu bertemu dengannya,  maka beliau pasrahkan
ruhnya yang suci kepada Tuhannya dalam keadaan ridho dan diridhoi

Beliau wafat pada hari Ahad malam Senin, hari ke tujuh belas di bulan
Dzulhijjah 1376 H, dalam usia 91 tahun. Semoga saja sirah beliau yang kami
angkat kali ini tidak hanya mengundang decak kagum bagi yang membacanya,
namun juga dapat menumbuhkan semangat dalam diri kita guna meningkatkan
ubudiah kita dengan senantiasa mendekatkan diri dalam kebaikan dan
bersama orang- orang yang baik. Aaamiin..

[Abubakar Hasan Assegaf]

__________________________________________________________
(*) : Diambil dari rubrik Sirah majalah bulanan Cahaya Nabawiy No.14 Th. 1
Dzulhijjah 1424 H / Pebruari 2004 M.


Produces wooden furniture. Includes company profile, list of products and 
contact details. 
Material : Bengkirai, Bangkirai, Yellow Balau, Red Balau, Merbau. 
Visit : www.duta-furni.com 

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke