Wa'alaikum salam wr.wb hmm..kalau benar begitu..ya minimal kita nda menjadi bagian dari perbuatan mubajir yg selama ini dilakukan dalam permainan mereka, dan kita tunggu aja lagi bencana yg mungkin akan terjadi di Indonesia.
hmm..aku teringat bunyai hadist qudsy yg disampaikan oleh Rasulullah yg kira2 begini bunyinya "barang siapa yg memusuhi waliku, maka Aku mengumumkan perang pada dia. Aku mencintai hambaku yg mendahulukan kewajiban perintahKu...." (bukhari) siapa wali?yaitu orang2 beriman pada Allah dan RasulNya serta bertaqwa kepadaNya. Menjalankan perintahNya dan menjauhkan laranganNya. Kita semua umat islam yg beriman dan bertaqwa pada Allah adalah walinya Allah. Selama kita melakukan sesuatu atas dasar perintah Allah dan contoh RasulNya, maka tidak usah takut dan bimbang karena Allah ada bersama kita. Maka aku bilang..tata niat yg benar, kita lakukan itu karena menjauhkan larangan Allah (perbuatan mubajir salah satunya yg dilarang oleh Allah dan dilakukan oleh para elite politik selama ini dalam kampanye pemilu)dan berusaha mencontoh Rasul, karena Pemilu semacam itu, tidak pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Rasul dan Sahabat. Hmm..selama kita sudah berusaha taat pada Allah dan RasulNya, maka serahkan selanjutnya urusan kita padaNya dan biarkan Dia yg selesaikan semuanya. (As Sajdah: 24)"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin- pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." [1195]. Yang dimaksud dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran. coba renungi dan baca berulang2 bunyi ayat tsb diatas. aku memahami ayat tsb, bahwa Allah tidak akan menurunkan seorang Pemimpin yg benar dan menjadikan Allah dan Rasul ukurannya, sebelum kita rakyatnya berusaha untuk melandasi semuanya pada aturan Allah dan RasulNya. dan bunyi ayat tsb, berhubungan erat dengan ungkapan Sayidina Ali pada saat di protes oleh rakyatnya "Wahai Ali..mengapa di masa kepemimpinanmu, tidak spt masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar." lalu jawab Ali "Karena kalian tidak spt umat yg berada di masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar" jadi intinya..kita (rakyat) yg mulai untuk memperbaiki diri dan berusaha taat atas semua perintah Allah dan RasulNya, karena Pemimpin itu cerminan dari rakyatnya. Maka sekali lagi..tata niat yg benar2 hanya untuk taat kepada Allah dan contoh Rasul. dan mulai pelajari islam yg benar. Selama yg diperintahkan oleh pemimpin adalah satu kebaikan, maka kewajiban kita untuk mengikutinya, dan Rasul mengajarkan kita untuk meminta hak kita pada Allah. Aku juga teringat ungkapan Rasul dihadapan Sahabat "nanti akan datang suatu zaman dimana pemimpinnya dzolim", lalu ada yg bertanya "apakah harus kami bunuh pemimpin dan gulingkan pemimpin tsb ya Rasulullah" lalu jawab Rasul "jangan!! tunaikan kewajibanmu kepada pemimpin, dan minta hakmu kepada Allah" salam hana --- In media-dakwah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Assalamualaikum Wr. Wb > > Setahu saya PEMILU walaupun cuman diikuti oleh 20 % rakyat dari total > jumlah penduduk, > tetap di anggap paling sah (CMIIW) > > Jadi kalau 85% Rakyat (umat islam) Indonesia gak ikut PEMILU, dan cuman > 15% rakyat yang ikut PEMILU, > maka hasil dari 15% inilah yang dianggap valid dan berhak untuk duduk di > DPR/DPRD, > yang tentunya penbandingan kursinya juga semakin kecil. > > Wassalam > Toufiq > > > -----Original Message----- > From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:media- [EMAIL PROTECTED] > On Behalf Of suhana032003 > Sent: Wednesday, January 10, 2007 10:38 AM > To: media-dakwah@yahoogroups.com > Subject: [media-dakwah] Re: gaji DPRD > > kalau muslim kompak nda ikutan pemilu, maka dengan sendirinya pemilu > nda syah, karena syarat syahnya memilih wakil rakyat (presiden > ataupun anggota dewan) kalau nda salah adalah 50% + 1. sedangkan > muslim disini kurang lebih 85%, maka otomatis sisanya yg non muslim > tidak akan berdaya apa2 untuk memenangkan pemilu yg tidak syah itu > (karena tidak diikuti oleh yg 85%) > > [Non-text portions of this message have been removed] >