Bukan Salah Awang
  16 Jan 06 07:11 WIB
   
   
  Oleh Bayu Gawtama
   
   
  Anwar namanya, tapi teman-temannya biasa memanggilnya Awang. 
  Mendung adalah senyumnya, hujanlah yang dinantinya setiap hari. 
  Bila langit bersinar, justru wajahnya murung. "Allah, turunkan hujan dong," 
  harapnya. Awang bukan sedang sholat meminta hujan, apalagi pawang hujan. 
  Bocah kurus berusia 9 tahun itu kerap menanti hujan karena baginya, hujan 
  berarti rezeki. Rezeki yang sesungguhnya, sebab sekurangnya 20 ribu rupiah 
  bisa dibawa pulang untuk membantu ibu belanja sehari-hari.
   
  Sore menjelang maghrib itu, Awang terlihat murung. Hujan turun 
  sangat sebentar, hanya cukup membasahi jalanan kota yang berdebu dan 
  lumayan bikin kotor pajalan kaki yang bersandal jepit. Ia pun belum sempat 
  menggigil seperti hari-hari sebelumnya setelah beberapa jam menawarkan 
  jasa payung kepada pejalan kaki yang membutuhkannya. Ya, Awang memang 
  pengojek payung. Kegemarannya setiap hari adalah menatap langit. Mendung 
  adalah senyumnya, terik matahari akan membuatnya murung.
   
  Awang tidak sendirian. Belasan anak di sekitar Pasar Ciputat punya hobi 
  yang sama; menatap langit dan kalau perlu ribuan kali meminta kepada 
  Sang Pemilik hujan agar hari itu hujan diturunkan. “Kalau perlu hujan 
  jangan berhenti seharian, biar uang yang Awang dapat lebih banyak. 
  Pasti ibu senang,” ujar Awang polos.
   
  Anak sekecil itu bahkan tahu waktu-waktunya hujan turun, termasuk 
  di bulan apa biasanya curah hujan lebih besar dan lebih lama. Desember 
  dan Januari adalah bulan panen baginya. Maka tak heran, jauh-jauh hari 
  ia sudah meminta dibelikan payung oleh ibunya. Karena tahu yang diminta 
  Awang akan berbuah rezeki, sang ibu pun tak keberatan merogok kocek 
  lebih dalam untuk membeli payung.
   
  Lain Awang lain masyarakat kebanyakan di ibukota dan berbagai daerah 
  rawan bencana lainnya di Indonesia. Mereka berharap hujan jangan turun, 
  kalau pun turun hanya sekelebatan saja, sekadar membasahi jalan. Atau 
  gerimis saja boleh lah. Maklum, hujan berkepanjangan sama dengan bencana. 
  Hujan semalaman tak berhenti, bikin jantung para pejabat setempat berdegub 
  keras lantaran daerahnya akan tergenang air. Hujan deras terus menerus 
  membuat masyarakat panik, sebab tahun lalu hujan yang sama telah pernah 
  menghabiskan harta benda, ternak, ladang, bahkan menelan korban jiwa. 
  Dan ketika hujan turun, doa mereka pun sama, “Ya Allah, jangan biarkan 
  bencana menimpa kami lagi”.
   
  Sesungguhnya hujan itu rezeki Allah. Tidak hanya bagi pengojek payung 
  seperti Awang dan teman-temannya. Rezeki juga bagi para petani yang 
  membutuhkan cukup air untuk mengairi sawah dan ladangnya. Di masa lalu, 
  tak satu pun orang takut akan datangnya hujan, bahkan ketika hujan tak datang 
  pun ramai masyarakat melakukan sholat untuk meminta hujan. Di masa silam, 
  anak-anak kecil bermain riang saat hujan turun, dan tak sedikit pun orang tua 
  ketakutan anaknya akan terseret banjir. Paling mungkin sekadar flu, itu pun 
  masih bisa di atasi.
   
  Saat ini, hujan berarti bencana. Tak lagi rezeki. Hujan turun terus menerus, 
  harta benda berharga pun siap dikemas. Anak-anak tak diizinkan jauh dari 
  orang tua, khawatir banjir datang tiba-tiba dan menyeret serta mereka. 
  Tak cuma hujan, langit hitam di langit bisa jadi pertanda bahaya, was-was 
  dan kepanikan berlebihan muncul di benak warga. Maklum, kehilangan harta 
  benda dan anggota keluarga di musim banjir tahun lalu belum terlupakan. 
  Kini, bencana yang sama siap mengepung mereka, seolah bencana tak ada 
habisnya.
   
  Bagi Awang, hujan adalah rezeki. Jangan salahkan Awang yang terus berdoa 
  agar Allah menurunkan hujan. Karena di masa lalu pun hujan deras tak pernah 
  ditakuti, hujan seharian tak menimbulkan kepanikan. Jika saat ini hujan 
justru 
  berakibat bencana, jelas harus ada yang bertanggungjawab. Dan yang pasti 
bukan 
  Awang.
   
  ***
   
  Bocah berbadan kurus itu tersenyum lebar. Hujan lebat turun kembali, 
  payungnya pun mengembang sudah. Kaki kecilnya mengibas jalan berair 
  dan siap mengais rezeki. Yang pasti, ia begitu sumringah, tak peduli 
  banyak orang selainnya yang ketakutan.
  
 
---------------------------------
Be a PS3 game guru.
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke