--- In mediacare@yahoogroups.com, Iman Tribune <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> MARI SATUKAN LANGKAH RAPATKAN BARISAN UNTUK MENGHADANG KEDATANGAN 
BUSH...
> TOLAK BUSH....
> GANYANG BUSH....



MUI: Bush Tidak Dikte SBY
Luhur Hertanto - detikcom

Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa memahami unjuk rasa 
menolak kunjungan Presiden AS, George W. Bush, yang digelar ormas-
ormas Islam. Diingatkannya, aksi tersebut dilakukan sesuai ketentuan 
hukum berlaku. 

"Umat Islam silakan demonstrasi, kalau mau demonstrasi. Tapi tidak 
setujui kalau dalam demo itu ada aksi pengrusakan dan kekerasan," 
kata Ketua Umum MUI Pusat, KH Sahal Machfudz, Kamis (16/11/2006). 

Hal tersebut disampaikannya pada wartawan usai diterima Presiden 
Susilo B. Yudhoyono (SBY) di Kantor Presiden, Jakarta. Pada 
kesempatan tersebut, ia didampingi Ketua MUI, Dr.Umar Shihab. Maksud 
kunjungan MUI siang ini adalah bersilahturahmi di bulan Syawal. 

Alasan sikap MUI di atas didasari pemakluman bahwa bisa jadi massa 
pengunjuk rasa tidak menerima informasi yang utuh mengenai agenda 
pembicaraan SBY-Bush. 

Indikasinya banyak pihak yang menduga kunjungan Bush adalah untuk 
memaksakan kepentingan ekonomi dan mendiktekan kebijakan politik 
luar negeri AS, terutama mengenai krisis Timur Tengah dan perang 
anti terorisme kepada Pemerintah RI. 

Berdasar penjelasan yang disampaikan langsung oleh SBY, fokus materi 
pertemuan pada Senin pekan depan adalah bidang kesejahteraan rakyat. 
Yaitu kerjasama kesehatan, pendidikan, TI, bioteknologi, pengentasan 
kemiskinan, dan penanganan bencana alam. Itu pun Pemerintah RI yang 
menentukan, bukan AS. 

Pihak MUI sendiri sangat mendukung pembicaraan mengenai materi-
materi di atas. Sebab tujuan akhirnya adalah peningkatan 
kesejahteraan rakyat secara luas. 

"Kedatangan Bush agendanya tidak ditentukan AS, tapi Presiden RI. 
Selama ini banyak yang salah kaprah, banyak kira Bush akan mendikte 
pemerintah. Tapi mungkin karena belum memahami apa tujuan kedatangan 
Bush. Kalau tujuannya kontruktrif, untuk kepentingan bangsa dan 
negara, mengapa kita menolak?" ujar Sahal panjang lebar. (lh/nrl)





Kirim email ke