Prof Dr Emil Salim, Penerima UMB Awards 2006
Pindahkan Gajah ke Hutan, Dayung Sampan di Ciliwung

Rambut Prof Dr Emil Salim boleh
memutih. Tapi, semangat
memperjuangkan kelestarian
lingkungan hidup tetap
menggelora. Pria yang kini berusia
76 tahun itu bahkan masih sanggup
memelototi laptop berjam-jam
hingga larut malam.

SUASANA di Plenary Hall Jakarta Convention
Center Jumat (8/1.2) itu sangat meriah.
Ribuan mahasiswa S-'l dan S-2 mengikuti
upacara wisuda sekaligus dies natalis Universitas
Mercu Buana (UMB). Pagi itu juga hari
spesiaLbagi Prof Dr Emil Salim. Mantan menteri
lingkungan hidup era Presiden Soeharto
itu menerima anugerah atas dedikasinya di bidang
pelestarian lingkungan hidup. D i a mendapatkan
UMB Awards 2006 atas dedikasi
dan pemikirannya di bidang pelestarian lingkungan
dan pembangunan lingkungan berkelanjutan.

Sebelum awards diserahkan, sebuah film singkat
berisikan riwayat hidup sang profesor diputar.
Di layar hitam putih itu ditayangkan fotofoto
Emil dari masa kecil bersama kedua orang
tua, saat duduk di bangku SMA, hingga kuliah.

Sejak masa kuliah, pria kelahiran Lahat itu
dikenal sebagai sosok yang tidak mudah berdiam
diri. Bahkan, hingga saat ini, dia tetap
tampil energik. Sikapnya yang vokal dan terbuka
itu membawanya menjadi tentara pelajar
dan ketua dewan mahasiswa UI pertama. Dia
juga pencetus ekonomi pancasila pada 1966.

Ayah dua anak itu memang dijuluki pejuang
lingkungan hidup. Bahkaji, pada 18 Oktober,
dia menerima nobel awards pengendalian
lingkungan. Atas pemikiran dan kiprahnya,
dia menerima anugerah dari Paul Getty
Awards di Washington DC. Ini adalah nobel
pelestarian lingkungan. "Saya diusulkan oleh
World Wildlife Fund (WWF) dan memang saya
tidak tahu kalau menjadi salah satu kandidat
dan menang," kenangnya.

WWF mengusulkan agar Emil menerima
nobel bergengsi di bidang pelestarian lingkungan
atas upaya advokasinya secara efektif
mengenai pentingnya memadukan perhatian
tentang lingkungan hidup dan pembangunan
ekonomi.

Perhatian dan rasa memiliki terhadap lingkungan
Emil memang sangat besar. Mulai
memindahkan gajah Sumatra ke hutan-hutan
yang aman hingga mendayung sampan di kali
Ciliwung. Tindakan ekstrem itu dilakukan
pada 1990-arj untuk mengampanyekan warga
terhadap pentingnya kali bersih. "Saat itu,
kondisi kali Ciliwung memang parah. Sampah
menumpuk dan banyak warga pinggir kali
yang menderita penyakit kulit dan diare
(muntaber)," ungkap dia.

Dalam penerimaan nobelnya di Washington,
Emil menyerukan agar negara-negara yang
telah berupaya keras dalam memelihara lingkungan
agar dihargai dan mendapatkan insentif
(perlakuan khusus) dalam perdagangan
internasional. (*)

GOLDA NAYA
 

 

“If you spend your whole life waiting for the storm, you'll never enjoy the 
sunshine.”
Morris West (1916-1999)






 
____________________________________________________________________________________
Want to start your own business?
Learn how on Yahoo! Small Business.
http://smallbusiness.yahoo.com/r-index

Kirim email ke