Wah menrik juga, sepertinya aku harus kembai ke kampus atau juga mencari buku 
tentang apa itu negara sekuler dan negara bukan negara sekuler. Namun, aku 
sudah diberi penerangan mengenai negara sekuler di bawah, jadi negara bukan 
sekuler berarti ke balikannya dari negara sekuler.
  Tetapi, saya terkadang bertanya negara Indonesia ini negara sekuler atau non 
sekuler. dari esensi kenegaraan saya pahami sebagai negaa sekuler, karena kalau 
negara agama, bagaimana dengan multi agama kita yang telah dikonsep oleh 
negarawan kita dalam sila pertama pancasilah yaitu: Ketuhanan yang Maha Esa.
  Kalau menurut saya alangkah baiknya kita tetap menjaga negara ini sebagai 
negara sekuler.  rohaniwan, ustat, maupun lembaga agama tetap berjalan pada 
relnya sebagai pelayan tuhan sebagai yang punya hak untuk mengatur menjaga 
hubungan manusia dengan Tuhan. memberikan bantuan, sedekah kepada orang miskin, 
tanpa beda-bedakan agama ataupun sebagai iming-iming agar ikut agama kita.
  Begitu juga dengan camat, bupati, gubernur dan sebagainya sebagai aparatus 
negara. seharusnya tidak boleh melakukan diskriminasi, karena camata beragama 
islam misalnya, maka bawahan dan penerimaan pegawai serta berbagai bantuan lain 
diberikan bukan berdasarkan kemanusiaan, tetapi karena perasaan sebagai sesama 
agama Islam, begitu juga sebaliknnya dengan agama lain.
  Dalam hal ini biarkan pluralisme beragama tetap tumbuh suber dan berkembang 
biak atas dasar kemanusiaan, bukan atas dasar agama.
  
Salam....


"utusan.allah" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          
Anda ini bukan orang cerdas dan pengetahuan anda dangkal kayak
comberan di musim kemarau di Jakarta: anda tidak tahu apa artinya
negara sekuler, apa artinya pemisahan urusan agama dari urusan negara.

Di negara sekuler, negara nggak ada urusan dengan agama seseorang.

Dan, camat itu bukan pegayom, tapi orang gajian penduduk kecamatan itu
untuk mengurus kepentingan umum dan bukan kepentingan sekelompok agama.

--- In [EMAIL PROTECTED], "tari.susanto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pa Camat sudah tepat dalam bertindak. Ia adalah pengayom semua warga 
> apapun agamanya. Jika ada sekelompok orang yg mencoba mempengaruhi 
> orang lain untuk berpindah agama meskipun orang tsb sudah beragama, 
> sudah sepantasnya ditegor- melanggar ketentuan pemerintah. Dan orang 
> yg sempat "terjebak" ditanya, apakah anda-anda merasa terjebak. 
> 
> Kalau iya, sudah sepantasnya dilakukan upacara dibalai desa untuk 
> menghindari terulangya lagi pelanggaran peraturan negara. Ya tentu 
> ini sudah masuk daerah negara, jadi sudah sewajarnya dilakukan 
> digedung negara. Kalau "pendeta"-nya sih cukup dimaafkan saja, krn 
> cuma oknum belaka...
> 
> salam....
> 
> 
> --- In [EMAIL PROTECTED], "utusan.allah" 
> <kesayangan.allah@> wrote:
> >
> > 
> > Jadi, pengislaman kembali itu berlangsung di kantor camat...
> > 
> > Jadi: urusan agama ini berlangsung di gedung milik negara.
> > 
> > Jadi...
> > 
> > Dan tidak banyak kayaknya orang Indonesia yang kaget dengan berita 
> ini.
> > 
> > Dan tidak banyak, if at all, ada kedengaran orang yagn protes.
> > 
> > Bak orang menyayat salami, negara sekuler yang ditinggalkan oleh
> > pemerintah Hindia Belanda dipotong sesayat demi sesayat...
> > 
> > 
> > Jumat, 05 Oktober 2007
> > 
> > 20 Warga Diislamkan Lagi
> > 
> > 
> > 
> > CANGKUANG -- Sebanyak 20 dari 103 warga Kec Soreang, Cangkuang,
> > Katapang, Kab Bandung, yang sempat murtad selama sebulan akhirnya
> > diislamkan kembali. Proses tersebut dilaksanakan di Kantor 
> Kecamatan
> > Cangkuang, Kab Bandung, Kamis (4/10).
> > 
> > Sebelumnya, ratusan warga tersebut sempat dibaptis oleh pimpinan 
> salah
> > satu golongan agma Kristen, dengan embel-embel uang Rp 40 ribu dan
> > rekreasi gratis. Data dari Divisi Anti Pemurtadan (DAP) Forum 
> Ulamam
> > Umat Indonesia (FUUI), menunjukkan, 103 warga Muslim dari tiga
> > kecamatan itu sempat diajak rekreasi ke lokasi pemandian air panas
> > Ranca Walini, Kecamatan Rancabali, Kab Bandung, 11 September 2007.
> > 
> > Sebelum diajak rekreasi gratis, setiap warga sempat dijanjikan akan
> > diberi uang Rp 40-50 ribu. Selain itu, warga tersebut dijanjikan 
> uang
> > jaminan hidup per bulannya oleh salah seorang pendeta. ''Begitu 
> sampai
> > di Ranca Walini, mereka dibaptis dengan cara berendam di kolam,'' 
> ujar
> > Ketua DAP FUUI, Suryana Nurfatwa, kepada wartawan di Soreang, Kamis
> > (4/10).
> > 
> > Hasil pantauan Republika, sekitar 20 dari 103 warga korban aksi
> > pemurtadan tersebut, diislamkan kembali oleh Ketua MUI Kecamatan
> > Cangkuang, Ustad Odang, dengan disaksikan 80 aktivis DAP FUUI dan
> > Muspika Cangkuang. Sementara agenda pengislaman korban pemurtadan
> > lainnya, akan direncanakan dalam waktu dekat ini.
> > 
> > Suryana menjelaskan, kebanyakan korban pemurtadan tersebut tidak
> > mengetahui adanya gerakan perlawanan terhadap aksi pemurtadan. 
> Menurut
> > dia, DAP FUUI akan segera menyosialisasikan upaya pengislaman 
> tersebut
> > kepada korban pemurtadan.
> > (san )
> >
>



                         



       
---------------------------------
Pinpoint customers who are looking for what you sell. 

Kirim email ke