Pengetahuan saya tentang ilmu tafsir sangat kurang
dari mampu, maka dari itu bagi yang bisa tolong
tafsirkan ayat berikut ini ( yusuf 76 )


....Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut
undang-undang raja ( fii dienilmaliki  ), kecuali
Allah menghendaki-Nya........

dalam Al Qur'an terjemahan, dien diartikan dengan
undang-2 raja. apakah undang-2 buatan raja / manusia
itu termasuk dien ? sehingga bagi yang melaksanakan
dien ini keluar dari dienul Islam ? ini bila bila
undang-2 diartikan dien, sedangkan tidak ada dien yang
selamat kecuali islam.

bagi yang mahir tafsir atau mengetahui tafsirnya di
mohon penjelasannya,

mohon bimbingannya

bambang


----- Original Message ----- 
From: banganut 
To: media-dakwah@yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, May 08, 2007 9:57 PM
Subject: [media-dakwah] Re: WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN
KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU


Kalau melihat sejarah perjuang para Rasul Allah,
mereka menghadapi
tantangan kemusyrikan yang berbeda-beda sesuai
zamannya dalam penegakan
tauhid.
Kira-kira tauhid yang bagaimanakah saat ini yang
menjadi prioritas utama
yang perlu di perjuangkan oleh ummat Islam saat ini di
Indonesia ?
Kira-kira berhala besar apa yang ada di Indonesia ?

wassalam

anut

--- In media-dakwah@yahoogroups.com, "Abu Fahmi
Abdullah"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH
DAHULU SEBAGAIMANA
METODE
> PARA NABI DAN RASUL
>
> Oleh
> Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
>
> sumber http://www.almanhaj.or.id
>
> Pertanyaan
> Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya :
Syaikh yang mulia,
tidak
> ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan
pahit yang dialami
umat
> Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah
aqidah dan
masalah-masalah
>
> keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi
pemahaman dan
> pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran
da'wah Islam di
berbagai
> belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan
manhaj generasi
pertama
> yang telah mampu melahirkan generasi terbaik. Tidak
ragu lagi bahwa
> kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan
ghirah (semangat)
> orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk
mengubahnya serta untuk
> memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka
berbeda-beda cara dalam
memperbaiki
>
> fenomena tersebut, disebabkan karena perbedaan
pemahaman aqidah dan
manhaj
> mereka -sebagaimana yang Anda ketahui- dengan
munculnya berbagai
gerakan dan
>
> jama'ah-jama'ah Islam Hizbiyyah yang mengaku telah
memperbaiki umat
Islam
> selama berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu
mereka belum
berhasil,
> bahkan gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat
terjerumus ke dalam
> fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena
manhaj-manhaj
mereka
> dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul
Shallallahu
'alaihi wa
> sallam dan apa-apa yang dibawa oleh beliau
Shallallahu 'alaihi wa
sallam,
> dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa
kebingungan kaum
> muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi
mengatasi kenyataan
pahit
>
> ini. Seorang da'i muslim yang berpegang teguh dengan
manhaj nubuwwah
dan
> mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta
mencontoh pemahaman
para
> sahabat dan tabi'in dengan baik dari kalangan ulama
Islam merasa bahwa
dia
> sedang memikul amanat yang sangat besar dalam
menghadapi kenyataan ini
dan
> dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam
menyelesaikannya.
>
> Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut
gerakan-gerakan dan
jama'ah-jama'ah
> tersebut .?
>
> Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam
menyelesaikan
kenyataan
> ini.?
>
> Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari
tanggung jawab ini
di
> hadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat
.?
>
> Jawaban
> Berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam
pertanyaan diatas, yaitu
berupa
> buruknya kondisi umat Islam, maka kami katakan :
Sesungguhnya
kenyataan yang
>
> menyakitkan ini tidaklah lebih buruk daripada
kondisi orang Arab pada
zaman
> jahiliyah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam diutus
kepada
> mereka, disebabkan adanya risalah Islam di antara
kita dan
kesempurnaannya,
> serta adanya kelompok yang eksis di atas Al-Haq
(kebenaran), memberi
> petunjuk dan mengajak manusia kepada Islam yang
benar dalam hal
aqidah,
> ibadah, akhlak dan manhaj. Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa
kenyataan
> orang Arab pada masa jahiliyah menyerupai kenyataan
kebanyakan
> kelompok-kelompok kaum muslimin sekarang ini !.
>
> Berdasarkan hal itu, kami mengatakan bahwa : Jalan
keluarnya adalah
jalan
> keluar yang pernah ditempuh oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa
sallam
> dan obatnya adalah seperti obat yang pernah
digunakan oleh Rasulullah
> Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana
Rasulullah telah mengobati
> jahiliyah yang pertama, maka para juru da'wah Islam
sekarang ini harus
> meluruskan kesalahan pahaman umat akan makna Laa
Ilaha Illallah, dan
harus
> mencari jalan keluar dari kenyataan pahit yang
menimpa mereka dengan
> pengobatan dan jalan keluar yang di tempuh oleh
Rasulullah Shallallahu
> 'alaihi wa sallam. Dan makna yang demikian ini jelas
sekali apabila
kita
> memperhatikan firman Allah Azza wa Jalla.
>
> "Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri
teladan
> yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan
> (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut
Allah". [Al-Ahzab :
21]
>
> Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suri
teladan yang baik
dalam
>
> memberikan jalan keluar bagi semua problem umat
Islam di dunia modern
> sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Hal ini
yang mengharuskan
kita
> untuk memulai dengan apa-apa yang telah dimulai oleh
Nabi kita
Shallallahu
> 'alaihi wa sallam, yaitu pertama-tama memperbaiki
apa-apa yang telah
rusak
> dari aqidah kaum muslimin. Dan yang kedua adalah
ibadah mereka. Serta
yang
> ketiga adalah akhlak mereka. Bukannya yang saya
maksud dari urutan ini
> adanya pemisahan perkara antara satu dengan yang
lainnya, artinya
> mendahulukan yang paling penting kemudian sebelum
yang penting, dan
> selanjutnya !. Tetapi yang saya kehendaki adalah
agar kaum muslimin
> memeperhatikan dengan perhatian yang sangat besar
dan serius terhadap
> perkara-perkara di atas. Dan yang saya maksud dengan
kaum muslimin
adalah
> para juru da'wah, atau yang lebih tepatnya adalah
para ulama di
kalangan
> mereka, karena sangat disayangkan sekali sekarang
ini setiap muslim
mudah
> sekali mendapat predikat sebagai da'i meskipun
mereka sangat kurang
dalam
> hal ilmu. Bahkan mereka sendiri menobatkan diri
sebagai da'i Islam.
Apabila
> kita ingat kepada suatu kaidah yang terkenal -saya
tidak berkata
kaidah itu
> terkenal di kalangan ulama saja, bahkan terkenal
pula dikalangan semua
orang
>
> yang berakal- kaidah itu adalah :
>
> "Artinya : Orang yang tidak memiliki, tidak dapat
memberi".
>
> Maka kita akan mengetahui sekarang ini bahwa disana
ada sekelompok
kaum
> muslimin yang besar sekali, bisa mencapai jutaan
jumlahnya, apabila
disebut
> kata : para da'i maka manusia akan mengarahkan
pandangan kepada
mereka. Yang
>
> saya maksudkan adalah jama'ah da'wah atau jama'ah
tabligh. Bersamaan
dengan
> itu, kebanyakan mereka adalah sebagaimana firman
Allah Azza wa Jalla.
>
> "Artinya : Akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui" [Al-A'raaf
:
> 187].
>
> Sebagaimana diketahui dari metode da'wah mereka
bahwa mereka itu telah
> benar-benar berpaling dari memperhatikan pokok
pertama atau perkara
yang
> paling penting diantara perkara-perkara yang
disebutkan tadi, yaitu
aqidah,
> ibadah dan akhlak. Dan mereka menolak untuk
memperbaiki aqidah dimana
> Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memulai
dengannya, bahkan
semua
> nabi memulai dengan aqidah ini. Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah
berfirman.
>
> "Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap
umat
> (untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah thaghut".
> [An-Nahl : 36].
>
> Mereka tidak mempunyai perhatian terhadap pokok ini
dan terhadap rukun
> pertama dari rukun-rukun Islam ini -sebagaimana
telah diketahui oleh
kaum
> muslimin semuanya-. Rasul yang pertama di antara
para rasul yang mulia
Nuh
> 'Alaihis sallam telah mengajak kepada masalah aqidah
hampir seribu
tahun.
> Dan semua mengetahui bahwa pada syariat-syariat
terdahulu tidak
terdapat
> perincian hukum-hukum ibadah dan muamalah
sebagaimana yang telah
dikenal
> dalam agama kita ini, karena agama kita ini adalah
agama terakhir bagi
> syariat-syariat agama-agama lain. Bersamaan dengan
itu, Nabi Nuh
'Alaihis
> sallam tetap mengajak kaumnya selama 950 tahun dan
beliau menghabiskan
> waktunya bahkan seluruh perhatiannya untuk berda'wah
kepada tauhid.
Meskipun
>
> demikian, kaumnya menolak da'wah beliau sebagaimana
telah dijelaskan
dalam
> Al-Qur'an.
>
> "Artinya : Dan mereka berkata :'Janganlah
sekali-kali kamu
meninggalkan
> (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula
sekali-kali kamu
meninggalkan
> (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts,
Ya'uq dan Nasr".
[Nuh :
> 23].
>
> Ini menunjukkan dengan tegas bahwa sesuatu yang
paling penting untuk
di
> prioritaskan oleh para da'i Islam adalah da'wah
kepada tauhid. Dan ini
> adalah makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
>
> "Artinya : Maka ketahuilah, bahwa sesunguhnya tidak
ada sesembahan
(yang
> berhak diibadahi) melainkan Allah". [Muhammad : 19]
>
> Demikian sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam secara amalan
> maupun pengajaran. Adapun amalan beliau, maka tidak
perlu dibahas,
karena
> pada periode Makkah perbuatan dan da'wah Rasulullah
Shallallahu
'alaihi wa
> sallam kebanyakan terbatas dalam hal menda'wahi
kaumnya agar beribadah
> kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
>
> Sedangkan dalam hal pengajaran, disebutkan dalam
hadits Anas bin Malik
> Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan di dalam
Ash-Shahihain. Rasulullah
> Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz
ke Yaman, beliau
> bersabda.
>
> "Artinya : Hendaknya hal pertama yang engkau serukan
kepada mereka
adalah
> pesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
kecuali Allah
saja,
> maka jika mereka mentaatimu dalam hal itu ..... dan
seterusnya sampai
akhir
> hadits. [Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari
(1395) dan
ditempat
> lainnya, dan Muslim (19), Abu Daud (1584),
At-Tirmidzi (625), semuanya
dari
> hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu]
>
> Hadits ini telah diketahui dan masyhur, Insya Allah.
>
> Kalau begitu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah
memerintahkan
> para shahabatnya untuk memulai dengan apa yang
dimulai oleh beliau
sendiri
> yaitu da'wah kepada tauhid.
>
> Tidak diragukan lagi bahwa terdapat perbedaan yang
besar sekali antara
> orang-orang Arab musyrikin dimana mereka itu
memahami apa-apa yang
dikatakan
>
> kepada mereka dengan bahasa mereka, dengan mayoritas
orang-orang Arab
Muslim
>
> sekarang ini. Orang-orang Arab Muslim sekarang ini
tidak perlu diseru
untuk
> mengucapkan : Laa Ilaha Illallah, karena mereka
adalah orang-orang
yang
> telah mengucapkan syahadat Laa Ilaha Illallah,
meskipun aliran dan
keyakinan
>
> mereka berbeda-beda. Mereka semuanya mengucapkan Laa
Ilaha Illallah,
tetapi
> pada kenyataannya mereka sangat perlu untuk memahami
lebih banyak lagi
> tentang makna kalimat thayyibah ini. Dan perbedaan
ini adalah
perbedaan yang
>
> sangat mendasar dengan orang-orang Arab dahulu
dimana mereka itu
> menyombongkan diri apabila Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam
menyeru
> mereka untuk mengucapkan Laa Ilaha Illallah,
sebagaimana yang
dijelaskan
> dalam Al-Qur'anul Azhim [1]. Mengapa mereka
menyombongkan diri ?.
Karena
> mereka memahami bahwa makna Laa Ilaha Illallah
adalah bahwa mereka
tidak
> boleh menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah,
dan agar mereka
tidak
> beribadah kecuali kepada Allah, padahal dahulu
mereka menyembah selian
Allah
>
> pula, mereka menyeru selain Allah, beristighatsah
(meminta tolong)
kepada
> selain Allah, lebih-lebih lagi dalam masalah nadzar
untuk selain
Allah,
> bertawasul kepada selain Allah, menyembelih kurban
untuk selain Allah
dan
> berhukum kepada selain Allah dan seterusnya.
>
> Ini adalah sarana-sarana kesyirikan paganisme yang
dikenal dan
dipraktekkan
> oleh mereka, padahal mereka mengetahui bahwa
diantara konsekwensi
kalimat
> thayyibah Laa Ilaha Illallah dari sisi bahasa Arab
adalah bahwa mereka
harus
>
> berlepas diri dari semua perkara-perkara ini, karena
bertentangan
dengan
> makna Laa Ilaha Illallah.
>
> [Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal
Islam, edisi Indonesia
> TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh
Muhammad Nashiruddin
> Al-Albani, hal 5-15, terbitan Darul haq, penerjemah
Fariq Gasim Anuz]
> _________
> Foote Note.
> [1]. Beliau mengisyaratkan kepada firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala
dalam
> surat Ash-Shaffat : "Artinya : Sesungguhnya mereka
dahulu apabila
dikatakan
> kepada mereka : Laa Ilaha Illallah (Tidak ada
sesembahan yang berhak
> diibadahi melainkan Allah) mereka menyombongkan
diri, dan mereka
berkata :
> 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan
sembahan-sembahan kami
karena
> kami seorang penyair yang gila ?" [Ash-Shaffat :
35-36]



 
____________________________________________________________________________________
The fish are biting. 
Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.
http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php

Kirim email ke