Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakaatuhu.

Andalusia(6)

Banyak di antara para ilmuwan Cordova laiknya Ibnu
Thufail (1107-1185), Ibnu Baitar (1190-1248), Ibnu
Arabi (1164-1240), Ibnu Bajjah (1082-1138), dan tentu
saja Ibnu Rusyd (1126-1198) yang menjadi guru bagi
Barat untuk “melek” pengetahuan. Sehingga, dalam kurun
waktu tersebut Barat banyak mengirimkan sarjana untuk
belajar di Cordova, meskipun pada akhirnya Cordova
sendiri ––setelah dua setengah abad––harus "tenggelam"
dihancurkan kekuatan Kristiani (Aragon dan Isabella
dari Castile pada tahun 1492) yang kemudian mengubur
kecemerlangan Islam di sana. Sejarah Cordova merupakan
saat di mana Islam mampu dipahami sebagai pendorong
pengetahuan, bukan mengungkungnya. Teknologi, asalkan
itu maslahat, maka kewajiban bagi umat muslim untuk
selalu mengejarnya.), maka itu mencerminkan Nabi saw
selalu mengiyakan umat Islam untuk senantiasa mencari
pengetahuan dari manapun dan sampai kapanpun, min al
mahdi ila lahdi. 

Proses itu pula yang telah menjadikan Cordova gemilang
selama berabad-abad di Spanyol. Karenanya, teladan
itulah yang perlu diikuti umat Islam masa kini.
Semangat Cordova yang selalu “haus” ilmu pengetahuan
perlu menjadi jawaban atas kelemahan-kelemahan yang
terjadi di dunia muslim saat ini. Harus dihilangkan
asumsi muslim sebagai yang terbelakang, gagap
teknologi, dan malas berpikir (rasional dan ilmiah),
terlebih di Dunia Ketiga. Di dalam karyanya The Arabs:
A Short History (1970), Philip K Hitti dengan jujur
menyebut Islam di Spanyol sebagai pemimpin utama dalam
budaya dan peradaban di seluruh dunia di antara
pertengahan abad ke-8 dan permulaan abad ke-13.
Mengejar kembali peradaban Islam bukan berarti harus
kembali mengulang sejarah keemasan Cordova masa
lampau, karena situasinya memang sudah berbeda. 
Tetapi, dengan semangat era keemasan seperti Cordova,
umat muslim dapat jauh lebih menghargai ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menjayakan kembali
Islam. 
Semangat Cordova adalah semangat dengan catatan
sejarah klasik yang modern dengan kecemerlangan
pemikiran dan penemuan-penemuan ilmiahnya. Karena itu,
mari membangun Cordova-Cordova baru yang akan menjadi
pemimpin peradaban di masa mendatang. Wallahu a’lam. 

Harian Umum Pikiran Rakyat (PR) Bandung
Halaman 14, Selasa (Kliwon) 03 Februari 2004 
TENTU kita masih ingat akan sejarah kedatangan Thariq
bin Ziyad bersama pasukannya pada bulan Mei tahun 711
M memasuki selat Gibraltar yang terletak di teluk
Algeciras, sebagai cikal bakal perkembangan kebudayaan
Islam dan kerajaan-kerajaan Islam yang mulai bercokol
di tanah Andalusia (sekarang Spanyol). Berkat
kedatangan Islam di Andalusia hampir delapan abad
lamanya kaum Muslim mengusasi kota-kota penting
seperti Toledo, Saragosa, Cordoba, Valencia, Malaga,
Seville, Granada dan lain sebagainya, mereka membawa
panji-panji ke-Islaman, baik dari segi Ilmu
pengetahuan, Kebudayaan, maupun segi Arsitektur
bangunan.
Di negeri inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang
menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu
Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu
Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala
kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan
serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh
dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu
Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah
Konstantinopel dan Bagdad. Maka tak heran waktu itu
pula bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke
negeri Andalusia ini untuk mempelajari berbagai Ilmu
pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan
mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia
baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.

Diantara cendekiawan-cendekiawan asal andalusia
tercatat Ibnu Thufail (1107-1185) dilahirkan di Asya,
Granada. Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Muhammad ibn
Abdul Malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Thufail
al-Qisi, ia pernah menjabat sebagai Mentri dalam
bidang Politik di pemerintahan, dan juga pernah
sebagai Gubernur untuk Wilayah Sabtah dan Tonjah di
Magribi. Sebagai ahli falsafah, Ibnu Thufail adalah
guru dari Ibnu Rusyd (Averroes), ia mengusai ilmu
lainnya seperti ilmu hukum, pendidikan, dan
kedokteran, sehingga Thufail pernah menjadi sebagai
dokter pribadi Abu Ya'kub Yusuf seorang Amirul
Muwahhidin. Ibnu Thufail atau di kenal pula dengan
lidah Eropa sebagai Abubacer menulis Roman Filasafat
dalam literatur abad pertengahan dengan nama Kitabnya
"Hayy ibn Yaqzan", salah satu buku sebagai warisan
dari ahli filsafat Islam tempo dulu yang sampai kepada
kita, sedangkan sebagian karyanya hilang.
Al-Idrisi, lahir di Ceuta pada tahun 1100 M salah
seorang ahli Geografi dengan nama lengkapnya Abu
Abadallah Muhammad al-Idrisi, yang menulis Kitab
Ar-Rujari atau dikenal dengan Buku Roger salah satu
buku yang menjelaskan tentang peta dunia terlengkap,
akurat, serta menerangkan pembagian-pembagian zona
iklim di dunia. Ar-Rujari sebuah karya yang
diperbantukan untuk Raja Roger II, dimana buku ini
sempat dimanfaatkan oleh orang-orang Eropa baik Muslim
maupun non Muslim. Al-Idrisi adalah seorang yang
tekun, pekerja keras dan tanpa lelah untuk mengerjakan
sesuatu yang bermanfaat, ia menggali ilmu Geografi dan
ilmu Botani di Kordoba Spanyol. Selain itu dalam
melahirkan ahli Botani, Andalusia mencatat pula nama
Abu Muhammad ibn Baitar atau Ibnu Baitar (1190-1248)
yang dilahirkan di Malaga, dialah yang petama kali
menggabungkan ilmu-ilmu botani Islam, dimana karyanya
dijadikan sebagai standar referensi hingga abad ke-16.
Ibnu Bajjah (1082-1138), ia dilahirkan di Saragosa
dengan nama lengkapnya Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya
al-Saigh, ia adalah seorang yang cerdas sebagai ahli
matematika, fisika, astronomi, kedokteran, filsafat,
dan penyair dari golongan Murabitin, selain hafal
Al-Qur'an beliaupun piawai dalam bermain musik gambus.
Kepercayaanya terhadap Ibnu Bajjah dalam bermain
politik semasa kepemimpinan Abu Bakr Ibrahim ia
diangkat menjadi Mentri di Saragosa. Karangannya yang
terkenal adalah an-Nafs (Jiwa) yang menguraikan
tentang keadaan jiwa yang terpengaruhi oleh filsafat
Aristoles, Galenos, al-Farabi, dan Ar-Razi. Dalam usia
56 tahun Ibnu Bajjah meninggal sebab diracuni dan
hasil karyanya banyak yang dimusnahkan, namun
ajaran-ajarannya mempengaruhi para ilmuwan berikutnya
di tanah Andalusia.
Bersambung…
Wassalam. (Rahima)



 
____________________________________________________________________________________
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited 
(http://music.yahoo.com/unlimited)



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke