Benar bukan syetan yang kuat tapi kitalah yang lemah. Seandainya logika ini secara konsisten kita gunakan maka kita insya Allah tidak akan menyalahkan pihak luar sebagai biang keladi dari kelemahan dan ketertinggalan umat Islam sekarang. Akrab di telinga kita bahwa biang keladi kerusakan umat Islam adalah Barat, Kristen, Yahudi dll. Semuanya serba konspirasi dunia luar yang tidak senang dengan Islam atau disimplifikasi dengan musuh Islam.
Kalau ada saudara kita masuk kristen, maka yang salah adalah program kristenisasi dunia dengan dana unlimited. Kenapa tidak salahkan diri kita sendiri yang tidak serius membina umat, gontok2an sendiri, sibuk mikiran hal yang tidak prioritas. Kalaulah semua kelompok Islam memiliki concern yang tinggi terhadap tarbiyah (dengan versi masing2) tentu tidak begini kejadiannya. Tentu negeri ini tidak menjadi surganya misi agama lain. Kalau ada perilaku asusila, baik dengan maraknya media porno, bertebarannya para pelacur (baik pria / wanita / waria), maupun tindak kriminal dalam bentuk pemerkosaan, pelecehan seksual dll, biasanya yang disalahin juga jaringan media internasional yang dikuasai Yahudi. Padahal sekali lagi kalau pembinaan terhadap umat baik insya Allah yang begitu2an gak bakalan ada. Kenapa? karena yang konsumsi tidak ada. Logikanya, kalau penawarannya tinggi pastilah permintaannya tinggi pula. Tidak ada yang nekad jualan kalau gak ada yang minta atau minimal potensi untuk meminta. Pertanyaannya, kenapa di Indonesia yang sudah terlalu banyak bertebaran Partai Islam, Ormas Islam, Lembaga Pendidikan Islam, Pengadilan Agama, bahkan beberapa tempat yang sudah memiliki Perda Syariah masih banyak permintaan akan hal2 negatif tersebut? Tentunya hal ini karena pendidikan yang digelontorkan belum mampu menghasilkan orang yang tunduk pada hukum Islam hanya mampu menghasilkan orang yang tahu tentang hukum, tidak lebih. Lalu apa bedanya kita dengan Iblis dalam hal tahu akan adanya Allah SWT bahkan berdialog langsung dengan Allah SWT, tapi tidak tunduk pada Allah SWT? Pengetahuan akan adanya Allah tidak menyebabkan ia tunduk pada-Nya. Begitu pula kita, tahu ini haram tokh masih dilanggar dengan sadar, tahu ini harus dijalankan tapi ditinggalkan dsb. Na'udzu billah. Kalau ada saudara2 kita yang disembelih di bagian lain dari negara ini, misalnya di Palestina, Iraq, Afghanistan kita akan langsung berkata, "Ini semua gara2 ulah Zionisme Internasional, ulah Kapitalisme Barat, ulah Kristen yang tidak senang dengan Islam!" Kenapa gak salahin diri sendiri yang masih lemah, gak bisa melindungi diri sendiri, terpecah-pecah dalam negara2 yang memiliki interest masing2, terpecah belah dan terbodohkan dengan banyaknya permusuhan internal? Ikhwah fillah rahimakumullah, musuh2 kita memang benar adanya, mereka memang menjalankan misinya terhadap kital, tapi sekali lagi mereka bisa menyerang kita karena kita memiliki kelemahan, kita memiliki lubang yang dapat dimasuki mereka. Ambil contoh tentang al Qur'an, mereka tahu bahwa kita kuat karena berpegang teguh pada al Qur'an. lubangnya : buat kita jauh dari al Qur'an.program yang dijalankan adalah menjauhkan kita dari al Qur'an (kalau untuk ini mungkin kita sudah terlalu sering membaca dan mendengar ceramah tentang modus operandinya), tapi bodohnya, koq kita mau masuk perangkap mereka. Udah jelas ada kubangan lumpur, kita dengan sengaja menceburkan diri ke dalamnya. Semoga menjadi renungan bersama. Hadanallahu wa iyyakum ajma'in. Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. ----- Original Message ----- From: Arif To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 26, 2007 2:27 PM Subject: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] Bukan Syetan yang Kuat Manusia sering mengeluh betapa kuatnya syetan dalam menggoda, sehingga mereka merasa dikalahkan dan berkubang dalam maksiat. Syetan menjadi momok yang menakutkan untuk memelihara diri. Padahal sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah."Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thagut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah," (QS. An-Nisaa` : 76) Sesungguhnya bukan syetan yang kuat, tetapi kita yang lemah. Ya, kita lemah karena tidak ada benteng penahan syetan. Kita menjauhi dzikrullah ( ingat kepada ALLAH ), maka syetan dengan mudah menggoda kita. "Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya, orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." ( QS. Al A'raaf : 200-201) Sesungguhnya bukan syetan yang kuat, tetapi kita yang lemah. Ya, kita lemah karena tujuan kita sering menyimpang dari tujuan hakiki : ALLAH. Kita seringkali tidak ikhlash ( memurnikan ketaatan hanya untuk ALLAH ). Jelas, syetan dengan mudah mengalahkan. "Iblis berkata, 'Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka."( QS. Al Hijr 39-40 ) Sesungguhnya bukan syetan yang kuat, tetapi kita yang lemah. Ya, kita lemah karena ketika ditimpa masalah, kita tidak lekas mengembalikannya kepada ALLAH Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Padahal syetan amat lemah kepada orang yang beriman & bertawakkal. "Sesungguhnya, setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya." (QS. An Nahl : 99-100) Sekali lagi, tipu daya syetan itu lemah. Dan kita kalah bukan karena syetan yang kuat, tetapi karena kita lemah. Kita lemah karena tidak bergantung kepada ALLAH. Wallaahu a'lam. ------------------------------------------------------------------------------ Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! [Non-text portions of this message have been removed]