Memang tayangan sinetron2  religi  itu  sudah   kelewatan  dan mencoba  
membentuk opini publik   yang  salah.Pada beberapa episode  tentang   seorang  
Homosexual/gay/banci  sering digambarkan sebagai  sosok yang minus.

Kusno Suditomo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                       
           
 
  [EMAIL PROTECTED]
  created by : Arief & Ira
   
  Pengantar :
  Popularitas  “Empat Mata” memang sedang menanjak, namun jangan lupa sinetron2 
 berating tinggi ( terutama dengan tema yg bertopeng religius ) pun  makin 
“ganas menteror” mental para pemirsanya yang peduli tontonan yang  baik untuk 
segera mematikan remote-control. Beginilah kalau pengelola  dan produser tv 
tidak kreatif, hanya mengeksploitasi kebengisan dan  kesadisan semata karena 
menurut "primbon" rating, tema seperti itu yang  mendatangkan banyak pemasang 
iklan. Berikut 2 komentar dari milis  sebelah yang kami kutip.
  Fwd from : [EMAIL PROTECTED]
  Â…Â…Â…
   
   
  Jakarta, Selasa 13 Maret 2007   
  Dear Dinda,
  Oh,  Hwers sekalian, sebelum membaca komentarku tentang keresahan menonton  
sinetron Hidayah, jangan menanggap ini sebuah komentar mengenai agama  Islam – 
sama sekali bukan. Aku menulis ini lebih karena dampak yang  ditimbulkan. Jadi 
sekali lagi, mohon jangan anggap ini sebagai negative  procovation – usaha 
untuk mendiskreditkan agama.
   
  Kemarin  aku, suamiku & putriku sempat sekilas menonton tayangan Hidayah.  
Dan semua menjadi resah, cepat-cepat ganti ke Extravaganza, secara  putriku 
ngefans berat sama Aming, hi, hi... 
   
  Kenapa?  Tidak hanya karena aku & suamiku tidak setuju dengan penggambaran  
wanita di sinetron tersebut, tetapi juga karena kalau tidak salah di  setiap 
sinetron Hidayah, pasti ada penggambaran penghukuman Tuhan...  Aduh... Bagi 
kami sekeluarga ini cara penggambaran yang sangat tidak  sesuai dengan sifat 
Dia Yang Maha Kasih. Setahuku, manusia saja yang  sibuk menghakimi dan 
menghukum sesama – tetapi tidak Tuhan. Karena  masalah dosa adalah masalah 
pribadi antara Dia dan umatNya. Entah  kenapa, penggambaran seperti itu cukup 
membuat aku miris....
   
  Di  antara musibah yang bertubi-tubi menimpa negara kita, sinetron dengan  
tema seperti ini menjadi marak... Aku tidak dapat membayangkan  dampaknya 
terhadap pemikiran bangsa kita. Mereka yang sudah ditimpa  musibah, tidak 
selayaknya mendapat penghukuman lebih dari rekan  sebangsa dan/atau (yang 
paling aku khawatirkan) dirinya sendiri.  Tsunami, gempa bumi, tanah longsor, 
banjir badang, angin beliung,  dll... adalah peristiwa alam. Kalau pun ada 
pembelajaran yang  seharusnya kita petik dari musibah yang beruntun ini, adalah 
kemampuan  kita berkontemplasi – sejauh mana kita menyumbang pada musibah alam  
yang mungkin terjadi – lebih kepada apakah kita membuang sampah dengan  benar, 
mengikuti tata cara pengaturan pengambilan hasil alam dan  melaksanakan ANDAL 
dengan benar, dll... dan apa yang telah kita perbuat  untuk sesama yang 
mengalami bencana, dan sejauh mana kita mau  memperbaiki diri. Tetapi tidak 
untuk penghukuman Tuhan – baik moral  maupun fisik.
   
  Acara-acara  TV seperti ini, tidak hanya Hidayah - tetapi juga sinetron yang 
penuh  dengan cerita mahluk jadi-jadian, dukun klenik, dan bahkan sinetron  
remaja yang isinya pertengkaran dan permusuhan antar teman, aku  takutkan 
berdampak lebih kepada kekerasan terhadap sesama. Niat  luhurnya untuk 
mengingatkan kita agar kembali fitrah menjadi tidak  tersampaikan malah justru 
tertutupi dengan gaya  berlebihan dan penghakiman yang menjadi titik fokus 
sinetron seperti  ini. Alangkah bahagianya, apabila suatu hari aku dapat 
menonton  tayangan yang membawa angin segar dan setitik air yang bisa  
menghapuskan panasnya kekerasan dan ketidak pedulian di negara ini –  sesuatu 
seperti Denias. Atau kalau mau tertawa, Jomblo dan Arisan.
   
  Memang  lebih mudah mengganti saluran, apalagi kalau ada remote dan  
berlangganan TV bayar, yang temanya lebih beragam dan acaranya lebih  global. 
Tapi lebih dari separuh warga Indonesia,  hanya  bisa mengandalkan saluran yang 
ada sebagai sarana hiburan utama mereka.  Dan jangan bilang dampak televisi itu 
tidak besar. Masih ingat bukan  kematian seorang anak lelaki yang terpengaruh 
bermain wrestling ala  salah satu acara TV swasta? Sepertinya tidak mungkin – 
acaranya malam  hari dan anak-anak kita cukup berpendidikan untuk mengerti mana 
yang  benar mana yang hanya buatan.... Sayangnya kenyataan berbicara jauh... 
   
  Hiks, hiks, hiks.... 
   
  Sekarang  di rumahku, dari kecil aku membiasakan suami, anak dan pembantu,  
menonton acara-acara yang cukup mendidik, atau pun menghibur tetapi  sebatas 
hiburan saja. Dalam arti kata aku membiasakan mereka untuk  mencari hiburan 
lain, sehingga tidak tergantung pada acara TV semata.  Hiyaaaa... ternyata 
banyak yang bisa dilakukan dan menyenangkan sekali  dapat melakukan hal-hal 
menyenangkan bersama-sama.    
   
  Mau  tertawa atau tertawa nyengir juga tidak apa, tetapi kesayangan kita  
semua adalah Oprah, Fear Factor, American Idol, Project Runaway,  Extravagansa, 
Kick Andy, Danny the Phantom, Sponge Bob, Scooby Doo, dan  satu-dua drama seri 
Korea. Satu yang bercerita tentang gadis bisu yang  percintaannya ditentang 
keluarga sang kekasih. Basi engga sich? He,  he... tapi aku salut dengan 
penggambaran drama seri ini dari segi  pengambilan gambar, peng-karakter-an 
tokoh (terbayang tidak orang  bisu bisa begitu ribut berbicara? Aku kagum sama 
dunia mereka... Tanpa  harus berteriak atau pengambilan gambar yang 
berulang-ulang untuk  menekankan emosi si pelaku). Satu lagi Princess Hours, 
ini kesayangan  suamiku, engga banget ya? Hi, hi, hi.... 
   
  Semoga  pihak rumah produksi, perusahaan pemberi rating dan TV, mau menerima  
masukkan dari penontonnya. Tidak masalah mengingatkan kita kembali ke  
fitrahnya, hanya bijaksanalah dalam penyampaiannya agar niat baik Anda  
tersampaikan. Dan jangan salah... niat baik itu jalannya  panjaaaannnngggg 
sekali. Apa yang Anda lakukan sekarang akan berdampak  sampai beberapa tahun ke 
depan, percayalah!
   
  Salam penuh harap,
  Eko A.
  
dariyangsebelnontonfearfactorkokmaumakanyanganehsampaijadipenggemarutamaJoeRogan.Ha!
   
   
   
  # # # # #
  Keresahanku menonton sinetron Hidayah di RCTI
   
  Tadi  malam (Minggu,11 Maret 2007) aku menonton sinetron hidayah di RCTI yang 
 berjudul: “Perkawinan Janda Gila Harta” yang dimainkan oleh Novia  Ardhana dan 
Sutan Jorghi.
   
  Dan  benar saja keresahanku kalo seorang perempuan apalagi seorang janda  
mendapatkan stereotype atau penilaian miring di sinetron tsb.  Digambarkan 
janda tersebut menceraikan suaminya demi menikah dgn lagi  dgn seorang pemuda 
yang kaya.Tetapi sang janda digambarkan masih  berbuat mesum dengan bekas 
suaminya. Belum lagi karakter ibu sang janda  yang sangat matre (gila harta). 
Pokoknya cerita dalam sinetron itu  pembodohan sekali dan amat streotipe 
terhadap perempuan. Perempuan  (apalagi janda) digambarkan culas, suka 
uang/matre, dan memanfaatkan  tubuhnya untuk memanfaatkan lelaki.
   
  Menurutku sinetron2 kaya itu adalah pembodohan terhadap masyarakat sama saja 
dengan sinetron Office Boy  dimana perempuan yang berperan menjadi Saschya itu 
bodoh, tidak pernah  kerja, kerjaannya dandan melulu (lihat tulisanku juga ttg 
sinetron OB ini di http://layarperak.com/news/tv/2006/index.php?id=1164312649). 
 Juga di Trans TV ada sinetron Bajaj Bajuri dimana penggambaran sosok  
perempuan yang diperankan oleh Oneng (Rieke Dyah Pitaloka) sbg sosok  yang 
bodoh dan Emak (Nani Wijaya) yang digambarkan sebagai sosok yang  mata duitan 
dan culas.
   
  Ada  apa sebenarnya dengan penulis skenario sinetron kita? Dan barangkali  
apa yang ditulis oleh para penulis skenario mewakili pandangan umum org  
kebanyakan yaitu sangat stereotype thd perempuan.Aku ingin sekali para  penulis 
sinetron itu dididik agar lebih peka gender dan tidak terus  menerus memojokkan 
perempuan.
   
  Lalu pertanyaan aku adalah dimana nih peran Komisi Penyiaran Indonesia?  
Jangan-jangan mereka ikut dalam pemberian steretype thd perempuan.Habis  sampai 
sekarang sinetron kita begitu mulu sih ceritanya.
   
  Trus  selamat ya buat para aktivis perempuan yang tadi malam hadir di  
Kerajaan Mimpi; news.com di Metro TV. Sayang sekali proses pemintaran  seperti 
ini hanya sedikit sekali waktunya bagi perempuan untuk  mencerdaskan bangsa. 
Aku juga baru lihat mbak Mariana dari Jurnal  Perempuan di acara itu. Selama 
ini aku hanya mengenalnya lewat  komentar-komentarnya  yang tajam di milis 
forum pembaca kompas saja Kalo mbak Nia Sjarifudin,  mbak Yeni Rosa Damayanti, 
Ibu Ndari, dan mbak Masruchah sih udah  beberapa kali ketemu. Ok, sekian dulu 
komentarku. Makasih.
   
  Salam, Dinda
  Kunjungi blog aku di: http://titiana-adinda.blogspot.com/
   
   
   
  &&&
  Untuk bergabung / berlangganan, silakan kirim email kosong via : [EMAIL 
PROTECTED] 
  Saran, masukan, ide, kritik, maupun opini anda, mohon dilayangkan via japri 
ke : [EMAIL PROTECTED]
  Terima kasih.
   
     

---------------------------------
Don't pick lemons.
  See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.
      
                                    

 
---------------------------------
Now that's room service! Choose from over 150,000 hotels 
in 45,000 destinations on Yahoo! Travel to find your fit.

Kirim email ke