www.bantenlink.com
  edisi : 25 Juli 2007
   
  Polisi Temukan 8 Mayat Korban Dukun Pengganda Uang
   
  T Muharam / Mdika / Wandi
   
  Lebak — Polisi menahan seorang dukun pengganda uang dan 5 warga yang diduga 
kuat pelaku pembunuhan berencana terhadap 8 orang yang ingin menggandakan 
uangnya. Ke-8 orang itu ditemukan polisi sudah menjadi mayat dalam 2 lubang 
kubur di Desa Cikareo, Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, Selasa (24/7).
   
  Ke-6 tersangka itu adalah Tubagus Yusuf Maulana alias Usep alias Habib (36), 
dukun pengganda uang. Sedangkan ke-5 tersangka lainnya adalah Nurjali (18), 
Yana (18), Muchtar (20) dan Karma (48). Mereka tecatat sebagai warga setempat 
dan ditangkap polisi pada Senin malam (23/7).
  Senin malam, polisi menemukan satu lubang di Kampung Cibuyur, Desa Cikareo 
yang berisi tiga mayat korban. Ketiga mayat itu dikenali sebagai Sanali, Anto, 
dan Nasrun yang diketahui sebagai warga Tangerang. Mayat korban dibawa ke RSUD 
Serang untuk diotopsi.
  Pada Selasa pagi, polisi membongkar lubang lain di perkebunan Kampung 
Cikareo, yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lubang pertama. Polisi 
menemukan lima mayat dipendam dalam satu lubang. Mayat ini diidentifikasikan 
sebagai Solihin, Yudi, Olon, Imi Zamzami, dan Umron yang dipendam pada Mei 2007.
  Saat ini, polisi masih memeriksa para tersangka dan menunggu hasil autopsi 
dari RSUD Serang. Kepala Polres mengimbau kepada warga yang kehilangan 
keluarganya untuk melapor ke Polres Lebak atau menelepon ke nomor 0252-201610.
  Hingga Selasa (24/7) malam ini, sejumlah keluarga tiga korban pembunuhan 
dukun pengganda uang masih berkumpul di RSUD Serang. Mereka masih menunggu 
proses autopsi untuk membawa pulang jenazah para korban.
  Mereka yang berkumpul adalah keluarga korban bernama Nasrun, Anto, dan Sanali 
yang dibunuh pada tanggal 19 Juli lalu. Ketiga mayat korban ditemukan terpendam 
di sebuah lubang setinggi 1 meter di sebuah kebun di Kampung Cibuyur, Desa 
Cikareo, Kecamatan Cileles, Lebak.
  Para keluarga korban mengaku, datang melapor ke Polda Banten dan dilanjutkan 
ke Polres Lebak pada Senin siang kemarin. Setelah itu, mereka baru mengetahui 
jika kerabat mereka telah dibunuh dukun yang mereka kenal bernama Habib. 
Belakangan baru diketahui, dukun itu bernama Tubagus Maulana Yusuf alias Usep.
  Pihak keluarga hanya mengetahui, jika para korban tengah bertapa di sebuah 
gua. “Saya tahunya, kakak saya itu sedang bertapa di sebuah gua. Karena memang 
dia pamitnya begitu kepada istrinya. Ternyata setelah sampai di Lebak, kakak 
saya ditemukan sudah meninggal dipendam,” tutur Hayati, adik kandung korban 
Nasrun yang datang dari Tangerang.
  Sampai saat ini, ia mengaku tidak percaya jika kakaknya pergi ke seorang 
dukun dengan keinginan akan mendapatkan harta karun. Pihak keluarga menduga, 
para pelaku sengaja membunuh korban dan mengambil harta korban. Pasalnya, 
mereka mengaku korban telah memberikan uang puluhan juta rupiah dan menjanjikan 
akan memberikan hadiah sebuah mobil kepada sang dukun.
  Sementara hingga sore ini, identitas kelima mayat lainnya belum juga 
ditemukan. Namun menurut pengakuan Usep si pelaku, kelima korban itu bernama 
Solihin, Yudi, Olon, Imi Zamzami, dan Umron. Mereka dipendam sejak tanggal 17 
Mei lalu.
  Saat ini, polisi masih memeriksa dua tersangka utama yakni dukun Usep dan 
Oyon yang bertindak sebagai perantara, serta empat tersangka yang ikut menggali 
lubang, yakni Nurjali, Yana, Muchtar, dan Karman. 
   
  Membunuh Melalui Ritual Penggandaan Uang
  dan Minuman Beracun.
   
  Lebak — Kapolres Lebak, AKBP Dwi Gunawan, Selasa (24/7) mengungkapkan, modus 
operandi pembunuhan dukun pengganda uang terhadap 8 paisennya itu melalui 
upacara ritual dan memberi minuman yang diduga kuat beracun. Ritual dan minuman 
itu diyakini korban untuk menggandakan uang.
   
  AKBP Dwi Gunawan menyatakan, pembunuhan dilakukan pelaku sebanyak dua kali, 
pada 17 Mei 2007 sebanyak 5 orang telah terbunuh. Sedangkan Pada 19 Juli 2007 
sebanyak 3 korban kembali dibunuh oleh tersangka. 
  Upacara ritual yang harus dilakukan untuk mewujudkan niatannya itu, para 
korban diperintahkan menggali lubang yang sudah disiapkan oleh dukun itu. 
Setelah penggalian tanah, korban diberi minuman racun yang warnanya hitam. 
“Korban disuruh meminum racun, namun jenis racun apa yang digunakan untuk 
membunuh, kami masih melakukan penyelidikan,” katanya. 
  Polisi masih menyelidiki motif pembunuhan tersebut. Namun sementara ini 
disimpulkan, pembunuhan dilakukan untuk menguasai uang yang disyaratkan Tubagus 
Yusuf Maulana alias Usep. Syarat itu jika jumlah orang yang minta digandakan 
ada 5 orang, uang yang harus disediakan minimal Rp 20 juta. Sedangkan jika 1 
orang, syarat itu berjumlah Rp 16 juta. “Setelah membunuh para korban, 
tersangka mengambil uang korban dan harta benda korban berupa HP dan 
lain-lainnya,” ujarnya.
  Kapolres Lebak menambahkan, terungkapnya kasus pembunuhan ini bermula dari 
pengakuan keluarga korban, Dewi (30) dan anaknya St (18). Mereka melaporkan 
pada Senin (23/7) Pukul 10.00 WIB ke Polres Lebak telah kehilangan suaminya 
Anto selama 3 hari. “Terungkapnya kasus ini, karena adanya pengakuan dari St 
yang pernah mengikuti ritual tersebut,” ujaranya.
  Polisi langsung melakukan penyelidikan ke rumah dukun pengganda uang. Dari 
hasil penyelidikan tersebut, akhirnya polisi bisa mengungkapkan kejadian  
pembunuhan sadis itu. “Kita bisa ungkap dengan segera, kasus pembunuhan yang 
paling besar terjadi di Kabupaten Lebak ini,” akunya dilokasi penggalian korban.
  Kata Kapolres, korban tesebut adalah korban pembunuhan berencana. Untuk itu, 
kata dia  tersangka dapat diancam pasal 340 KUHP yaitu perbuatan pembunuhan 
berencana dengan ancaman hukuman mati. “Hukuman mati, sebab ini direncanakan. 
Namun lebih jauh kita masih melakukan penyelidikan,” akunya.
  Dia juga mengimbau kepada masyarakat, agar segera melapor kepada polisi bila 
salah satu anggota kelurganya ada yang hilang. “Warga yang kehilangan 
keluarganya bisa menghubungi Polres Lebak (0252) 201016,” tuturnya. 
  Setelah melakukan penggalian yang dimulai 02.00 WIB hingga 11.00 WIB kemarin, 
akhirnya polisi berhasil mengangkat mayat korban yang sudah mulai membusuk. Ke 
8 mayat korban langsung dilarikan ke RSUD Kabupaten Serang untuk dilakukan 
visum. “Kita lakukan visum untuk mengetahui sisa korban,” kata dia.
  Sementara, tersangka Yusuf  mengakui pembunuhan yang dilakukanya itu takut 
diminta kembalikan uang yang telah diberi korban. Sedangkan racun yang di 
berikan kepada korban adalah racun yang dibuat oleh Yusuf dari bahan potas dan 
ditambah gula aren. “Saya buat sendiri racun itu tiga hari sebelum diberikan 
pada korban,” terangnya seraya menyatakan dirinya sering memberikan syariat 
untuk kelancaran usaha dan peningkatan jabatan. “Saya baru kali ini melakukan 
pembunuhan, walaupun saya menjalankan profesi ini sebagai dukun sejak 1998,” 
tuturnya.
  Sementara tersangka Oyon yang sehari-harinya sebagai tukang ojeg yang biasa 
mangkal di Pasar Saketi, Pandeglang ini mengaku pada bulan Mei telah mengantar 
5 orang yang sedang mencari seorang dukun. “Saya awalnya hanya mengantar saja, 
dan tidak memiliki niatan itu,” aku dia. 
  Nursiah (50), mertua Yusuf  tidak menyangka menantunya melakukan hal itu. 
Padahal dalam kesehariannya dia terlihat biasa saja. “Gak tau, saya kenapa dia 
tega melakukan perbuatan dosa,” tandasnya. 
  Sekdes Cileles, Budianto di lokasi penggalian, mengaku tidak merasa curiga 
dengan prilaku Yusuf Maulana. Karena dalam keseharianya dukun tersebut sering 
bergaul dengan masyarakat. “Warga disini tidak sedikitpun menaruh curiga 
terhadap Yusuf . Tapi, warga memang mengetahui dia berprofesi sebagai dukun,” 
tuturnya.
  Dukun yang tinggal bersama istri dan 2 orang anak itu, sudah lebih dari dua 
tahun tinggal di perkebunan PTPN 8 afdeling III, Cikareo Komplek Cilatak. 
Tetapi sebelumnya sering berpindah tempat seperti di Pandeglang, Lampung. “Dia 
sering didatangi tamu dari luar kampung ini, dan sudah hampir dua tahunan dia 
buka perakteknya disini,” aku dia. Sementara Hayati, 35, istri Nasrun 
mengetahui suaminya itu telah berangkat dengan Anto dan Oyon. “Saat itu suami 
saya dijemput, namun gak pulang-pulang setelah pergi itu.” kata dia.
   
  Tim Khusus Polda Lakukan Otopsi 8 Mayat Korban
   
  Serang — Polda Banten menurunkan tim untuk mengautopsi 8 mayat yang diduga 
korban pembunuhan dukun pengganda uang dengan menggunakan racun racikan sendiri.
   
  Tim terdiri 5 dokter masing-masing Nanang, Rommy, Donal dan Budi Haryadi 
sebagai tim tersebut. Budi Haryadi sehari-hari Kepala Tim Forensik RSUD Serang.
  Menurut Agustin, dalam autopsi tersebut 3 dapat diidentifikasikan yang 
diperkirakan meninggal baru 6 hari. Sementara 5 lainnya belum dapat 
teridentifikasi mengingat kondisi jenazah sudah membusuk dan diperkirakan sudah 
meninggal 2 bulan silam.
  “Tiga nama tersebut adalah Anton (38), Nasrun, Samali. Ketiganya adalah warga 
Lippo Karawaci, Tangerang,” terangnya ketika dikonfirmasi disela autopsi 
jenazah di rumah sakit. Ketika ditanya hasil identifikasi, dia tersebut belum 
bisa memberikan keterangan pasti, mengingat autopsi tersebut perlu kajian dan 
penelitian intensif. ”Kapan-kapannya, hasil autopsi kita belum mengetahui 
secara pasti,” jelasnya.
  Candra, Kakak Anton mengatakan, bahwa sebelum adiknya meninggal bahwa 
terdengar kabar Anton terlibat penggadaan uang, dengan salah seorang dukun di 
Kabupaten Lebak. ”Jadi dalam ritual tersebut, anton diminta untuk menyerahkan 
uang sebesar Rp 200 juta, dan nantinya dalam waktu singkat uang tersebut 
menjadi miliaran rupiah,” katanya.
  Namun, setelah kepergian adiknya itu, Candra tidak mengetahui kalau adiknya 
telah dibunuh. ”Sejak sepuluh hari lalu, saya tidak mendengar kabar adik saya 
lagi, dan tahu-tahu sekarang sudah menjadi jenazah,” jelasnya. Berdasarkan 
Informasi yang diperoleh, dari 8 jenazah yang berada di RSUD Serang, sekitar 
pukul 17.00 wib, 2 diantaranya telah dibawa pulang keluarganya. Yakni, Anton 
dan Nasrun. (nr)
  .

       
---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers

Kirim email ke