barusan saja, saya menonton "republik mimpi"nya effendi gazali.
Jarwo Kuwat berkata,"kita(pemerintah) jangan mau dikendalikan sama
rating",,,,

kata2 itu keluar, karena pemerintah (mereka) sangat terpengaruh oleh
isu2 yang dikeluarkan media,,media sngat menentukan langkah apa yg
akan mereka ambil nantinya,,

harusnya pernyataan "media mempengaruhi sebuah negara" bukan hal yang
baru. sudah lama, politikus berpendapat bahwa media adalah kekuatan ke
kaki ke empat dalam menopang negara,,,

tapi, masalah rating dalam media masih membingungkan saya,,,

dalam Mass Communication Theory, McQuail pernah bilang, "rating sangat
mempengaruhi isi media"..begitu juga pembicaraan yang terlontar
diantara teman2..acara yang berating tinggi akan terus dipertahankan,
boleh diulang, dan terus dibuat sekuelnya, [ingat sinetron
tersanjung?],,,meski tidak mendidik, pengusaha televisi akan mengambil
untung dari iklan.

sampai suatu hari, saya mendengar ucapan teman dari televisi.
menurutnya, tidak ada kaitannya antara rating dan sebuah program
televisi. rating hanya patokan yang dibuat untuk para pengiklan.
pemodal besar [pengiklan] hanya mau memasang iklan mereka pada acara
dengan rating tinggi.

asumsinya, rating tinggi menunjukkan tingginya jumlah penonton. dengan
begitu, uang yang mereka keluarkan untuk beriklan tidak sia2.
sayangnya, pengamat televisi [akademisi] tidak lagi percaya pada
sebuah perusahaan riset tunggal pembuat rating. karena data yang tidak
akurat dan sample rumah2 yang itu2 saja.

lalu, saya sempat ingat, ada pengamat komunikasi yang ingin membuat
Media Survey Research tandingan AC Nielsen.kata teman, sebenatnya bagi
pekerja media, siapa yang membuat survey rating tidak masalah. yang
jadi masalah adalah perusahaan besar yang ingin beriklan hanya percaya
pada hasil survey perusahaan riset tunggal itu. 

lalu, bagaimana pendapat Anda?

Kirim email ke