Yang terpenting adalah apakah tindakan kita sama/sesuai dengan sunnah
Nabi/Sahabat yang dianggap sebagai salaf.

Contoh: Nabi dan sahabat berkasih sayang terhadap sesama dan keras
terhadap orang2 kafir. 

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka...." [Al Fath:29]

Nah apakah kita yang mengaku salaf seperti itu? Memaki sesama muslim
sebagai kafir, tapi terhadap orang2 kafir seperti tentara AS atau
Israel malah diam dan tidak berani berjihad.

Bukankah Nabi dan para sahabat berjihad melawan kaum kafir Quraisy,
kafir Yahudi, dan juga tentara Romawi dan Persia?

Nah apakah kita yang mengaku salaf mengikuti sunnah Nabi seperti itu?
Padahal tentara AS dan Israel jelas2 membantai Muslim di Iraq,
Afghanistan, Palestina, dan Lebanon?

Jadi boleh saja kita mengaku paling salaf. Tapi kita tanya pada diri
kita, apakah tindakan kita sudah seperti sunnah Nabi dan para sahabat?

"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak
yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri
ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari
sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!." [An Nisaa':75]

Jadi hendaknya kita tidak galak mengkafirkan sesama Muslim tapi tidak
punya semangat jihad sama sekali.

Jadi saya sekali lagi mengingatkan agar kita kritis dan tidak taqlid
pada ulama kelompoknya. Kita tahu bahwa raja Arab Saudi tunduk pada AS
dan membiarkan tentara AS di tanah Arab. Kita juga tahu bahwa AS
adalah pembela Yahudi nomor satu.

Oleh karena itu, jika ada ulama yang digaji pemerintah Arab Saudi dan
mengeluarkan fatwa yang membantu Israel, kita harus kritis. Tidak
membebek begitu saja.

Ayat Al Qur'an di atas jelas. Sunnah Nabi dan sahabat dalam memerangi
orang kafir juga jelas. Nabi dan para sahabat menjunjung persatuan
Islam. Nah itu harus kita contoh.

Wassalam

--- In media-dakwah@yahoogroups.com, "Mas No" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> PENGANTAR
>  
> 
> SALAF artinya pendahulu (alHadits). Dalam alquran (qs. atTaubah:100)
untuk menunjuk para pendahulu tidak dengan kata SALAF, tetapi dengan
kalimat: WASSAABIQUUNAL AWWALLUUN, yang artinya orang-orang TERDAHULU.
> 
>  
> 
> SALAFUSHOLEH artinya PENDAHULU YANG SHOLEH; bila dikaitkan dengan
(qs. atTaubah:100) maka yang dimaksud adalah PARA SAHABAT Nabi
Muhammad s.a.w., BUKAN ABU JAHAL atau para penentang Rasulullah
lainnya saat itu.
> 
> SALAFIYAH artinya PENISBATAN seseorang kepada SALAFUSHOLEH. Atas
PENISBATAN tersebut maka dijuluki: SALAFI
> 
>  
> 
> Catatan:
> 
> Inilah dalil-dalil bahwa yang mengaku umat Muhammad s.a.w. WAJIB
menisbatkan diri ke KAUM SALAF (bersalafiyah / menjadi SALAFI),
didalam beragama (misal: pengambilan dalil serta pemahamannya). 
> 
> Tidak disebut MENISBATKAN ke kaum salaf (tidak disebut Salafi) jika
dalam beragama menyelisihi KAUM SALAF.
> 
>  
> 
> FIRMAN ALLAH:
> 
> Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama diantara
orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada
Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar. (qs. atTaubah:100)
> 
>  
> 
> HADITS:
> 
>  "WAJIB bagi kalian memegang teguh sunnah (jalan hidup)ku dan sunnah
para KHALIFAH TERBIMBING lagi lurus sesudahku, GIGITlah dia dengan
gigi-ggi geraham." (HR. Abu Dawud).
> 
>  
> 
>  
> 
> BERIKUT PERNYATAAN PARA ULAMA:
> 
>  
> 
> Ibnu Taimiyah berkata: "Ketahuilah bahwa diantara penduduk Makkah
yang PALING paham tentang TAFSIR alQur'an ialah SAHABAT Ibnu Abbas,
seperti: Mujahid, Atha Ibnu Abi Rabbah, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jabir,
Thawus, dll.
> 
> Ibnu Taimiyah selalu mengembalikan semua perkataan kepada dasarnya
dan hanya mengikuti dalil dari alQuran, asSunnah dan perkataan ULAMA
SALAFUSHOLIH  (sahabat Muhammad s.a.w.), seperti SEMBOYAN Ibnu
Taimiyah yaitu: AKU HANYALAH SEORANG PENGIKUT BUKAN PEMBUAT HAL YANG
BARU." 
> 
>  
> 
> Imam Malik berkata: "Paparkan (koreksilah) perkataanku dihadapan
Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah."
> 
>  
> 
> Imam Asy Syafi'I berkata: "Bila hadits shohih (bertentangan dengan
perkataanku), maka lemparkanlah saja perkataanku ke tempok."
> 
> Imam Ahmad juga berkata: "Jangan kamu gantungkan agamamu pada
(pendapat) seseorang (yang  ternyata bertentangan dengan alQur'an dan
hadits).
> 
>  
> 
>
--------------------------------------------------------------------------------
> 
> Begitu banyak yang menjadi PR-nya para ulama salafi, yaitu: harus
mendakwahkan ilmu Allah; menghadapi orang musrik, kafir, munafik,
syubat-syubat; dan yang dari dalam adalah pemahaman-pemahaman agama
yang menyimpang.- semoga Allah merahmati beliau-beliau.
> 
>
--------------------------------------------------------------------------------
> 
> Artikel ini telah kuringkas, tetapi kuusahakan tidak mengurangi maksud!
> 
>  
> 
> Judul: KERANCUAN PARA AKTIVIS HARAKAH
> 
> Ditulis Oleh: Abdurrahman Thayyib Lc
> 
>  
> 
>  
> 
> KERANCUAN PARA AKTIVIS HARAKAH
> 
>  
> 
> Beberapa kali dilontarkan kepada kami sebuah syubhat (kerancuan)
dari para aktivis harokah yang selalu MENGEMBAR-NGEMBORKAN jihad
dengan senjata melawan Amerika dan sekutu-sekutunya serta untuk
MEMBERONTAK PEMERINTAH. Syubhat yang MEREKA KIRA sebuah dalil qoth'i
yang setara dengan Al-Qur'an dan sunnah, bahkan mungkin lebih dari itu. 
> 
> Mereka kumandangkan syubhat itu untuk menguatkan ambisi mereka
mengajak umat berbondong-bondong keluar berjihad dengan senjata
mengikuti pemimpin-peminpin gerakan bawah tanah mereka, tanpa mau
menoleh lagi kepada PARA ULAMA YANG DARAH DAN DAGINGNYA BERSATU DENGAN
ILMU AGAMA INI. Bahkan mereka tidak segan-segan lagi menuding para
ulama robbaniyyin sebagai antek-antek yahudi dan menuduh para pembawa
bendera syariat, pewaris para nabi sebagai pengembos jihad.
> 
>  
> 
> "Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka
tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta." (QS. Al-Kahfi : 5).
> 
>  
> 
> Syubhat yang selalu mereka bawa adalah ucapan dari ULAMA SALAF
tetapi  MEREKA TIDAK MEMAHAMINYA dengan benar.. 
> 
> Memang begitulah adat dan kebiasaan ahli bid'ah dan
kelompok-kelompok sesat, mereka mengambil dalil yang sekiranya (secara
sepintas) bisa melegalkan kesesatan mereka, tapi meninggalkan
dalil-dalil yang lebih jelas dari matahari di siang bolong.
> 
> Simaklah kerancuan mereka dan jawaban kami berikut ini dengan mata
dan hati yang terbuka ! Semoga Allah menguatkan yang hak dan membasmi
yang batil.
> 
>  
> 
>  
> 
> -SYUBHAT HAROKAH : 
> 
>  
> 
> Kita harus kembali kepada para mujahid yang turun dimedan perang
dalam permasalahan agama bukan kepada para ulama YANG HANYA BISA
BERFATWA di masjid-masjid, karena ulama salaf seperti Abdullah bin
Mubarok, Ahmad bin Hambal dan Sufyan bin Uyainah pernah berkata : 
> 
>  
> 
> "Apabila engkau melihat manusia sudah berselisih maka kembalilah
engkau kepada para mujahidin dan ahli tsughur, karena kebenaran ada
bersama mereka. Allah ta ala berfirman yang artinya " Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut : 69)
> 
>  
> 
> (Lihat "Majmu' fatawa" oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 28/442 dan
tafsir Al-Qurthubi 13/325 tentang ayat diatas).
> 
>  
> 
>  
> 
> - JAWABAN ATAS KERANCUAN HAROKAH diatas : 
> 
>  
> 
> Secara sepintas orang yang membaca dan mendengar syubhat mereka ini
akan takjub dan mengacungkan jempol. Tapi marilah kita cermati bersama
apa maksud ucapan ulama salaf tersebut. Apakah yang dimaksud dengan
mujahidin dan ahli tsughur ? dan bagaimana penafsiran para mufassirin
tentang ayat diatas ? apakah sesuai dengan yang mereka inginkan ? 
> 
>  
> 
> iNILAH  jAWABANNYA :
> 
> Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika membawakan ucapan Abdullah bin
Mubarok dan Imam Ahmad serta Sufyan bin Uyainah tersebut, dalam rangka
pembahasan masalah tawakkal dan sabar yang amat dibutuhkan oleh setiap
orang, terutama bagi yang ingin berjihad (mengangkat senjata). Kedua
hal tersebut termasuk dalam bagian jihadnya seorang hamba terhadap
hawa nafsunya.(1) 
> 
>  
> 
> Simak ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah selengkapnya berikut:
> 
>  
> 
> "Allah ta'ala berfirman : 
> 
> "Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. dan
bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara."
(QS.Al-Ahzab : 2-3) 
> 
>  
> 
> Allah memerintahkan untuk mengikuti apa yang telah diwahyukan-Nya
dari Al-Qur'an maupun sunnah dan agar bertawakkal kepada-Nya. Yang
pertama berkaitan dengan "hanya kepada Engkaulah kami beribadah" dan
yang kedua berkaitan dengan "hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan".
> 
>  
> 
> Allah berfirman : 
> 
> "Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka
dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka
di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau
mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada
Tuhan saja mereka bertawakkal." (QS. An-Nahl : 41-42)
> 
>  
> 
> dan "Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah
dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah;
dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa"." (QS. Al-A'raaf : 128)
> 
>  
> 
> Oleh karena itulah, kesabaran dan keyakinan yang merupakan dasar
tawakkal mengharuskan terciptanya kepemimpinan dalam agama,
sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firman-Nya : 
> 
>  
> 
> "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah
mereka meyakini ayat-ayat Kami. " (QS. As-Sajdah : 24)
> 
>  
> 
> Dan oleh karenanya, jihad menghasilkan hidayah yang meliputi segala
pintu ilmu, seperti yang telah Allah firmankan :
> 
>  
> 
> "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS.
Al-Ankabut : 69). 
> 
>  
> 
> Karenanyalah, berkata dua orang imam Abdullah bin Mubarok dan Ahmad
bin Hambal dan selain keduanya : "Apabila manusia berselisih dalam
suatu perkara maka kembalilah engkau kepada ahli tsaghor, karena
kebenaran ada bersama mereka. Allah ta'ala berfirman yang artinya : 
> 
>  
> 
> "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS.
Al-Ankabut : 69) - (Lihat "Majmu' fatawa" 28/441-442) 
> 
>  
> 
>  
> 
> Dari ucapan Syaikhul Islam ini ada beberapa hal yang bisa kita ambil
sebagai pelajaran berharga, diantaranya : 
> 
> A. Wajibnya mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dalam segala keadaan
> 
> B.   Wajibnya tawakkal kepada Allah dan menyerahkan segala bentuk
ibadah hanya kepada-Nya.
> 
> C. Wajibnya MELEWATI TAHAPAN-TAHAPAN JIHAD sebelum tahapan jihad
melawan orang-orang kafir dengan senjata, seperti tawakkal dan sabar
yang merupakan jihad terhadap hawa nafsu yang terbagi menjadi empat
tingkatan, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim diatas. 
> 
>  
> 
> MAKA JELAS bagi kita bahwa yang dimaksudkan oleh para ulama salaf
tersebut dengan ucapan mereka "Apabila engkau melihat manusia sudah
berselisih maka kembalilah engkau kepada para mujahidin dan ahli
tsugur.." adalah : 
> 
>  
> 
> Orang-orang yang telah sukses melewati tahapan-tahapan jihad (jihad
melawan hawa nafsu) yaitu para ulama Robbaniyyin(2) dan bukan
orang-orang yang di medan perang seperti anggapan mereka, 
> 
>  
> 
> SEBAGAIMANA HAL INI DIKUATKAN OLEH :
> 
>  
> 
> Abu Sulaiman Ad-Daarooni berkata : 
> 
> "Jihad yang dimaksud oleh ayat tersebut bukanlah perang melawan
orang-orang kafir saja, tapi maksudnya menolong agama, membantah
orang-orang yang batil/sesat, membasmi orang-orang yang zalim dan
puncaknya adalah amar ma'ruf nahi mungkar. 
> 
> Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir tentang ayat tersebut : 
> 
>  
> 
> "Mereka adalah orang-orang yang beramal dengan ilmu, maka Allah
memberi hidayah kepada mereka terhadap hal yang tidak mereka ketahui.
> 
>  
> 
> Abu Sulaiman Ad-Daarooni berkata : 
> 
> "Tidak selayaknya bagi yang diberi ilham akan suatu kebaikan untuk
dia mengamalkannya sampai dia mendengar atsar (riwayat dari Nabi atau
para salaf-pent). Jika dia sudah mendengar atsar, maka bolehlah dia
mengamalkannya dan memuji Allah, sehingga hal tersebut mencocoki apa
yang ada dalam dirinya" (Tafsir Qur'anil 'Adzim 3/555).
> 
>  
> 
> Syaikh Abdurrohman As-Sa'di berkata tentang tafsir ayat diatas : 
> 
> "Mereka adalah orang-orang yang berhijrah di jalan Allah dan
memerangi musuh-musuh-Nya serta mengerahkan segala kekuatan untuk
mencari keridhoan-Nya"
> 
>  
> 
> Dan beliau berkata :
> 
> "Ayat ini menunjukkan bahwa manusia yang lebih berhak dengan
kebenaran adalah ahli jihad (tapi jangan tergesa-gesa dahulu, apa
maksud Syaikh dengan jihad disini ? -pent). 
> 
> Ayat ini juga menjelaskan bahwa barangsiapa yang melaksanakan
perintah Allah dengan baik, maka Allah akan menolong dan memudahkan
jalannya mendapat hidayah. Dan ayat ini juga menerangkan bahwa
barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama, maka
dia akan mendapatkan hidayah serta pertolongan dalam menggapai
harapannya yang diluar kekuatannya serta dipermudah mendapatkan ilmu.
Karena sesungguhnya menuntut ilmu agama termasuk jihad fii sabilillah,
bahkan dia termasuk salah satu bentuk jihad yang tidak dapat
dilaksanakan kecuali oleh orang-orang khusus. Bentuk-bentuk jihad itu
adalah jihad dengan ucapan lisan melawan orang-orang kafir dan munafik
serta jihad dalam mengajarkan ilmu agama serta membantah orang-orang
yang menyelisihi kebenaran meskipun mereka adalah muslimin." (Tafsir
Al-kariimir Rohman hal.747)
> 
>  
> 
> Al-'Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berkata :
> 
> "Allah mengkaitkan hidayah dengan jihad, maka orang yang sempurna
hidayahnya adalah yang paling sempurna jihadnya. Jihad yang paling
wajib adalah jihad melawan diri sendiri, hawa nafsu, setan dan dunia.
Barangsiapa yang berjihad diatas empat tahapan ini karena Allah, maka
Allah akan memberinya hidayah untuk mencapai keridhoan-Nya hingga
sampai kesurga-Nya. Barangsiapa yang meninggalkan jihad maka sirnalah
hidayah sesuai dengan kadarnya."
> 
>  
> 
> Syaikh Abdurrohman As-Sa'di berkata tentang ayat ini : 
> 
>  
> 
> "Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu
tiada mengetahui." (QS. Al-Anbiya' : 7 dan An-Nahl : 43) 
> 
>  
> 
> "Keumuman ayat ini menjelaskan akan PUJIAN TERHADAP PARA AHLI ILMU
dan yang tertinggi adalah ilmu tentang Al-Qur'an, karena Allah
memerintahkan kepada yang tidak tahu untuk kembali kepada para ahli
ilmu/ULAMA dalam setiap kejadian. Hal ini juga mengandung pengertian
akan ADANYA REKOMENDASI BAGI PARA ULAMA YANG DIJADIKAN SEBAGAI RUJUKAN
dalam bertanya. Dan orang jahil tidak termasuk dalam hal ini." 
> 
>  
> 
> Beliau juga mengatakan : 
> 
> "Didalam pengkhususan bertanya hanya kepada para ahli ilmu terdapat
larangan untuk bertanya kepada orang yang sudah terkenal akan
kebodohannya." (Tafsir Al-Kariimir Rohman hal. 511 dan 605) 
> 
>  
> 
> Jadi siapa saja yang bisa dikategorikan sebagai ulama maka merekalah
tempat rujukan dalam agama baik dikala perpecahan maupun tidak, yaitu
mereka yang paham benar Al-Qur'an dan sunnah SESUAI PEMAHAMAN SALAFUSH
SHOLEH. Dan tidak ada dalam Al-Qur'an maupun sunnah pengkhususan
tempat rujukan haruslah ulama yang pernah turun dimedan perang. 
> 
> Seandainya yang mereka ucapkan itu benar, maka berapa banyak ulama
yang tidak layak untuk dijadikan rujukan? Apakah semua Imam empat
pernah turun di medan jihad mengangkat senjata ? 
> 
>  
> 
> Apakah Imam Bukhori, Muslim dan yang lainnya layak dijadikan rujukan
dalam agama dikala perselisihan (terutama masalah jihad) sedang mereka
tidak pernah turun dimedan perang mengangkat senjata ? 
> 
>  
> 
> Dikalangan para sahabat yang paling terkenal dengan jihadnya dimedan
perang adalah Kholid bin Walid , tapi apakah para salaf dahulu LEBIH
MENDAHULUKAN BELIAU DALAM MASALAH AGAMA daripada ABDULLAH BIN ABBAS
yang termasuk (7) sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadits ? Jadi
yang layak dijadikan rujukan adalah para ulama (bukan ulama jadi-jadian).
> 
>  
> 
> Coba lihat Adz-Dzakhiroh edisi 11 tentang "Kembalilah kepada ahli ilmu".
> 
>  
> 
> Ibnu Abbas berkata : 
> 
> "yang dimaksud (ulil amri) adalah para ahli ilmu agama, yang selalu
taat kepada Allah dan mengajarkan manusia ilmu agama. Yang amar am'ruf
serta nahi mungkar. Allah pun mewajibkan para hamba untuk mentaati
mereka" (Lihat Tafsir Thobari 5/149) Ibnu Katsir mengatakan : 
> 
>  
> 
> Sekali lagi, yang dimaksud oleh para ulama salaf dalam ucapan mereka
"Apabila engkau melihat manusia sudah berselisih maka kembalilah
engkau kepada para mujahidin dan ahli tsughur, karena kebenaran ada
bersama mereka" adalah para ulama (Thoifah manshuroh)(6) yang paham
Al-qur'an dan sunnah bukan seperti anggapan mereka, karena tidak
mungkin kebenaran bisa diketahui kecuali dengan menuntut ilmu agama
dari para ulama. 
> 
>  
> 
> Hal ini berlainan dengan keyakinan sesat tasawwuf yang menyatakan
bahwa ilmu bisa diperoleh lewat mimpi, kasyf (penyingkapan), maupun
wangsit (ilmu laduni). 
> 
> Dan keyakinan Tasawwuf ini juga diadopsi oleh sebagian kelompok
sesat "Jamaah Tabligh" yang malas menuntut ilmu agama tapi sudah
lancang berdakwah keseluruh dunia dengan hujjah ilmu bisa diperoleh di
tengah jalan. 
> 
>  
> 
> Kesalahan Mereka (Para Aktivis Harokah) Ini Timbul Akibat : 
> 
>  
> 
> "Penuhnya otak mereka dengan semangat yang membara untuk mengangkat
senjata, meski tidak diiringi oleh pemahaman agama yang benar".
> 
> Sehingga mereka ngawur dalam berjihad dan membantai orang-orang tak
bersalah. Mereka mengira dengan mengebom Islam akan menjadi jaya
seperti semula, meskipun kebanyakan kaum muslimin banyak yang tidak
mengerti akan agama mereka. 
> 
>  
> 
> Oleh karena itu, kami nasehatkan dari lubuk hati yang terdalam
kepada mereka yang telah terjerumus kedalam jaring-jaring terorisme,
para gerakan bawah tanah, aktivis harokah untuk takut kepada Allah dan
AGAR BELAJAR LEBIH DALAM tentang Islam dengan pemahaman yang benar,
pemahaman salaf (bukan Khowarij) dan untuk kembali kepada para ulama
semisal Syaikh Bin Baz, Syaikh Al-Albani, Syaikh Muhammad bin Sholeh
Al-Utsaimin, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad dan lain-lain
-hafidzahumullahu-, agar kalian bisa membedakan mana jihad yang benar
dan jihad yang palsu, siapa itu mujahid dan siapa teroris? Siapa yang
layak dibunuh dan mana yang haram dibunuh ?
> 
> Akhirnya, saya tutup dengan ucapan ulama salaf Imam Al-Barbahari
dalam "Syarhus Sunnah" : 
> 
>  
> 
> "Perhatikanlah (Wahai saudaraku) -rahimakallahu- setiap orang yang
engkau dengar ucapannya (dalam agama-pent) dari orang-orang yang
sezaman denganmu khususnya. Janganlah engkau tergesa-gesa menerimanya
hingga engkau melihat, apakah ada seorang sahabat atau seorang ulama
yang berbicara seperti itu !!! .." 
> 
>  
> 
>  
> 
> [EMAIL PROTECTED]
> 
> accounting
> 
>  
> 
> PT. Tri Wall Indonesia
> 
> Kaw. Indt. Jababeka 1 - Cikarang Bekasi
> 
>  
> 
> Catatan:
> 
> Saya pernah mencoba meyusup dalam suatu kajian yang diselenggarakan
oleh "suatu gerakkan", mereka memang merendahkan para ulama dengan
ucapan: "biarlah mereka (ulama salafi) baru mampu bicara"
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke