Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen
   
  Oleh MOHAMAD GUNTUR ROMLI
  
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/01/Bentara/3800195.htm


Kepribadian dan pengetahuan Muhammad dibentuk oleh lingkungannya.
Leluhurnya dikenal menaati prosedur dan ajaran kenabian. Salah satu
lingkungannya adalah kaum cerdik pandai Kristen.

Jauh sebelum kenabian Muhammad telah ada anasir-anasir kenabian dan
ketauhidan (monoteisme) yang merujuk pada peran dua komunitas teologis
di Mekkah, yang warganya dikenal sebagai penyembah berhala. Yang
pertama ialah pengikut al-hanîfiyah yang mendaku sebagai ahli waris
ajaran Ibrahim. Abdul Muthalib yang adalah kakek Muhammad dan ketua
Bani Hasyim merupakan tokoh terpenting dalam aliran ini. Tercatat pula
nama Zaid bin Amru, paman Umar bin Khathab, yang memiliki syair-syair
kepasrahan. Salah satu baitnya, aslamtu wajhi liman uslimat, lahu
al-ardlu tahmilu shakhran tsiqâla, 'aku pasrahkan diriku pada Dia,
seperti kepasrahan bumi yang membawa batu karang yang berat'.

Yang kedua adalah komunitas Ahli Kitab. Ini sebutan bagi pemeluk agama
Yahudi dan Kristen. Orang Kristen di kalangan Islam disebut sebagai
Nasrani yang dinisbatkan pada al-Nâshirah atau Nazaret, asal Isa
al-Masih. Namun, bagi orang Kristen mayoritas, Nasrani di Jazirah Arab
adalah sebuah sekte. Berbeda dengan bangsa Arab yang mandul dari
kenabian, bangsa Yahudi subur dengan kenabian. Dua komunitas itu punya
satu misi. Sama-sama memusuhi kaum pagan. Pada masa itu mereka
tersebar luas di Jazirah Arab. Orang Yahudi bermukim di Yastrib
(Madinah), orang Kristen menunjukkan pengaruhnya di Mekkah.

Menurut Al-Ya'qubî dalam Tarîkh: orang Quraisy yang memeluk Kristen
dari Bani Asad antara lain adalah Utsman bin al-Huwairits dan Waraqah
bin Naufal. Khadijah yang istri Muhammad berasal dari bani ini.
Informasi yang lebih menarik datang dari Muhammad bin Abdillah
al-Azraqi dalam Akhbâr Makkah (Kabar-kabar Mekkah), tentang gambar dan
arca Isa (Yesus) bersama ibunya, Maryam (Maria), di Kabah. Ketika
berhasil menaklukkan Mekkah dari pemeluk pagan, Muhammad membersihkan
Kabah dari segala perupaan, kecuali Isa dan Maryam. Arca tersebut baru
hancur bersama puing-puing Kabah akibat perang di era Yazid bin Muawiyah.

Mengakui

Alquran (al-Ma'idah: 82) menegaskan kedekatan orang Kristen dengan
Muhammad yang berbeda dari orang Yahudi dan kaum pagan Mekkah yang
bersikap memusuhi. Orang Kristen mencintai Muhammad dan pengikutnya
"karena di antara mereka ada pendeta-pendeta (qissîsîn) dan
rahib-rahib (ruhbân) dan mereka tidak menyombongkan diri". Maksudnya,
mereka mengakui kenabian Muhammad, tetapi tidak mengikutinya.

Yang terkenal adalah Waraqah bin Naufal, kakak sepupu Khadijah. Dia
memberi kesaksian terhadap wahyu pertama yang diterima Muhammad dan
disebut dalam riwayat al-Bukhari hadis nomor tiga sebagai "seorang
yang memeluk Kristen pada zaman Jahiliah, menulis kitab dalam Ibrani,
dan mampu menyalin dari Injil Ibrani".

Kependetaan Waraqah ditegaskan Muhammad dalam Sîrah (biografi
Muhammad) karya Ibn Ishaq (1999: 203): "Sungguh aku telah melihat
Pendeta (Waraqah) berada di surga dengan memakai pakaian dari sutra."
Dalam versi riwayat lain hadis tadi adalah respons ketika nasib
Waraqah di akhirat dipertanyakan karena tetap setia memeluk Kristen
sampai akhir hayatnya meski ia menyaksikan kenabian Muhammad.

Para penyair Kristen dan al-hanîfiyah melantunkan syair-syair
keagamaan mereka di pasar-pasar Mekkah, khususnya di Ukadz. Alquran
(al-Furqan: 7) menyebut kebiasaan Muhammad menjelajahi pasar-pasar
bukan bertujuan berbelanja, melainkan menyimak dan mengamati seluruh
kegiatan pasar yang berfungsi pula sebagai "festival kebudayaan".

Dua jilid karya Luis Syaikhu, Târîkh al-Nashrâniyah wa Adâbuhâ Bayna
'Arab al-Jâhiliyah (Sejarah dan Sastra Arab Kristen di Era Arab
Jahiliah) terbitan Dar al-Masyriq, Lebanon, tahun 1989, menjelaskan
peran nyata kaum cerdik pandai Kristen terhadap kebudayaan Arab.
Syaikhu menyebut peran Umayyah bin Abdillah bin Abi Shalat, penyair
Kristen era Jahiliah yang memiliki syair-syair keagamaan. Syair-syair
Umayyah telah mengenalkan nama-nama lain Allah yang disebut al-asmâ'
al-husnâ (nama-nama terbaik). Demikian juga nama malaikat Jibril,
Izrail, dan Israfil; tingkatan surga dan neraka; tujuh lapis langit
dan bumi; asal-usul penciptaan alam; kisah Adam-Hawa dan dua anaknya;
air bah Nuh; Yunus (Yunan) yang ditelan dan bisa hidup di perut ikan;
serta kisah-kisah para nabi lainnya hingga kisah Ashabul Kahfi yang
masyhur di kalangan orang suci Kristen sebagai les Sept Dormants
(Tujuh Orang yang Tertidur) yang merujuk pada masa pertengahan abad
ke-3 Masehi.

Demikian pula dua kawasan yang menjadi tujuan utama kafilah niaga
Kabilah Quraisy: Yaman dan Syam. Keduanya merupakan pusat kekristenan.
Yaman dikuasai oleh dinasti Kristen Habsyah (Etiopia) yang mengikuti
aliran monofisit-koptik, sedangkan Syam diperintah oleh dinasti
Ghassan yang mengikuti aliran monofisit-yakobis. Muhammad telah
mengunjungi dua kawasan itu ketika masih remaja bersama kafilah
pamannya, dan saat jadi buruh niaga Khadijah. Pusat kekristenan lain
di al-Hira diperintah oleh dinasti Kristen Lakhm yang mengikuti aliran
monofisit-nestorian.

Khadijah

Khadijah menurut informasi sejarah adalah istri Muhammad yang berasal
dari keluarga Kristen di Mekkah (Bani Asad). Sumber sejarah Islam tak
ada yang secara tegas menyebut agama Khadijah sebelum Islam. Namun,
ada fakta menarik mengenai keteguhan Muhammad tetap setia monogami dan
tidak menikah lagi, kecuali setelah Khadijah wafat. Monogami dan
perceraian atas dasar kematian adalah tradisi kekristenan kuno yang
berbeda dari tradisi poligami bangsa Arab.

Khadijah berjuluk al-Thâhirah (Perempuan Suci). Ini simbol teologis.
Perempuan terhormat biasanya cukup disebut al-Syarîfah atau
al-Karîmah. Perempuan suci dalam Kristen disebut santa. Diakah Santa
Khadijah? Julukannya yang lain Sayyidah Nisâ' Quraisy (Puan dari
Seluruh Perempuan Quraish) yang memperlihatkan Khadijah sebagai
"perempuan suci dan pilihan".

Gelar dan pengakuan terhadap Khadijah ini bisa disamakan dengan
pengakuan Alquran terhadap Santa Maria, Bunda Yesus, dalam Surat Ali
Imran Ayat 42 yang menyatakannya sebagai "perempuan pilihan dan suci".

Khadijah bisa dibilang "ibu" Muhammad karena perbedaan umur mereka
yang terpaut 25 tahun. Dalam Ansâb al-Asyrâf (Nasab-nasab Orang Mulia)
karya al-Baradzari, Muhammad menikah pada usia hampir 21 tahun—merujuk
pula pada kebiasaan pemuda Arab waktu itu yang menikah pada umur 20
tahun—sedangkan Khadijah berusia 46 tahun. Menurut Bint Syathi',
penulis buku Nisâ' al-Nabî (Istri-istri Nabi), peran Khadijah sebagai
istri sekaligus ibu bagi Muhammad tak hanya bersumber dari perbedaan
usia, tetapi juga tersebab Muhammad anak yatim piatu yang kehilangan
kasih sayang ibunya.

Bagi Khalil Abdul Karim, penulis Fatrah Takwîn fi Hayâti al-Shâdiq
al-Amîn (Periode Kreatif dalam Kehidupan Muhammad) terbitan Dar Mishr
al-Mahrusah, Cairo, tahun 2004, Khadijah adalah "arsitek" kenabian
yang dibantu oleh "komunitas inteligensia Kristen". Mereka adalah
Waraqah bin Naufal dan adiknya, Qatilah, seorang rahibah, serta
saudara sepupu mereka, Ustman bin al-Huwairits, yang mengikuti aliran
Kekristenan Bizantium (Melkitis) hingga diangkat menjadi kardinal.
Khadijah memiliki dua budak Kristen: Nashih yang jauh- jauh hari
meminta tuannya menikah dengan Muhammad, dan Maisarah yang bertugas
mengamati Muhammad dalam perniagaan ke Syam. Selain dengan anggota
keluarganya, Khadijah juga membangun korespondensi dengan beberapa
pendeta: Adas di Taif, Buhaira di Bushra, Syam, dan Sirgius di Mekkah.
Buku Khalil tadi merujuk pada sumber-sumber primer Sîrah Muhammad yang
jarang disentuh, seperti Sîrah Ibn Ishaq, Ibn Sayyidi al-Nas,
al-Halabiyah, al-Syamiyah, Târîkh al-Thabari, dan al-Ya'qubi.

Khadijah dan timnya telah mengamati Muhammad sejak lama. Dalam Sirah
Ibn Katsir diriwayatkan Khadijah sudah dikabari oleh Nashih, budaknya,
dan Pendeta Buhaira di Syam untuk menikah dengan Muhammad. Dikisahkan
juga bahwa Qatilah telah menawarkan diri kepada Abdullah, ayah
Muhammad, untuk dijadikan istri karena Abdullah memiliki "cahaya
kenabian". Buhaira telah melihat Muhammad dua kali sebelum penetapan
kenabian. Informasi ini menunjukkan bahwa komunitas itu mengamati
keluarga Muhammad secara saksama.

Khadijah mengangkat Muhammad sebagai buruhnya saat berusia 18 tahun
agar bisa mengamatinya dari dekat. Sebelum menikah, Muhammad telah
melakukan dua perjalanan niaga Khadijah ke Habsyah dan ke Syam. Niaga
ke Habsyah hampir tidak disebut dalam versi umum biografi Muhammad,
tetapi kisah itu dituturkan oleh sejarawan klasik, seperti al-Thabari,
al-Suhayli, dan al-Maqrizi.

Sementara dalam perniagaan ke Syam, Khadijah perlu menyertakan seorang
hambanya bernama Maisarah yang kenal baik dengan Pendeta Buhaira untuk
mengamati gerak-gerik Muhammad, khususnya pertemuannya dengan Buhaira.

Setelah yakin bahwa Muhammad adalah sosok tepat dari beberapa
pertimbangan (keluarganya yang menjalankan prosedur kenabian,
nasihat-nasihat anggota komunitasnya, serta pengamatannya secara
langsung), barulah Khadijah melamar Muhammad tak hanya sebagai suami,
tetapi lebih itu dari sebab—dalam kata-kata Khadijah sendiri—"aku
sangat ingin agar kamu (Muhammad) menjadi nabi bagi umatmu."

Dalam proses pernikahan mereka, tampak kegembiraan Abu Thalib dan
antusiasme Waraqah dari pembacaan khotbah nikah mewakili pihak
keluarga Khadijah. Sedangkan wali Khadijah—bapaknya, al-Khuwailid atau
pamannya, Amru—tidak terlalu antusias dengan pernikahan itu. Bagi
mereka, Muhammad tetap dipandang sebagai anak yatim yang berasal dari
keluarga miskin. Adapun Khadijah dan Waraqah memiliki tujuan lain
dengan pernikahan itu.

Nubuat kenabian

Pernikahan Muhammad yang berasal dari keluarga al-hanîfiyah (Bani
Hasyim) dengan Khadijah yang berasal dari keluarga Kristen (Bani Asad)
adalah koalisi kelompok ketauhidan melawan kelompok pagan.

Dua komunitas tersebut telah membangun suasana-suasana kenabian.
Nubuat kenabian dari jalur Abdul Muthalib telah dikabarkan jauh
sebelum Muhammad lahir. Abdul Muthalib dengan sadar telah
mempraktikkan kembali semacam prosedur-prosedur kenabian. Posisinya
seperti Ibrahim yang memusuhi berhala dan menyembelih anaknya sebagai
kurban bagi Allah. Abdul Muthalib telah menyerukan ajaran Ibrahim itu
dan bernazar menyembelih putranya, Abdullah, ayah Muhammad.

Masa pernikahan hingga pewahyuan yang terentang kira-kira 20
tahun—Muhammad menerima wahyu berumur 40 tahun—adalah "tahun-tahun
yang hilang" dari kehidupan Muhammad yang disebut oleh Khalil Abdul
Karim sebagai fatrah al-takwîn (periode kreatif). Muhammad adalah
seorang ummî (buta huruf), maka di masa-masa itulah Khadijah, Waraqah,
dan kaum cerdik pandai Kristen memiliki andil dalam menyiapkan proses
kenabian Muhammad. Di siang hari Muhammad menjelajahi pasar-pasar di
Mekkah yang membuatnya mengetahui segala kisah dan perkembangan
masyarakatnya. Di malam hari Muhammad akan menghabiskan waktu
berbincang-bincang dengan Khadijah.

Adalah hal biasa bila Waraqah sering berkunjung untuk menceritakan
hal-hal yang ia ketahui dari kitab-kitab yang ia salin. Kita bisa
membayangkan betapa marak aktivitas-aktivitas dalam rumah Khadijah
yang dipenuhi kaum intelektual yang memiliki ambisi kenabian itu.

Khadijah bersama Waraqah telah membimbing Muhammad menelusuri
tangga-tangga spiritualitas hingga mencapai puncak kenabian.
Perkembangan Muhammad diamati secara saksama oleh Khadijah, baik
dengan mengantarnya ke Gua Hira untuk menyendiri—tradisi yang telah
dilaksanakan pengikut al-hanîfiyah termasuk kakeknya, Abdul
Muthalib—maupun ketika Muhammad mulai didatangi "suara- suara" yang
mengaku sebagai utusan Tuhan. Khadijah-lah yang menguji kualitas
"suara" itu apakah berasal dari malaikat atau setan. Menurut Sîrah al-
Halabiyah, dalam menguji suara itu Khadijah di bawah bimbingan
Waraqah, yang pakar masalah kenabian dan pewahyuan.

Tak hanya itu. Ketika Muhammad memperoleh wahyu pertama, Khadijah yang
memiliki inisiatif mendatangi anggota kaum cerdik pandai itu satu per
satu, dimulai dari Waraqah dan Sirgius di Mekkah, Adas di Thaif,
hingga Buhaira di Syam. Tujuannya tak hanya meminta konfirmasi tentang
kebenaran pewahyuan itu, tetapi juga mengumumkan bahwa seorang nabi
telah datang.

Jadi, kita bisa melihat bahwa Muhammad bukanlah nabi yang datang dari
dunia antah berantah. Kepribadian dan pengetahuannya telah dibentuk
oleh lingkungannya. Leluhurnya dikenal menaati prosedur dan ajaran
kenabian. Khadijah bersama komunitas memiliki pengaruh yang tak bisa
disanggah. Kenabian dan pewahyuan itu adalah hasil dari eksperimentasi
kolektif setelah melalui proses kreatif yang sangat panjang.



       
---------------------------------
Got a little couch potato? 
Check out fun summer activities for kids.

Kirim email ke