15 Januari 2007 23:02:52 Home | About Us| Koran| Arsip| function cetakBerita() { lebar = (window.screen.availWidth / 2) - 250; tinggi = (window.screen.availHeight / 2) - 200; window.open('cetak_berita.asp?id=278876&kat_id=253&edisi=Cetak', "cetakBerita", "toolbar=0,location=0,menubar=0,scrollbars=1,resizable=0,width=580,height=400,left=" + lebar + ",top=" + tinggi); } function kirim() { lebar = (window.screen.availWidth / 2) - 250; tinggi = (window.screen.availHeight / 2) - 200; window.open('kirim_berita.asp?id=278876&kat_id=253&edisi=Cetak', "cetakBerita", "toolbar=0,location=0,menubar=0,scrollbars=1,resizable=0,width=580,height=400,left=" + lebar + ",top=" + tinggi); }
JURNAL HAJI JADWAL SHOLAT IKLAN BARIS MQ AKHIR PEKAN ANEKA AYAH BUNDA BELIA BERITA BERITA UTAMA BOGA BUDAYA CITY NEWS CSR DI BALIK LAYAR EKONOMI SYARIAH EKONOMI/BISNIS ELEKTRONIKA GAYA HIDUP GRIYA HAJI UMRAH HIBURAN HOBI & HABIT HORISON HUKUM IPTEK DAN KESEHATAN JALAN-JALAN JURNAL HAJI 2006 KALAM JABAR KELUARGA KESEHATAN KORCIL LAYAR PERAK & DVD LEISURE LUAR NEGERI NASIONAL NEW STRAITS TIMES NOSTALGIA NUSANTARA OLAHRAGA PASAR MODAL POLITIK PROPERTI PUSTAKA RAKERNAS PINBUK REMAJA SASTRA SELULER SENGGANG SUPLEMEN TEKNOLOGI INFORMASI THE ESQ WAY 165 TV & RADIO GUIDE VACANCY WANITA WARNA Koran » Belia Sampaikan kepada rekan Cetak berita ini Minggu, 14 Januari 2007 Seni Tradisi Nggak Nge-bete-in, Kok! Teman-teman di SMP Lanschool Kebayoran manggung di Gedung Kesenian Jakarta. Cap jadul alias jaman dulu bisa menempel kepada siapa saja yang bertingkah tak sesuai zaman. Nggak banget, ya! Tapi, cap jadul ternyata agak sulit menempel pada kesenian tradisional. Buktinya, semakin maju orang di suatu negara, kesenian tradisional semakin diminati. Seni tradisional Indonesia, contohnya, telah memikat berjuta-juta penduduk dunia. Para turis mancanegara tak mau melewatkan pertunjukan kesenian tradisional ketika berkunjung ke Indonesia. Beberapa di antaranya malah amat terpikat dan akhirnya memutuskan untuk mempelajarinya. Kita sendiri? Teman-teman dari SMP Labschool Kebayoran, Jakarta Selatan, berani menggelar pentas kolaborasi antara teater, musik tradisional, paduan suara, dan tari. Cerita yang dibawakan diangkat dari kehidupan masyarakat tradisional Betawi dan Minangkabau. Kisah Si Tomboy mengambil setting perkampungan Betawi yang mendekati masa sekarang. Di tempat itu ada seorang anak perempuan yang dipanggil Si Tomboy. Dua orang sahabat berusaha mengajarkan Si Tomboy berpenampilan lebih feminin. Tetapi, upaya mereka tak pernah berhasil sampai akhirnya Si Tomboy jatuh cinta pada seorang anak laki-laki. Cerita sederhana ini menggunakan dialog dalam bahasa sehari-hari. Untuk menambah ceria, pertunjukan Si Tomboy dimeriahkan dengan tarian Ekstra, Air, dan Hutan yang merupakan garapan baru tanpa meninggalkan pakem-pakem tarian Betawi serta tari Rumpi Pasar. ''Kami berkolaborasi dengan pekerja seni profesional untuk membimbing latihan siswa,'' jelas Kepala Sekolah SMP Labschool Kebayoran, Drs Masribi Ali. Sedangkan kisah Puti Bungsu diambil dari cerita adat Minangkabau, Sumatra Barat. Puti Bungsu yang berasal dari keluarga raja dibuang keluarganya setelah difitnah mencuri perhiasan sang bundo. Ironisnya, yang melancarkan fitnah adalah kakak-kakaknya sendiri. Puti lantas tinggal dengan keluarga miskin yang tidak memiliki anak. Kisah makin menarik menyusul kedatangan pemuda tampan ke desa tempat pembuangan Puti. Pemuda ganteng tersebut rupanya adalah pangeran dari negeri seberang yang merantau berpura-pura menjadi orang biasa. Ia melakukannya karena bosan dengan kehidupan istana. Saat pesta desa, sang pangeran bertemu dengan Puti. Keduanya pun jatuh cinta dan sepakat untuk menikah. Mereka lantas meminta restu kepada kedua orang tuanya. Puti kembali ke istana setelah inang pengasuh memberi tahu perhiasan bundo sebenarnya disimpan oleh kakak-kakaknya. Serunya latihan Untuk mementaskan lakon Si Tomboy dan Puti Bungsu pada tanggal 13 dan 14 Januari 2007 ini, teman-teman SMP Labschool Kebayoran mengerahkan 120 peserta berbagai ekstrakurikuler. Mulai dari peserta ekstrakurikuler teater, gamelan, paduan suara, hingga tari. ''Ini merupakan pertama kalinya SMP di Jakarta berani tampil sendiri di panggung Gedung Kesenian Jakarta,'' ujar Pak Masridi. Tampil sebagai SMP pertama yang secara tunggal naik panggung GKJ, Faisal Meinaldy merasa bangga. Ia ingin awak Labsky --sebutan akrab SMP Labschool Kebayoran-- tampil bagus. ''Yang penting, harus tampil bagus hingga menggambarkan luar biasanya sekolah kami,'' katanya. Faisal mengaku mengenal kesenian tradisional melalui pesta adat pernikahan. Lantunan lagu-lagu daerah sering didengarnya saat pesta berlangsung. ''Waktu masuk Labsky dan harus mengikuti ekstrakurikuler, saya langsung pilih gamelan,'' ujar dia. Berawal dari sana, Faisal makin menyukai gamelan. Menurutnya, memainkan gamelan tak ubahnya memainkan piano. ''Ternyata, musik tradisional nggak nge-bete-in, kok!'' serunya. Riska Rahmawati berpendapat serupa. Ia senang sekali begitu mengetahui sekolahnya akan mementaskan Si Tomboy dan Puti Bungsu. ''Seru. Soalnya, jarang-jarang ada yang mau mengangkat cerita asli Indonesia untuk pertunjukan,'' komentar anggota Paduan Suara Labsky ini. Rencana menggelar pertunjukkan teater membuat pelajar Labsky makin bersemangat mengikuti ekstrakurikuler. Awalnya, mereka berlatih sendiri-sendiri sesuai jadwal ekstrakurikuler. ''Akhirnya, waktu liburan terpakai juga. Mereka masih terus berlatih hingga class meeting,'' papar Pak Masridi. Ketatnya jadwal berlatih tak membuat mereka merasa tertekan. Mereka justru amat menikmatinya. ''Apalagi begitu latihan gabungan. Kami jadi kenal satu sama lain,'' imbuh Riska. Pementasan ini rupanya telah menarik minat banyak orang. Tiga hari sebelum pementasan perdana --tepatnya tanggal 10 Januari 2006-- sudah terjual sekitar 75 persen tiket pertunjukan. Hebat, ya! rei Fadia Mutiaratu Saleh Jakarta, 20 April 1994 Mendapat peran sebagai penari adegan Rumpi Pasar, Fadia Mutiaratu Saleh merasa sangat tertantang. Apalagi, ia harus menari dengan centil memperagakan tingkah tante-tante genit. ''Susah juga, soalnya saya aslinya nggak seperti itu,'' celotehnya. Fadia merasa beruntung tidak harus menari sendirian. Bersama teman-temannya, pelajar kelas tujuh --setara dengan kelas satu-- ini memeragakan tarian tradisional Betawi sambil meledek tokoh utama dalam cerita Si Tomboy, perempuan muda yang senang main silat. ''Seru juga tapi kalau sendirian saya pasti malu,'' kata Fadia. Fadia yang menguasai beberapa tarian tradisional Indonesia merasa gerakan tari Betawi ada yang cukup menyulitkannya. Terutama ketika ia harus menda' yakni melenggokkan pinggul ke bawah. ''Awalnya kagok, tapi lama-lama terbiasa juga,'' ujar gadis cilik berambut panjang yang bercita-cita menjadi dokter. Faisal Meinaldy Jakarta, 8 Mei 1994 Pertunjukan Si Tomboy dijamin tidak akan meriah jika tidak ada Faisal Meinaldy. Soalnya, pelajar kelas tujuh inilah yang memainkan kromong --bonang dalam bahasa Jawa-- pada orkes gambang kromong pergelaran tersebut. ''Senang bisa ikut serta dalam pertunjukan ini,'' kata pemuda cilik yang akrab disapa Ical. Lakon Si Tomboy memerlukan tabuhan kromong yang berirama cepat. Tuntutan tersebut justru membuat Ical makin tertantang. ''Saya suka memainkan kromong, karena iramanya amat bersemangat,'' jelasnya. Di sekolahnya, Ical mengikuti ekstrakurikuler gamelan. Biasanya, ia memainkan lagu Jawa yang temponya pelan. ''Meski alatnya sama, notasi kromomg beda dengan bonang,'' urai Ical yang berasal dari Lampung. Sebelum pementasan Si Tomboy, Ical pernah terlibat dalam pertunjukan Around the World in 80 Minutes. Ketika itu, ia harus mengerahkan kemampuannya bermain teater. ''Karena sudah pernah menjajal bermain peran, kali ini saya memilih untuk memainkan kromong saja,'' papar Ical yang bercita-cita menjadi guru. Riska Rahmawati Aceh, 10 November 1993 Riska Rahmawati amat menikmati kesibukannya selama satu bulan terakhir. Pelajar kelas delapan ini termasuk salah satu anggota Paduan Suara yang mendukung pertunjukan Si Tomboy. ''Senang sekali punya pengalaman naik pentas membawakan kisah tradisional,'' ujarnya. Di mata Riska, pergelaran Si Tomboy dan Puti Bungsu tidak saja memberikan kesempatan untuk unjuk kebolehan bagi siswa-siswi Labsky. Lebih dari itu, kekompakan antarpelajar menjadi terbentuk. ''Sebab, banyak ekstrakurikuler yang terlibat dalam pertunjukan tersebut,'' komentar gadis kelahiran Aceh, 10 November 1993. Kehadiran Bona Idol diakui Riska menambah semangat berlatihnya. Bukan lantaran popularitas atau penampilan fisik Bona yang sedap dipandang. ''Latihannya justru makin serius, biar nggak malu-maluin,'' ungkap Riska. n rei ( ) BERITA LAIN Pemerintah akan Atur Zonasi di Bosscha Massa Mengamuk Rusak Sebuah Rumah Hama `Moncong Panjang` Mulai Serang Padi Muda Jatah Raskin untuk Indramayu Berkutu dan Remuk 39 Mobil APV Diberikan Dengan Syarat Saguling Dipadati Sampah Puluhan Unggas Mati di Daerah Endemi Flu Burung Nelayan Tewas Terbawa Ombak Tempat Ibadah yang Asal-Asalan Raperda KBU, Puncak Perjuangan Untuk Cekungan Bandung function load() { lebar = (window.screen.availWidth / 2) - 250; tinggi = (window.screen.availHeight / 2) - 200; window.open('cahaya.htm', "", "toolbar=0,location=0,menubar=0,scrollbars=1,resizable=0,width=500,height=286,left=" + lebar + ",top=" + tinggi); } --> --> © 2006 Hak Cipta oleh Republika Online Dilarang menyalin atau mengutip seluruh atau sebagian isi berita tanpa ijin tertulis dari Republika | Kirim Artikel Koran | Kontak Webmaster | __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com