http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/022007/23/10-pariwisata.htm

Catatan Perjalanan Jeffrey "RJJS" Polnaja
Diincar ”Sniper” di Afganistan 
 

”APA isi kotak ini?" tanya petugas imigrasi berseragam
militer Afganistan di Torkham, kota yang terletak di
perbatasan Afganistan dan Pakistan.

Matanya amat teliti, memeriksa barang-barang yang
dibawa, setiap tas dan kotak barang diperiksa satu per
satu. Jam telah menunjukkan pukul 4 sore, dan tak
terasa sudah 2 jam lebih waktu berjalan sejak mereka
mulai memeriksa seluruh barang yang dibawa. 

 

Setelah diterangkan maksud kedatangan serta rencana
Ride For Peace di Afganistan dan melihat dokumen
perjalanan yang menunjukkan saya berasal dari
Indonesia, petugas tersebut menjadi lebih bersahabat
dengan mempercepat pemeriksaan. Ia pun terlihat
berusaha memperlancar usaha pengurusan dokumen.

 

Sesuai rencana, dari Torkham akan ride sejauh 160 km
menuju Jalalabad. Jam menunjukkan pukul 4.30 waktu
Afganistan ketika BMW R1150GS Adventure meninggalkan
pos perbatasan. "Bila menjelang gelap Anda belum
sampai menempuh setengah dari perjalanan, sebaiknya
kembali saja ke sini dan silakan bermalam di rumah
saya," ujar petugas yang rupanya cukup khawatir dengan
keamanan saya. 

 

Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun langsung
tancap gas menuju Jalalabad. Kondisi jalan cukup baik,
kecepatan bisa mencapai 100 km/jam walau terkadang
harus ride dengan posisi berdiri karena kondisi jalan
yang tiba-tiba bergelombang dan berkerikil. 

 

Ketika bertemu konvoi pasukan Amerika, lengkap dengan
panser dan truk-truk yang membawa GI (tentara
Amerika), saya pun bergabung mengikuti konvoi tersebut
dengan posisi paling belakang. Setelah 15 menit
mengikuti konvoi, timbul inisiatif untuk menyusul dan
meninggalkan rombongan tersebut.

 

Saya mulai berpikir, bukankah konvoi pasukan Amerika
merupakan target sasaran serangan lawannya? Tentunya
bila berpapasan dengan lawan, akan terjadi kontak
senjata dan lawan akan menembak siapa pun yang ada di
dalam rombongan konvoi tersebut. 

 

Selepas meninggalkan konvoi militer, beberapa kali
sempat bertemu dengan rombongan kafilah badui lengkap
dengan unta dan senjata otomatis kalanizkov ataupun AK
yang terselip di antara barang bawaan di punggung
unta. 

 

Di Afganistan, pemandangan ini bukanlah hal luar
biasa. Hampir di setiap rumah akan ditemui
senjata-senjata otomatis. Para kafilah ini bergerak
menuju arah selatan karena salju sudah mulai turun di
wilayah utara. Mereka memang terus berpindah-pindah
sesuai dengan pergantian musim.

**

MEDAN jalan antara Torkham dan Jalalabad sudah
digunakan sejak berabad-abad lalu. Alexander Agung
menggunakan jalur legenda ini dalam usahanya untuk
menaklukkan India, Pakistan, dan Cina setelah terlebih
dahulu melewati Khyber Pass. 

 

Jalur ini berkelok-kelok di antara bukit-bukit gersang
serta tebing-tebing menjulang tinggi. 

Kebanyakan kelompok bersenjata, biasanya bersembunyi
di puncak bukit sebelum menyerang konvoi militer yang
lewat. Tentu saja, karena posisi konvoi berada di
daerah yang jauh lebih rendah dari penyerang, mereka
akan jadi sasaran empuk para penyerang.

 

Bangunan bekas pos-pos militer yang berdiri di
kiri-kanan jalan maupun di ketinggian bukit
porak-poranda dihantam mortir serta senjata berat
lainnya. Tank-tank yang hancur menjadi saksi keganasan
perang yang tak kunjung reda ini. 

 

Di tempat terbuka, kecepatan BMW Adventure
dioptimalkan. Maklum, hari semakin senja dan telah
ditargetkan untuk mencapai Jalalabad sebelum gelap. 

Tiba-tiba terdengar suara desingan yang sangat
mengejutkan saya. Saya pun berusaha memerhatikan
dengan lebih saksama dari mana arah suara desingan
tersebut.

 

Perhatian kemudian ditujukan ke daerah tinggi serta
puncak-puncak bukit tanpa mengurangi kecepatan
tunggangan. Masih terdengar dua kali desingan lanjutan
sebelum memperlambat laju Adventure di daerah tertutup
yang sulit terlihat dari ketinggian. 

 

Pada sebuah terowongan diputuskan berhenti untuk
menyetel peredam kejut menjadi lebih keras hingga
Adventure akan lebih stabil bila tiba-tiba kondisi
jalan berubah rusak dan berlubang. Segala kemungkinan
bisa terjadi dan saya harus sudah siap
mengantisipasinya. 

 

Kecepatan motor dibuat tidak teratur terkadang sangat
cepat terutama di daerah yang terbuka, terkadang
sangat pelan ataupun berhenti sama sekali di daerah
tertutup yang dianggap aman. Sesampainya di puncak
sebuah bukit, terlihat barikade sederhana menghadang
jalan. Adventure kemudian saya perlambat. Suasana
sangat sepi dan tidak ada penjagaan.

 

"Ada kejutan apa lagi yang menunggu?" tanya saya dalam
hati. Pertanyaan segera terjawab ketika dari balik
bebatuan beberapa orang bersenjata muncul sambil
menodongkan senjata pada saya.

 

"Assalamualaikum," ucap saya spontan setengah
berteriak. Mereka saling berpandangan dan terlihat
heran mendengar sapaan saya. "Anda berasal dari mana?"
tanya salah seorang dengan bahasa Inggris apa adanya. 

"Indonesia!" jawab saya tegas sambil membuka helm.

 

Mereka pun mendekati dan memerhatikan lebih saksama.
Dari raut wajahnya, 

mereka tidak dapat menyembunyikan rasa herannya
melihat ada orang Indonesia melintasi daerah tersebut
seorang diri. 

 

Konvoi pasukan militer yang dilengkapi persenjataan
canggih pun enggan melintasi daerah tersebut jika
bukan karena panggilan tugas. 

Sikap mereka berubah lebih bersahabat setelah yakin
bahwa betul saya berasal dari Indonesia. Salah seorang
di antaranya datang menghampiri dan langsung memeluk
seraya meminta maaf. 

 

Rupanya, dialah sniper yang tadi mencoba menembak saya
dari ketinggian. Untung saja tembakannya meleset walau
sudah sangat dekat karena desingannya terdengar begitu
jelas. Saya yakin, hal ini hanya dapat terjadi karena
kebesaran Sang Pencipta.

 

Menjelang malam, saya pun tiba di Jalalabad, tidak
sulit untuk menemukan tempat bermalam. Hari itu terasa
sangat panjang. Banyak kendala menghadang perjalanan. 

Badan terasa penat dan perlu cukup istirahat agar esok
hari siap menuju ke Kabul. Ini malam pertama saya di
Afganistan, negara yang bertahun-tahun selalu
bergejolak udara peperangan. 

 

Bau asap mesiu sudah meresap dalam kehidupan.
Mudah-mudahan kedamaian segera datang di sini karena
mereka sudah sangat merindukannya. Semoga saja.*** 

(Penulis, motoris asal Bandung. Kini berada di Uni
Emirat Arab, negara ke-17 yang dikunjunginya sejak
meninggalkan tanah air 23 April 2006 lalu)

Kemajuan mustahil terjadi tanpa perubahan. Dan, mereka yang tak bisa mengubah 
pemikirannya tak bisa mengubah apa pun. (George Bernard Shaw, 1856-1950)
pustaka tani
 prohumasi
 nuraulia



 
____________________________________________________________________________________
Bored stiff? Loosen up... 
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.
http://games.yahoo.com/games/front

Kirim email ke