http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007100803131414
Senin, 8 Oktober 2007 BURAS Stagnasi Partai Islam! H.Bambang Eka Wijaya: "HASIL survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) September 2007 menunjukkan, jumlah dukungan terhadap partai politik berasas Islam dan berbasis massa Islam mengalami stagnasi dan cenderung merosot!" ujar Umar. "Kondisi sebaliknya terjadi pada partai yang tidak berasaskan agama!" (Kompas, 6-10) "Gambarannya seperti apa?" kejar Amir. "Dukungan terhadap PKB, PPP, dan PKS, masing-masing hanya 4 persen! Malah PAN, cuma 3 persen! Merosot dibanding hasil Pemilu 2004,--PKB 11 persen, PPP 8 persen, PKS 7 persen, dan PAN 6 persen!" jawab Umar. "Sedang PDI-P pada Pemilu 2004 18,5 persen, jadi 20 persen! Partai Demokrat 7 persen jadi 14 persen! Cuma Golkar ikut turun, dari 22 ke 17,5 persen!" "Itu kontras dengan perolehan 43 persen bagi calon gubernur DKI Jakarta dari PKS, bulan sebelumnya!" sambut Amir. "Tapi boleh jadi karena survei itu berskala nasional!" "Menurut Saiful Mujani, pimpinan LSI, hal itu terjadi karena orientasi nilai politik sekuler di kalangan muslim Indonesia kian menguat! Aktivis Islam gagal menerjemahkan nilai politik Islam dalam bentuk gerakan dan kekuatan elektoral!" ujar Umar. "Kedua, kegagalan mengimplementasikan nilai Islam juga disebabkan ketakmampuan aktivis Islam menguasai sumber keuangan yang tetap dimonopli kelompok politik sekuler!" "Kedua faktor penyebab kegagalan itu bisa dirasakan!" timpal Amir. "Yang pertama, kita sering terkesan kebanyakan--tak semua--aktivis partai belum menguasai nilai politik Islam, terputar political games mainan kelompok sekuler! Contohnya 'demam studi banding', para aktivis ikutan melalaikan prioritas amanah yang diterimanya untuk mendahulukan kepentingan rakyat yang kesusahan! Prioritas nilai ini dicontohkan Khalifah Umar bin Khatab, mereka harus mencari warga yang tak punya jalan keluar dari kesusahan--bukan malah ditinggal pergi menjauh bersenang-senang!" "Cerminan rendahnya orientasi nilai Islam pada perilaku politik aktivisnya itu jelas bisa menurunkan dukungan umat!" tukas Umar. "Seperti, nilai politik Islam mengutamakan kesederhanaan, tapi umat melihat tempat parkir aktivis dipenuhi mobil mewah, atau gubuknya seketika jadi istana!" "Dari karakter aktor itu tampak pangkalnya rekrutmen!" tegas Amir. "Kaitan ke faktor pertama, rekrutmen tidak mengutamakan kedalaman penguasaan dan penghayatan nilai-nilai Islam! Rekrutmennya lebih berat ke bobot materi--bisa setor biaya kampanye! Akibatnya, kiprah mereka jadi malu-malu, tak bernyali menegaskan prinsip-prinsip islami! Kaitannya ke faktor kedua, karena setoran itu dianggap investasi, prioritas pertama aktivis menghitung RoI--return on investment! Lalu,hasil akomodasi kekuasaan mengakses sumber-sumber keuangan jadi tak kumulatif dan terlembaga dalam kebersamaan, tapi jadi timbunan kekuatan personal para aktor!" "Dengan itu tampak, kemerosotan akibat konstituen melihat perjuangan partai Islam serba gantung kopling--penegakan nilai-nilai islami setengah-setengah, orientasinya ke sekuler cuma terbawa arus!" sambut Umar. "Itu membuahkan realitas, Indonesia ini negara Islam bukan, negara sekuler juga bukan! Tak aneh jika aktivisnya juga jadi politisi yang bukan-bukan!"
<<bening.gif>>
<<buras.jpg>>