smoga bisa sedikit menjawab
saya kutip dari :

http://www.eramuslim.com



Panggilan Ayah dan Bunda
Selasa, 27 Mar 07 07:48 WIB

Kirim Pertanyaan | Kirim teman

Assalamu'alaikum wr. Wb

Ustad Ahmad yang saya hormati, ada sebuah pertanyaan yang mengganjal
hati saya beberapa masa terakhir ini yaitu panggilan ayah dan bunda pada
suami isteri. Adakah hukum yang melarang seorang suami memanggil
isterinya dengan panggilan bunda dan si isteri memanggil suaminya ayah.
Mohon pencerahan dari ustad.

Terimakasih, 

Assalamu'alaikum wr. Wb

Pane

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Panggilan seorang suami kepada isterinya dengan sebutan 'bunda' memang
sangat banyak kita lihat. Bukan hanya kata 'bunda' saja, tetapi semua
variannya, seperti 'mama', 'ibu', 'kakak', bahkan 'ummi'.

Demikian juga dengan panggilan seorang isteri kepada suaminya,
seringkali dengan sebutan 'ayah', 'papa', 'bapak', 'adik' danbahkan
'abi'.

Sebenarnya tidak ada yang terlarang dengan panggilan-panggilan seperti
ini, asalkan sudah menjadi kelaziman. Tentu sama sekali tidak ada niat
dari masing-masing pasangan untuk memposisikan suami atau isteri dengan
cara yang berbeda. Maksudnya, ketika seorang isteri memanggil suaminya
dengan sebutan 'ayah', tentu niatnya bukan menganggap suaminya sebagai
ayahnya. Demikian juga sebaliknya.

Memang secara bahasa, panggilan-panggilan ini agak rancu. Tapi yang
tidak rancu terkadang malah aneh terdengar di telinga. Mungkin kita akan
merasa janggal kalau mendengar seorang isteri memanggil suami dengan
sapaan "Suamiku, suamiku!." Lalu suaminya menjawab, "Ya, ada apa
isteriku?" Persis potongan film Cina yang disulih (dubbing) dengan
bahasa Indonesia.

Jadi ini sebenarnya masalah rasa bahasa. Kita adalah bangsa yang
tergolong santun dalam berbahasa, saking santunnya sampai-sampai
'keluar' dari alur aslinya. Meski tidak harus selalu bertentangan dengan
syariah.

Misalnya panggilan 'saudara' atau 'saudari', sudah menjadi sebuah
keumuman bahwa kita menyapa orang lain, baik yang kita kenal atau pun
yang tidak dengan panggilan itu. Padahal kalau mau ditarik ke arah hukum
syariah, seorang laki-laki diharamkan menikah dengan saudari
perempuannya. Atau lebih tegasnya seorang al-akh tidak boleh menikahi
ukhti-nya. Karena hubungan antara akh dengan ukht adalah hubungan
kemahraman yang dilarang terjadinya pernikahan.

Panggilan Abi dan Ummi

Sayangnya, ada panggilan yang agak 'lebih parah' lagi. Yaitu panggilan
isteri kepada suaminya dengan sebutan 'abi'. Dan sebaliknya, panggilan
suami kepada isterinya dengan sebutan 'ummi'.

Kenapa kami bilang lebih parah?

Karena kata 'abi' bukan sekedar bermakna ayah, yang masih bersifat umum,
tetapi sudah makrifah, di dalamnya sudah ada penekanan bahwa yang
dipanggil abi adalah ayah saya. Maka ketika isteri menyebut 'abi'
artinya adalah ayah saya. Ketikasuami menyebut 'ummi' artinya adalah ibu
saya.

Di sini yang jadi sorotan adalah semangat menggunakan bahasa arab yang
agak kurang tepat mengenai sasaran. Masalahnya, Rasulullah SAW dan para
shahabat yang orang arab, sama sekali tidak pernah menyapa isteri mereka
dengan sebutan 'ummi'. Para isteri shahabat juga tidak pernah memanggil
suami mereka dengan sapaan 'abi'. Karena suami mereka memang bukan ayah
mereka, sebagaimana isteri mereka bukan ibu mereka.

Mereka tetap memanggil isteri mereka dengan kata umm, tetapi bukan
'ummi'. Di sini letak titik masalahnya. Mereka panggil isteri mereka
dengan sebutan yang menyebutkan kedudukan ibu terhadap anaknya. Kalau
anak mereka bernama Zaid misalnya, maka panggilannya adalah: 'Umma
Zaid'.

Kok umma bukan ummu?

Ya, karena kata umm dalam kalimat itu berposisi sebagai munada atau
pihak yang dipanggil, dan dia sendiri adalah mudhaf, maka kedudukannya
menjadi nashab (manshub). Dan tandanya adalah fathah. Aslinya, ada huruf
munada seperti 'ya'yang artinya wahai. Maka aslinya: Ya umma Zaid.
Artinya, wahai ibunya Zaid.

Demikian juga, si isteri menyapa suaminya bukan dengan sebutan 'abi',
melainkan 'aba zaid'.

Tetapi sebutan itu bukan panggilan langsung kepada orangnya, maka posisi
rafa' dengan dhammah sebagai tandanya. Abu Zaid dan Ummu Zaid.

Maka tidak ada salahnya kita sedikit mengoreksi masalah ini, sambil
hitung-hitung belajar bahasa arab dengan baik. Kalau anda punya anak
bernama Muhammad, cobalah sapa isteri anda dengan panggilan: umma
Muhammad. Akan terasa lebih meresap dari sisi bahasa dan tentunya lebih
syar'i.Ketimbang disapa dengan sebutan yang lain.

Tetapi apa yang kami sampaikan bukanlah hal yang prinsipil, apalagi
menabrak larangan syariah. Sekedar bahan renungan, setidaknya untuk
mereka yang sedang merindukan untuk punya bahtera kehidupan yang lebih
baik di masa mendatang. Apa salahnya sejak awal sudah lebih kritis dalam
penggunaan istilah?

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Ahmad Sarwat, Lc



  ----- Original Message ----- 
  From: kurnia wisesa 
  To: media-dakwah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, May 01, 2007 11:17 AM
  Subject: [media-dakwah] Tanya: Panggilan Ummi kpd istri


  Assalamu'alaikum

  Mungkin sudah menjadi pemandangan yang umum bahwa keluarga muslim sekarang
  banyak yang menggunakan panggilan abi dan ummi.
  Panggilan itu ditujukan buat orang tua oleh anak-anak mereka.
  Jadi si anak memanggal ayahnya dengan abi (ayahku)dan ibunya dipanggil
  ummi (ibuku).

  Untuk mengajarkan anaknya dengan panggilan tersebut, sang ayah jadinya
  memanggil istrinya dengan ummi (ibuku), paling tidak dihadapan anaknya.
  Walaupun tidak jarang terbawa juga pada situasi tidak ada anaknya,
  misalnya di depan teman-temannya, di keramaian, dan sebagainya.

  Saya pernah membaca bahwa ada yg berpendapat panggilan ummi dari seorang
  suami kepada istrinya bisa jatuh pada zihar (bener gak tulisannya..) alias
  menjatuhkan talak atas istrinya secara tersirat (karena menyamakan
  istrinya dengan ibunya)

  Tapi ada juga yg berpendapat tidak mengapa....karena maksudnya tidak
  demikian. Maksudnya adalah mengajarkan anak untuk memanggila ibunya denga
  panggilan ummi.

  Sebenarnya, yang dicontohkan para sahabat dalam memanggil istrinya
  dihadapan anak-anaknya bagaimana ? atau ... orang arab tuh...manggil
  istrinya di depan anak-anaknya bagaimana ? apakah manggilnya
  zaujati...atau ya umma harun (misalnya)... kalau memang kaya gitu...
  anak-anaknya ntar manggilnya sama kaya gitu juga dong...

  terima kasih atas jawabannya

  ---------------------------------------------------
  This email was sent using SCTVNews Webmail.
  "get your free email" http://www.sctvnews.com/


   




        Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
        using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
        accept no liability for any loss or damage arising
        from the use of this E-Mail or attachments.
       







Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
     using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
           accept no liability for any loss or damage arising
               from the use of this E-Mail or attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke