Kejumudan Berpikir (dari majalah al waie)
Ibrah May 3rd, 2007 
Kalangan ‘Muslim Liberal’ sering melontarkan gagasan tentang perlunya 
liberalisasi pemikiran Islam agar umat Islam maju, sebagaimana yang dicapai 
Barat dewasa ini. Menurut mereka, liberalisasi pemikiran Islam adalah kunci 
bagi kebangkitan kembali kaum Muslim. Benarkah begitu? 

Jika kita sepakat bahwa salah satu simbol kemajuan Islam adalah tingginya 
produktivitas para ulama kaum Muslim dalam menghasilkan karya berupa buku, mari 
kita membandingkan realitas berikut ini.

Pada masa-masa keemasan peradaban Islam (tentu ratusan tahun silam sebelum 
adanya gagasan liberalisasi pemikiran Islam yang muncul belakangan ini), 
sejumlah ulama dan ilmuwan Muslim telah menghasilkan banyak karya tulis dalam 
bentuk buku. Bahkan banyak di antara mereka yang menghasilkan ratusan judul 
buku, dalam berbagai disiplin ilmu.

Ibn Sina (terkenal di Barat sebagai Aveciena), misalnya, adalah seorang pakar 
kedokteran terkemuka hingga abad ini. Ia meninggalkan karya sekitar 267 buku. 
Al-Qânûn fî ath-Thibb adalah bukunya yang terkenal di bidang kedokteran. 

Lalu ada Ibn Rusyd (terkenal di Barat sebagai Averous); seorang dokter 
sekaligus pakar fikih dari Andalusia. Al-Kulliyât adalah salah satu bukunya 
yang terpenting dalam bidang kedokteran. 

Lantas ada az-Zahrawi; orang pertama yang mengenalkan teknik pembedahan organ 
tubuh manusia. Karyanya berupa eksiklopedia pembedahan dijadikan referensi 
dasar dunia kedokteran selama ratusan tahun, termasuk di berbagai universitas 
di Barat. 

Kemudian ada az-Zarkalli; seorang ahli astronomi yang pertama kali mengenalkan 
astrolobe. Penemuan ini menjadi revolusioner karena dapat membantu navigasi 
laut yang kemudian mendorong berkembangnya dunia pelayaran secara pesat. 

Selanjutnya ada al-Khawarizmi; ahli matematika, penemu angka nol,  sekaligus 
pencipta salah satu cabang ilmu matematika, algoritma. Beberapa bukunya 
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada awal abad ke-12 dan terus dipakai 
selama 400 tahun (hingga abad ke-16) sebagai buku pegangan dasar oleh 
universitas-universitas di Eropa. Buku geografinya berjudul Kitâb Sûrât al-Ard 
yang memuat peta-peta dunia pun telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. 

Di bidang ilmu kimia, ada masternya yang diakui oleh dunia. Dialah Jabir Ibn 
Hayyan. Pada abad pertengahan, karya-karya beliau di bidang ilmu kimia—termasuk 
kitabnya yang masyhur: Kitâb al-Kimyâ dan Kitâb as-Sab‘în—sudah banyak 
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitâb al-Kimyâ bahkan telah 
diterbitkan oleh orang Inggris bernama Robert Chester tahun 1444, dengan judul 
The Book of the Composition of Alchemy. Berthelot juga menerjemahkan beberapa 
buku Jabir, di antaranya dikenal dengan judul Book of Kingdom, Book of the 
Balances, dan Book of Eastern Mercury.

Lalu ada al-Idrisi; pakar geografi. Ia telah membuat bola dunia dari bahan 
perak seberat 400 kilogram untuk Raja Roger II dari Sicilia. Globe buatan 
al-Idrisi ini secara cermat memuat pula ketujuh benua dengan rute 
perdagangannya, danau-danau dan sungai, kota-kota besar, dataran serta 
pegunungan. Beliau memasukkan pula beberapa informasi tentang jarak, panjang 
dan ketinggian secara tepat. Bola dunianya itu oleh Idris sengaja dilengkapi 
pula dengan Kitâb ar-Rujari (Roger’s Book). Al-Idrisi pula yang pertama kali 
memperkenalkan teknik pemetaan dengan metode proyeksi; suatu metode yang baru 
dikembangkan oleh ilmuwan Barat, Mercator, empat abad kemudian. 

Lantas ada Nashiruddin ath-Thusi; masternya ilmu astronomi dan perbintangan. 

Kemudian ada Ibnu al-Haytsam; master ilmu alam dan ilmu pasti. Ia  menulis buku 
berjudul Al-Manâzhir yang berisi tentang ilmu optik. Buku ini diterjemahkan ke 
dalam bahasa Latin oleh Frederick Reysnar, dan diterbitkan di Swiss pada tahun 
1572 dengan judul, Opticae Thesaurus.

Kemudian ada al-Kindi; simbol kedigdayaan ilmuwan Muslim. Ia adalah master 
dalam ilmu fisika dan filsafat. Ia mewariskan sekitar 256 judul buku hasil 
karyanya. Lima belas buku di antaranya khusus mengenai meteorologi, anemologi, 
udara (iklim), kelautan, mata, dan cahaya; dan dua buah buku mengenai musik.

Di bidang sejarah dan ilmu sosial tentu saja ada Ibnu Khaldun sebagai sang 
maestronya. 

Sementara itu, ribuan karya para ulama di bidang tsaqâfah Islam (bahasa Arab, 
ulumul Quran, ulumul hadis, tafsir, fikih, ushul fikih, dll) sudah tidak 
terhitung lagi secara pasti. Di kalangan Ahlus Sunnah saja, selain  empat Imam 
Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali), kita mengenal as-Suyuthi, Ibn 
Taimiyah, al-Ghazali, dll. Imam al-Ghazali, misalnya, yang dijuluki ‘Hujjah 
al-Islâm’, menghasilkan lebih dari 100 judul buku dari berbagai disiplin ilmu. 
Ihyâ’ ‘Ulûmuddîn hanyalah salah satu masterpiece-nya. 

Merekalah di antaranya yang telah memberikan banyak sekali sumbangsihnya bagi 
kemajuan peradaban Islam pada masa lalu, yang masih terasa denyutnya hingga 
kini, justru pada saat orang-orang Eropa masih bergulat dengan masa 
kegelapannya yang panjang. Tanpa kehadiran mereka, kemajuan peradaban Barat 
saat ini tidak mungkin terjadi. Secara jujur, hal ini diakui oleh  seorang 
cendekiawan Barat, Montgomery Watt, “Peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses 
 regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi 
‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.” 

Jacques C. Reister juga berkomentar, “Selama lima ratus tahun Islam menguasai 
dunia dengan kekuatan, ilmu pengetahuan, dan peradabannya yang tinggi.”  

Lalu bagaimana dengan produktivitas kalangan ‘Muslim Liberal’ saat ini? Berapa 
puluh buku yang dihasilkan tokoh Muslim Liberal seperti Ali Abdul Raziq, Sayid 
Ahmad Khan, Ameer Ali, Muhammad Abduh, Qasim Amin, Fazlur Rahman, Arkoun, 
Nurcholish Majid, Gus Dur, Ulil Abshor, atau mereka yang tergabung dalam 
Jaringan Islam Liberal? Sangat minim! Berapa yang orisinil? Tidak ada! Semuanya 
hanya ‘hasil jiplakan’ dari para pemikir Barat. Di antara hasil karya mereka, 
berapakah yang sudah terbukti membawa kemajuan Islam dan umatnya? Nol! 
Liberalisasi  pemikiran bahkan hanya memproduksi kejumudan berpikir dalam 
bentuk lain. [Arief B. Iskandar]


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke