kelana kota SuaraSurabaya.net      05 Mei 2007, 17:24:07, Laporan Rizka 
Amalia

Ubah Mindset Narasumber, Hapus Suap Terhadap Jurnalis

suarasurabaya.net| Munculnya keprihatinan terhadap semakin banyak bermunculan 
'wartawan' yang tidak memiliki media yang jelas, tidak hanya bagi kalangan 
jurnalis tetapi juga narasumber, yang notabene membutuhkan jasa jurnalis dalam 
penyebaran informasi. 

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya bekerjasama dengan EXXON Mobil, 
Sabtu (05/05) menggelar talk show dengan tema 'Membangun Citra Positif di 
Media' yang bertempat di Hotel Majapahit Surabaya. Acara ini menghadirkan 
narasumber ABDULLAH ALAMUDI Anggota Dewan Pers, HERU HENDRATMOKO Ketua AJI 
Indonesi, DEVA RACHMAN Humas EXXON Mobil, dan IMAN D NUGROHO Ketua AJI Surabaya 
sebagai moderator. 

IMAN D NUGROHO Ketua AJI Surabaya pada suarasurabaya.net, Sabtu mengatakan, 
tema tersebut sengaja diangkat untuk merubah mindset narasumber, khususnya 
Public Relation yang mempunyai kedekatan dengan para jurnalis, bahwa untuk 
membangun citra positif di media tidak dengan money politic, tetapi dengan 
kaidah-kaidah jurnalistik. 

Menurut IMAN ketika para jurnalis berbicara tentang penghapusan suap, tentu 
harus disosialisasikan ke banyak pihak, khususnya narasumber. Karena ini tidak 
akan berhasil jika lingkungan tidak mendukung penghapusan suap. 

ABDULLAH ALAMUDI Anggota Dewan Pers yang hadir sebagai narasumber memaparkan 
selama ini presepsi Humas atau Public Ralation dari perushaan menilai wartawan 
adalah orang yang memegang kartu pers. Sebenarnya yang disebut wartawan adalah 
orang yang mempunyai karya jurnalistik. 

Dengan mengetahui proses kerja seorang wartawan atau jurnalis, dari mencari, 
menghimpun, mengolah dan menyampaikan informasi kepada khalayak, kata ABDULLAH 
tidak alasan bagi narasumber atau PR memberi fee secara khusus kepada wartawan 
agar memuat beritanya. Jika memang kompeten untuk dimuat, tanpa ada 'amplop' 
berita tersebut pasti akan dimuat. 

Hal lain yang menjadi persoalan dari hubungan jurnalis dengan narasumber, kata 
ABDULLAH press release yang dibuat seringkali tidak berkualitas, seperti judul 
yang tidak menarik, lead yang tidak menarik dan berita tidak memenuhi kaidah 
jurnalistik, sehingga media yang menerima enggan untuk mengedit apalagi 
memuatnya. 

Menurut ABDULLAH persoalan lain yang kemudian muncul di kalangan perusahaan, 
adalah media relationnya yang buruk. Banyak perusahaan besar yang cenderung 
mengabaikan media-media lokal, sehingga ketika muncul masalah media lokal 
dijadikan alat bagi elemen setempat untuk mengadili. 

ABDDULAH menambahkan seharunya seorang jurnalis mengetahui dasar hukum dari 
profesinya, khususnya Kode Etik Jurnalistik. Begitu juga perusahaan perlu 
mengatahui apa yang menjadi kewajiban dan hak dari seorang jurnalis, karena 
dalam Undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 17 menyebutkan 
masyarakat dapat mengontrol dan memantau kegiatan jurnalistik. 

Dengan adanya pemahaman yang sama antara jurnalis dengan narasumber, diharapkan 
berbagai persoalan yang muncul dapat diselesaikan dengan ketentuan-ketentuan 
yang ada, seperti menggunakan hak jawab, ombusman dan mengadukan ke Dewan Pers. 
Selain itu juga bisa bersama-sama mewujudkan penghapusan suap kepada jurnalis. 

Teks Foto: 
1. Para Narasumber yang hadir dalam talk show 'Membangun Citra Positif di 
Media'. 
2. Undangan yang hadir tidak hanya dari kalangan jurnalis, tetapi juga PR dari 
berbagai perusahaan. 
Foto: RIZKA suarasurabaya.net

 kirim berita


 
---------------------------------
TV dinner still cooling?
Check out "Tonight's Picks" on Yahoo! TV.

Kirim email ke