http://hariansib.com/2007/10/06/kiamat-di-bumi-kiamat-di-tata-surya-kiamat-alam-semesta/

Kiamat di Bumi, Kiamat di Tata Surya, Kiamat Alam Semesta

Jakarta, (SIB)
Siapa saja umat Islam yang mengaku dirinya beriman pasti yakin kiamat akan 
tiba.Kiamat adalah keniscayaan meskipun hal itu artinya ras manusia harus punah.
Mengacu pada Alquran dan Hadis, banyak sudah gambaran ciri-ciri manakala hari 
kiamat akan tiba. Tetapi ahli fisika Febdian Rusydi punya penjelasan ilmiah 
mengenai bagaimana terjadinya kiamat.
"Yang pertama itu kiamat di bumi. Skenario kiamat yang bisa diprediksi oleh 
sains terjadi di bumi," kata penyandang gelar master di bidang teknik fisika 
itu dalam acara ceramah di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks BI, Jl Budi Kemuliaan 
II, Jakarta Pusat, Rabu (3/10).
Bumi terdiri dari lapisan-lapisan. Paling dalam adalah inti yang bentuknya 
solid dan cair. Lapisan berikutnya adalah mantel yang terdiri dari silikat, 
gabungan silikon dan air.
Mantel adalah lapisan tempat panas bumi berada. Panas ini berputar di dalam 
mantel dan bisa menggerakkan bagian kerak (crust) bumi sehingga muncul gempa.
Febdian mengatakan kiamat terjadi di bumi ketika sistem gravitasi yang ada 
menjadi kacau oleh aliran panas bumi di lapisan mantel. Saat itulah terjadi 
pergerakan lempengan bumi yang ditandai dengan munculnya gempa.
Saat terjadi gempa orang akan sulit sekali berjalan. Febdian mengatakan dirinya 
mendengar kerabatnya di Padang mengaku baru bisa keluar dari rumah saat gempa 
berhenti mengguncang pesisir barat Pulau Sumatera beberapa waktu lalu.
"Saat normal, gravitasi seragam di setiap permukaan bumi. Tapi saat gempa 
gravitasi tidak lagi seragam di daerah gempa," ujar pria penyandang gelar 
master di teknik fisika itu.
Pergerakan lempeng di bumi itu terus berlanjut alias berevolusi. Bukti ilmiah 
menunjukkan dulu di bumi hanya ada satu kontinen besar sebelum akhirnya 
terpecah-pecah menjadi yang sekarang ini.
Pengaruh gaya gravitasi itu begitu besar. Sehingga bila terjadi gempa dengan 
skala yang luar biasa maka efek yang dihasilkannya pun besar pula.
"Gunung pun bisa tercungkil atau dengan kata lain bisa terangkat dan terbalik.
Itulah skenario kiamat di bumi," terangnya.
Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Q.S. Al Qariah:5)
Febdian mengatakan soal waktu tepatnya kiamat terjadi tetap hanya Allah yang 
tahu. Tetapi Allah juga telah memerintahkan untuk belajar dan mencari tahu 
tentang misteri alam atau lingkungan.
Kiamat di Tata Surya
Setelah kiamat di bumi, skenario berikutnya dalam kiamat yang dijelaskan secara 
fisika adalah kiamat di tata surya kita. Hal ini terjadi karena ukuran matahari 
yang kian membesar, memakan planet-planet di dekatnya seperti Merkurius, Venus, 
dan Bumi.
"Fenomena itu dinamakan Red Giant. Dan prosesnya tidak lama, mungkin sekitar 3 
menit," kata ahli fisika Febdian Rusydi dalam ceramah di Masjid Baitul Ihsan, 
Kompleks BI, Jl Budi Kemuliaan II, Jakarta Pusat, Rabu (3/10).
Matahari yang tergolong dalam keluarga bintang bisa membesar ketika bahan 
bakarnya, yakni Hidrogen, habis. Bahan bakar itu dibutuhkan matahari untuk 
melakukan reaksi fusi nuklir yang nantinya menghasilkan cahaya dan atom-atom 
berat.
"Dan Hidrogen itu jumlahnya di permukaan matahari jumlahnya terbatas," ujar 
pria yang juga menjadi pengajar di Universitas Airlangga itu.
Saat Hidrogen habis, inti matahari akan terus mengecil dan kian masif 
bentuknya. Sementara bagian terluar yang lebih bersifat loose akan terus 
membesar sehingga menjadi Red Giant.
Jika perkembangannya sudah maksimal maka matahari akan meledak dan terjadilah 
peristiwa yang dinamakan supernova. Bagian-bagian yang terbuang akan menjadi 
debu-debu kosmik, cikal bakal bintang baru.
Debu-debu kosmik tersebut akan berkumpul dan membentuk awan molekul raksasa. 
Awan raksasa berputar sehingga bagian pusatnya membentuk bola (Nebula).
Perputaran itu makin cepat sehingga bagian pusat makin solid dan bagian luar 
terlempar. Bagian dalam inilah yang akan membentuk bintang dan bagian terluar 
membentuk gugusan planet.
Lalu kapan ini terjadi? Febdian mengatakan prediksi sains menunjukkan matahari 
akan berubah menjadi Red Giant sekitar 5 miliar tahun lagi.
Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang dijatuhkan. (Q.S. At 
Takwiir:1-2) (gah/bal)
Kiamat Alam Semesta
Salah satu teori tentang pembentukan alam semesta adalah teori dentuman besar 
(The Bigbang). Ide dasar teori ini adalah alam semesta bermula dari sebuah 
titik yang mengembang lewat sebuah ledakan.
Lalu bagaimana kiamat bisa terjadi? Karena terus berkembang maka ada 3 
kemungkinan secara sains alam semesta akan mengalami kiamat.
"Ada 3 kemungkinan. Alam akan mengalami Big Crunch, Big Chill, atau Big Rip," 
ujar ahli fisika Febdian Rusydi dalam ceramah di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks 
BI, Jl Budi Kemuliaan II, Jakarta Pusat, Rabu (3/10).
Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga mencapai titik 
maksimal. Setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta mulai mengecil 
(kompresi) dan akhirnya kembali menjadi titik.
Big Chill menyebutkan alam semesta akan terus berkembang sampai akhirnya 
kehabisan bintang-bintang bahan bakar. Efeknya, tanpa bintang, planet-planet 
akan beku dan mati.
Sementara itu, teori Big Rip mengatakan ekspansi alam semesta terus bertambah, 
galaksi mengembang, gravitasi melemah, dan isinya tercerai berai.
Bintang, planet, dan akhirnya atom-atom akan pecah. Waktu dan dimensi akan 
berhenti.
"Seluruh benda akan pecah. Kursi atau meja akan pecah," terang pria yang kini 
sedang meneruskan studi S3 di Belanda itu.
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya 
itu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala 
sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman? (Q.S. 
Al Anbiyaa:30).
Kiamat Bisa Terjadi Berulang-ulang
Mendengar kata kiamat sudah tentu membuat bulu kuduk merinding. Lalu bagaimana 
bila kiamat sampai terjadi berulang kali?
Ternyata dalam kacamata sains hal ini dimungkinkan terjadi. "Ya, dalam 
pandangan sains ini dimungkinkan," kata fisikawan Febdian Rusydi dalam ceramah 
di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks BI, Jl Budi Kemuliaan II, Jakarta Pusat, Rabu 
(3/10).
Febdian mengungkapkan di kalangan ilmuwan ada sebuah humor yang berhubungan 
dengan hal ini. Nabi Adam yang disebutkan sebagai bapaknya manusia bukan hanya 
satu.
"Ada yang bilang Nabi Adam kita yang sekarang itu yang ketujuh," candanya.
Febdian menjelaskan salah satu teori yang menyebabkan kiamat adalah matahari 
yang terus membesar dan akhirnya memakan planet, istilahnya red giant. Matahari 
yang tergolong bintang ini akan kehabisan bahan bakar dan terus berkembang 
sampai meledak (supernova).
Supernova ini akan menghasilkan debu kosmik yang merupakan cikal bakal bintang 
dan planet yang baru. Siklus ini menurut Febdian terjadi berulang-ulang dan 
menjadi dasar pemikiran ilmiah kenapa kiamat bisa terjadi berulang-ulang.
Febdian mengatakan sekarang ilmuwan di Amerika dan Eropa tengah meneliti temuan 
supernova di angkasa untuk membuka selubung ini. "Tapi proyeknya lama, ini bisa 
beribu-ribu tahun. Nggak bisa singkat," tuturnya.
Selain itu ilmuwan juga menyelidiki sebuah white dwarf, yakni bekas red giant 
yang tidak meledak. Benda tersebut dinamakan Sirius-B yang massanya 300 ribu 
kali massa planet bumi.
"1 Sendok white dwarf setara dengan 5 ton," tandasnya. (detikcom/c)

Kirim email ke