Mengapa sebagian muslim tidak mengimani bahwa kita dapat seolah-olah melihat 
Allah ?

Tasawuf adalah salah satu pokok dari tiga pokok ajaran agama Islam yang 
menguraikan tentang Ihsan. Pokok ajaran lainnya adalah Fikih yang menguraikan 
tentang Islam (rukun Islam) dan Ushuluddin yang menguraikan tentang Iman (rukun 
Iman).

Tasawuf bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan perbuatan yang baik,  
akhlak dan budi pekerti, bertobat, bertalian dengan hati (tazkiyatun nafs) , 
cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, qanaah, 
tawakal, zuhud, ma'rifatullah dan lain-lain

Namun sebagaian muslim terpengaruh istilah-istilah dari orang lain atau dari 
yang keliru memahami tentang Tasawuf.

Coba perhatikan pendapat yang sebagian muslim pahami yang berasal dari para 
ulama kaum mereka,

Tasawuf merupakan gerakan berpola pikir filsafat klasik yang mengekor kepada 
para filosof dan ahli syair Romawi, India dan Persia. Namun, dalam hal ini, 
kita akan membatasi kajian masalah sufi dengan berkedok Islam. Kedok Islam ini 
dikenakan sebagai upaya menutupi hakikatnya. Maka barangsiapa yang meneliti dan 
mengamati gerak-geriknya, niscaya akan berkesimpulan, bahwa sufi bukan Islam. 
Baik menyangkut aqidah, prilaku dan pendidikan.

Orang-orang ahli Tasawuf, dalam beragama dan mendekatkan diri kepada Allah Azza 
wa Jalla, (mereka) berpegang teguh pada suatu pedoman seperti pedoman yang 
dipegang oleh orang-orang Nashrani. Yaitu ucapan-ucapan yang tidak jelas 
maknanya, dan cerita-cerita yang bersumber dari orang yang tidak dikenal 
kejujurannya. Kalaupun ternyata orang tersebut jujur, tetap saja dia bukan 
seorang (nabi/rasul) yang terjaga dari kesalahan. Maka (demikian pula yang 
dilakukan orang-orang ahli tashawwuf), mereka menjadikan para pemimpin dan 
guru-gurunya sebagai penentu/pembuat syari'at agama bagi mereka, sebagaimana 
orang-orang Nashrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai 
penentu/pembuat syari'at agama bagi mereka".

Sesungguhnya Tasawuf itu adalah tipuan / makar paling rendah / hina dan 
tercela. Setan telah membuatnya menipu para hamba Allah dan memerangi Allah 
Azza wa Jalla dan rasulNya. Sesungguhnya tasawuf adalah (sebagai) topeng kaum 
Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang Rabbani , bahkan juga topeng semua 
musuh agama ini (Islam). Bila diteliti ke dalam akan ditemui di dalamnya 
(ajaran sufi itu) Brahmaisme, Budhisme, Zaratuisme, Platoisme, Yahudisme, 
Nashranisme, dan Paganisme.

Begitulah contoh indoktrinasi dari para ulama mereka yang sesungguhnya 
kemungkinan para ulama mereka terkena perang pemahaman (ghazwul fikri) dari  
orang-orang yang mempunyai rasa permusuhan terhadap orang-orang mukmin.

Secara tidak disadari para ulama mereka menjauhkan ummatnya dari kemungkinan 
memperdalami perbuatan-perbuatan baik, akhlakul karimah dan salah satunya 
adalah tentang zuhud. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

Dari Abul Abbas — Sahl bin Sa'ad As-Sa'idy — radliyallahu `anhu, ia berkata: 
Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan 
berkata: "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika aku 
beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia." Maka 
Rasulullah menjawab: "Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, 
dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan 
mencintaimu." (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya).

Dari hadits ini bisa kita pahami bahwa ulama-ulama mereka secara tidak disadari 
menjauhkan ummatnya dari kemungkinan dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.

Sungguh,  dengan mengamalkan Tasawuf ,  kita dapat mencapai muslim tingkatkan 
Ihsan atau orangnya disebut Muhsin, jamaknya Muhsinin  yaitu kita menyembah 
kepada Allah seolah-olah  kita melihatNya padahal  kita tidak melihatNya. Yang 
dimaksud dengan seolah-olah melihat  Allah disini adalah bukan dengan kasat 
mata (mata kepala) namun dengan mata hati (bashirah).

Rasulullah saw berkata, "Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya 
walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda."

Ketika saya sampaikan kepada sebagian muslim bahwa kita dapat seolah-olah 
melihatNya  sebagaimana tulisan saya pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/07/19/terhalang-melihat-allah/

Ada tanggapan negatif yang diberikan oleh sebagian muslim baik bantahan, 
olok-olokan, tuduhan, ketidak percayaan dan perbuatan tidak berguna lainnya.

Kenapa mereka tidak mengimani apa yang telah saya sampaikan dari Al-Qur'an dan 
Hadits ?

Apakah mereka taqlid buta kepada ulama-ulama mereka ?

Padahal ulama mereka pernah ada yang menganjurkan untuk tidak perlu taqlid pada 
Imam Madzhab yang empat karena kata ulama mereka, Imam Madzhab tidak maksum , 
lalu mereka sekarang malah taqlid begitu saja pada ulama mereka yang tentu 
tidak maksum juga.

Coba kita tanya kepada mereka , mana yang lebih banyak kemungkinan menyalahi  
Al-Qur'an dan Hadits , ulama-ulama mereka atau Imam Madzhab yang empat ?

Padahal saya sangat yakin perkataan Imam Madzhab bahwa jika kita menemukan 
pendapat mereka yang keliru maka kita kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits 
adalah semata-mata agar kita selalu merujuk Al-Qur'an dan Hadits dan sikap 
tawadhu yang mereka tunjukkan. Suatu akhlak yang terpuji.

Mari kita simak nasihat/diwan salah satu imam madzhab yang empat, yakni Imam 
Syafi'i tentang tasawuf.

"Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fikih dan juga 
menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. 
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang 
yang hanya mempelajari ilmu fikih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka 
hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya 
menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa 
dia menjadi baik?"
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]

Dengan menjalankan Tasawuf ,  kita dapat mencapai muslim tingkatkan Ihsan atau 
orangnya disebut Muhsin, jamaknya Muhsinin

Pengertian Muhsinin
Al Qur'an adalah petunjuk bagi orang yang berbuat baik, Ihsan perbuatan atau 
tingakatannya, orangnya disebut Muhsin, kalau jamak muhsinin, Ihsan itu ialah 
kita menyembah kepada Allah seolah-olah kita melihatNya padahal kita tidak 
melihatNya.

Sifat-sifat Muhsinin
Pertama, muhsinin adalah orang yang menjadikan Qur'an itu sebagai hidayah 
Artinya setiap perilakunya / akhlaknya selalu sesuai dengan tuntunan Al Qur'an, 
dan seluruh waktunya penuh berinteraksi dengan Al Qur'an.

Allah menjadikan Al Qur'an ini sebagai obat/rujukan untuk orang yang muhsinin,
Mereka itu orang-orang yang selalu berbuat baik dengan mengikuti syari'at.
Kadang-kadang orang memahami syari'at itu sempit, potong tangan, rajam begitu 
pemahaman sebagian orang ketika syari'at itu akan ditegakan.
Padahal, bersikap adil, qanaah, zuhud, ikhlas, taqarub, dan akhlakul karimah 
yang lain  juga syari'at.

Tentang muhsinin , lihat QS Lukman 1-7

[31:1] Alif Laam Miim
[31:2] Inilah ayat-ayat Al Quraan yang mengandung hikmah (pemahaman yang dalam).
[31:3] menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan 
(muhsinin)
[31:4] (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka 
yakin akan adanya negeri akhirat.
[31:5] Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan 
mereka itulah orang-orang yang beruntung.
[31:6] Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang 
tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan 
dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab 
yang menghinakan.
[31:7] Dan apabila dibacakan kepadanya  ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan 
menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat 
di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.

Semoga kita dapat mengimani firman Allah secara menyeluruh, sebaiknya tidak 
memilah-milah berdasarkan kepentingan atau pembenaran pemahaman saja. Seluruh 
pokok-pokok ajaran agama Islam harus dapat kita pahami dan jalani.

Dengan tulisan ini saya sekedar ingin menyampaikan bahwa kita harus memahami 
ketiga pokok ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah).
Kenyataan yang ada saat ini, kerusakan telah timbul banyak dikarenakan akhlak 
yang buruk,  seperti tawuran. materialisme, individualisme, hubud dunya, al 
wahan, rakus, tamak, bakhil, tidak malu, tidak jujur, kerusuhan pilkada, bunuh 
diri, lebih baik mereka lapar daripada tidak bisa mengikuti gaya hidup dll.

Semua ini karena kita dan para ulama secara tidak sadar melupakan salah satu 
pokok ajaran Islam yakni tentang ihsan yang semuanya diuraikan dalam kitab 
Tasawuf. Kita mau saja dibodohi oleh orang-orang yang mempunyai rasa 
permusuhuan besar terhadap kaum mukmin, bahwa kitab Tasawuf adalah klasik, 
kolot, melemahkan semangat, menghambat modernisasi agama dan stigma negatif 
yang lainnya.

Ulama-ulama kita dahulu yang mengajarkan kitab Tasawuf, bisa kita temukan  
masyarakat yang terkenal santun, ramah dan teguh berpendirian. Para ulama dan 
umara pun diakui di kancah dunia.

Untuk itulah saya mengajak baik diri pribadi saya maupun para pembaca untuk 
kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits secara menyeluruh.

Apapun profesi kita lakukanlah dengan profesional, istiqomah, tawakal dan 
berakhlakul karimah.

Akhlakul karimah, akhlak yang selalu sadar dan mengingat Allah.

Wassalam

Zon di Jonggol
http://mutiarazuhud.wordpress.com

Kirim email ke