http://www.indomedia.com/bpost/072007/13/opini/opini2.htm

  
Kaya dan Miskin

Oleh:
Ika Salawiska
Mahasiswa IAIN Antasari

Dalam realita kehidupan baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia, 
sering kita lihat dan temui orang kaya dan miskin. Mengapa ada kaya dan miskin? 
Pertanyaan ini yang timbul dalam lubuk hati saya sejak masih duduk di bangku 
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Kini pertanyaan itu muncul lagi, 
setelah beberapa tahun terlupakan.

Ada yang mengatakan, adanya kaya dan adanya miskin itu merupakan takdir dari 
Sang Khaliq. Ada juga yang mengatakan, miskin itu disebabkan kemalasan 
seseorang dan kaya merupakan hasil dari kerja keras seseorang. Selain itu ada 
yang mengatakan, kemiskinan disebabkan adanya keserakahan si kaya yang tidak 
memberi kesempatan kepada si miskin. 

Namun ada pula yang mengatakan, adanya si kaya dan si miskin itu dari 
keturunannya. Juga ada yang mengatakan, terjadinya kaya dan miskin karena 
sistem ekonomi yang digunakan. 

Semua perbedaan pendapat tersebut memiliki faktor kebenaran. Miskin karena 
malas. Hal ini tidak selalu salah, karena bagaimana pun ada program 
penghilangan kemiskinan. Namun, jika si miskin sendiri tidak mau bekerja keras, 
bersusah payah belajar dan bekerja, berusaha untuk lepas dari kemiskinan dan 
membenci dirinya karena miskin, maka program tersebut akan sia-sia.

Orang kaya itu perlu dihormati. Namun, jika kekayaannya itu diperoleh dengan 
cara haram seperti mencuri, merampok, merampas, korupsi, kolusi, menipu, 
menzalimi orang lain dan semacamnya, berarti bukan kekayaan yang ada. Namun, 
keserakahan dengan cara haram dan melanggar ajaran agama serta hukum. Hal ini 
yang harus ditekankan dalam keadilan dan kebenaran, serta ketertiban hukum. 
Aparat kepolisian harus tegas bertindak sebagai abdi masyarakat, jangan sampai 
ada diskriminasi. Meskipun kekayaannya diperoleh dengan cara halal, namun harus 
ditekankan untuk menjadi manusia yang gemar berderma dan beramal saleh.

Kesempatan mendapatkan pekerjaan harus diwujudkan secara adil. Namun, dalam 
waktu bersamaan, materi pendidikan juga harus memperhatikan link and match atas 
pekerjaan yang tersedia.

Kita percaya takdir (ketentuan) karena termasuk salah satu Rukun Iman. Namun, 
kita tidak tahu kapan atau di mana takdir itu hadir atau terjadi. Artinya, kita 
bisa mengatakan takdir kalau usaha secara maksimal sudah dikerjakan. Kalau kita 
belum melakukan usaha maksimal, bukan takdir yang sebenarnya namun kemalasan 
berkedok takdir yang terjadi.

Kita sering melihat bahkan banyak orang mengatakan, kaya dan miskin itu 
merupakan keturunan. Pendapat seperti itu tidak selalu salah dan benar. Apabila 
seseorang diwarisi kekayaan tetapi ia tidak bisa menggunakan dan mengelolanya, 
maka lambat laun kekayaannya itu habis dan tidak akan menghasilkan apa-apa. 
Bahkan tak tertutup kemungkinan, ia menjadi orang miskin. Begitu pun 
sebaliknya. Kalau bisa mengelola dan menggunakan kekayaannya dengan baik, maka 
ia akan menjadi orang yang sukses melalui kekayaannya itu.

Sistem ekonomi sekarang. Banyak ekonom mengatakan, salah satu penyebab 
terjadinya kaya dan miskin adalah sistem ekonomi yang digunakan 'kurang tepat' 
dalam suatu negara. Pada gilirannya melahirkan negara yang semakin hari semakin 
kaya dan negara yang semakin miskin. Dengan kata lain, pengaplikasian sistem 
ekonomi tersebut melahirkan ketidakseimbangan dalam perkembangan ekonomi dalam 
suatu negara.

Oleh karena itu, marilah kita mawas diri. Lebih baik kita intropeksi diri. 
Menyalahkan diri kita sendiri, bukan menyalahkan Allah atau orang lain. 
Wallahu'alam bis shawab.

e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke