Kadang penonton lebih suka dengan pertanyaan to the point kaya gitu. Teori konspirasi pemberian racun ke Munir dengan cara yang belum dipastikan adalah urutan ke dua. Yang penonton butuhkan sekarang adalah nama orang yang bertanggung jawab. Saya rasa pertanyaan: "apakah anda membunuh Munir" lebih tepat diungkapkan oleh seorang wartawan karena lebih berhubungan dengan aspirasi pembaca. Berbeda kalau dengan jaksa atau hakim atau pengacara, pertanyaan tersebut tidak pernah diungkapkan melainkan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menyimpulkan keterlibatan Ongen dalam kematian Munir.
Kesimpulannya, saya rasa itu bukan trial by the press, cuma berburu waktu siaran yang mo abis aja. On 14/06/07, aranda yuliaratna <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
dear mbak ika maya, saya sangat stuju dgn anda bahwa seorang jurnalis itu tidak boleh menghakim (trial by the press). Misalnya: saya didakwa membunuh seseorang. Kemudian media memuat berita bahwa saya telah membunuh seseorang tersebut. Padahal yang namanya terdakwa belum tentu membunuh seseorang. Pembunuhan itu harus ada pembuktian yg jelas melalui lembaga peradilan. Artinya saya telah di adili oleh sang jurnalis. Pertanyaannya adalah: salahkah bila seorang jurnalis menanyakan kepada saya apakah saya pelaku pembunuhan tersebut? Salahkah pula bila jurnalis kemudian mewakili masyarakat yang tidak percaya kepada saya bertanya, "Badan anda besar, rambut cepak, muka sangar. Bagaimana ya supaya orang percaya bahwa anda bukan pembunuh?". Apakah pertanyaan-pertanyaan tsb artinya mengadili? Salahkah bila pertanyaan jurnalis mewakili pertanyaan masyarakatnya? Menurut saya, salahsatu fungsi media adalah memberikan informasi sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan yg biasanya hanya muncul di benak masyarakat saja. Keterbatasan jarak dan waktu, juga kedekatan tentunya harus terwakili dengan keberadaan media. Lalu bagaimana dgn nasib narasumber? Wawancara rosianna kmaren menurut saya justru bermanfaat buat Ongen. Mengapa? Paling tidak Ongen punya media untuk menjelaskan tuduhan-tuduhan orang dan menjawabnya menurut versi Ongen. Ongen ga perlu pasang iklan untuk memperbaiki reputasinya. Cukup dgn jawaban jujurnya. Jujurkah Ongen? Kalo itu tentu cuman Tuhan yang tahu... Tugas jurnalis membantu masyarakat bertanya, hak narasumber tentu menjawabnya dgn baik.... Tentu menjadi masalah jika jurnalis menjawab tanpa bertanya, atau narasumber asik menjawab panjang lebar tanpa adanya pertanyaan dari jurnalis...thats why ada yg namanya "salesman". Gitu aja kalo menurut saya.....mungkin banyak pendapat lain dari wartawan2x senior yg ada di milis ini...ya monggo... *Ika Maya Susanti <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: Entah itu sebuah style, kesengajaan, ataukah sesuatu yang memang sudah disepakati sebelumnya dengan narasumber yang tengah dihadirkan, rasanya memang gaya-gaya seperti itulah yang kerap saya saksikan di layar televisi ketika seorang presenter mewawancarai narasumbernya. Namun terlepas dari itu semua, saya kerap merasa terganggu juga. Sebagai pemirsa, rasanya keingintahuan saya malah jadi tidak terpenuhi. Yang ada, justru permainan emosi yang sama saya rasakan seperti halnya sedang menyaksikan sinetron. *Dony Alfan <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: Siapakah Ongen? Nama lengkapnya Ongen Latuihamalo, bagi yang belum tahu, sebenarnya dia adalah penyanyi yang lumayan ngetop di tahun 80an. Dan saat ini namanya cukup sering disebut-sebut kembali di media, tapi kali ini kapasitasnya bukan sebagai penyanyi apalagi artis, melainkan sebagai saksi pembunuhan konspirasi tingkat tinggi pejuang HAM Munir. Karena posisi dia saat ini sebagai saksi kunci pembunuhan itu, maka dia banyak diburu wartawan dari berbagai media. Dari beberapa media itu, SCTV adalah media televisi yang paling beruntung karena bisa menghadirkan Ongen di studio untuk sebuah wawancara eksklusif<http://www.liputan6.com/view/2,142607,1,0,1181142840.html>. Dan yang menjadi pe-wawancara saat itu adalah Rosianna Sillalahi, seorang reporter gaek dari SCTV . Ya, dari awal wawancara ini berjalan cukup serius, jadi jangan bandingkan Rosianna Sillalahi dengan seorang Tukul Arwana yang *cengengesan*sepanjang acara, apalagi untuk sebuah wawancara penting menyangkut kasus pembunuhan yang sulit diungkap. Studio berita SCTV telah berubah menjadi semacam sidang terbuka yang disaksikan jutaan orang lewat televisi. Ada dua pertanyaan terakhir dari mbak Rosianna yang membuat saya benar-benar merasa heran. Yakni, dia langsung "menembak" Ongen dengan sebuah pertanyaan, "Apakah anda membunuh Munir?". Dengan sabar Ongen menjawab, "Alangkah sialnya saya, kalau hanya gara-gara duduk untuk minum, lalu saya dituduh menjadi seorang pembunuh". Apakah seorang hakim atau jaksa penuntut di pengadilan akan bertanya seperti yang ditanyakan oleh mbak Rosianna kepada seorang *saksi*? Pertanyaan itu salah alamat tentunya. Dan dari pertanyaan tadi, mbak Rosianna telah melebihi kapasitasnya sebagai seorang pewawancara. Pertanyaan selanjutnya justru lebih parah, di pertanyaan pamungkas itu mbak Rosianna berkata, "Saya lihat penampilan anda sangar, rambut gondrong, badan besar, tapi di sini anda terlihat santun. Apakah anda sedang akting?". Buset, reporter itu telah menghakimi narasumber, sungguh bukan sebuah pertanyaan yang dewasa, tak berbobot, dan keluar dari konteks wawancara. Tak selayaknya pertanyaan itu terlontar dari seorang reporter gaek, seandainya pertanyaan itu datang dari wartawan magang, saya bisa maklum. Kalau reporter/pewawancara mempertanyakan kapabilitas seseorang yang hendak diwawancarainya, kenapa dia musti nekat menjadikannya sebagai narasumber? Kutipan-kutipan dari wawancara tersebut memang hanya hasil rekonstruksi semantik saya, namun itu sudah mewakili, dengan segala lebih dan kurangnya. Dalam hal ini sebenarnya narasumber juga punya hak, narasumber bisa saja memutuskan untuk tidak menjawab atau menolak pertanyaan tadi. Tak selamanya narasumber harus menjawab pertanyaan dari wartawan atau reporter, berbeda dengan setiap pertanyaan yang diajukan oleh polisi sewaktu penyelidikan, menolak menjawab atau tidak jujur bisa bikin panjang urusan. Seringkali saya lihat di stasiun televisi nasional, televisi seolah justru telah menghakimi seorang tersangka yang tersangkut kasus hukum, padahal pengadilan-nya pun belum digelar. Prinsip "praduga tak bersalah" tak lagi dipegang. Banyak media (khususnya televisi) yang menyebut secara terang-terangan nama seorang tersangka, padahal nama tersangka haruslah disamarkan sebagai inisial, gambar wajah tersangka pun juga musti dikaburkan atau *blur*. Karena status tersangka masih dalam tahap "diduga melakukan". Kecuali kalau statusnya adalah terdakwa, *monggo* saja untuk disebut namanya. Menjadi *newscaster *maupun *newsreader *televisi bukanlah perkara gampang, meskipun bukan untuk siaran langsung sekalipun. Salah tanya, salah ucap kata, keliru berkalimat, penekanan yang kurang pas, dan sejenisnya kadang susah untuk dihindari. Kalau itu siaran langsung maka kesalahan itu juga akan langsung didengar dan dilihat khalayak. *Erratum*atau *errata* setahu saya di televisi tak sedia, karena biasanya hanya ada di media cetak. Kalau *newscaster *dan *newsreader *sadar dengan kesalahan yang dia buat, dengan cepat dia akan mengkoreksinya sendiri dengan berkata, "Maksud kami, bla bla bla". Oleh Dony (http://putradaerah.blogspot.com/) ------------------------------ Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia<http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http://id.yahoo.com/>yang baru! ------------------------------ Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia<http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http://id.yahoo.com/>yang baru! ------------------------------ No need to miss a message. Get email on-the-go <http://us.rd.yahoo.com/evt=43910/*http://mobile.yahoo.com/mail> with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.<http://us.rd.yahoo.com/evt=43910/*http://mobile.yahoo.com/mail> ------------------------------ It's here! Your new message! Get new email alerts<http://us.rd.yahoo.com/evt=49938/*http://tools.search.yahoo.com/toolbar/features/mail/>with the free Yahoo! Toolbar.
-- If you're a loser and seek to improve yourself by reading self-help books then you're being helped by a loser. So Forget it..