*Fasal Tentang Lailatul Qadar (1)*


Sudah sering kita dengar istilah Lailatul Qadar, bahkan selalu lekat dalam
ingatan. Namun demikian, nyatanya kita tidak akan pernah mengenal hakikat
Lailatul Qadar itu sendiri, lantaran masalahnya amat ghaib. Pengetahuan kita
terbatas hanya pada apa yang telah ditunjukkan di dalam berbagai nash, baik
Al-Qur’an maupun As-Sunnah serta interpretasinya.


Secara etimologis, “lailah” artinya malam, dan “al-qadar” artinya takdir
atau kekuasaan. Adapun secara terminologis, dapat kita coba dengan cara
mengamati ayat berikut ini:



إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ


“S*esungguhnya kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malm
kemuliaan *(Lailatul
Qadar)” (QS Al-Qadar (97):1)


Dari pernyataan bahwa Al-Qur’an tersebut diturunkan pada saat Lailatul
Qadar, dapat kita tangkap pengertian, yakni; pertama , Lailatul Qadar
merupakan dari suatu malam, saat diturunkan Al-Qur’an secara keseluruhan.
Walhasil, Lailatul Qadar itu terjadi hanya satu kali, tidak sebelum dan
sesudahnya. Akan tetapi keagungan dan keutamaannya itu diabadikan oleh Allah
SWT untuk tahun-tahun berikutnya. Tegasnya, Lailatul Qadar yang ada sekarang
ini, hanyalah semacam hari peringatan yang memiliki berbagai keistimewaan
yang sangat luar biasa.


Kedua, Lailatul Qadar merupakan sebutan dari suatu malam pada setiap bulan
Ramadhan, yang dahulu kala pernah bersamaan dengan peristiwa diturunkannya
Al Qur’an secara keseluruhan.


Kedua pengertian tersebut di atas, merupakan hasil analisa yang boleh jadi
dapat diterima oleh semua pihak, lantaran sama sekali tidak mengingkari
keutamaan Lailatul Qadar. Sedangkan hakikatnya hanyalah Allah SWT yang
mengetahui. Sementara lailatul Qadar itu sendiri, dalam sebuah ayat
dinyatakan sebagai Lailah Mubarakah (ةalam kebaikan).



إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ


“*Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang
diberkahi*.”(Q.S Ad Dukhaan (44):3)


Dalam masalah ini, para Muffasir menjelaskan bahwa Lailatul Qadar itu adalah
saat diturunkannya Al-Qur’an secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuzhke
Baitul’Izzah, sebelum diwahyukan kepada Rasulullah SAW secara berangsur.
Olah sebab itu, tidaklah dapat disamakan antara Lailatul Qadar dengan
Nuzulul Qur’an atau turunnya ayat pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
SAW.


Betapa mulia dan begitu istimewanya Lailatul qadar itu, sebagai rahmat dan
nikmat Allah SWY bagi seluruh ummat Muhammad. Sehingga tak satupun dari kita
yang tak suka jika mampu meraihnya. Dan wajar pula, jika malam jatuhnya
Lailatul Qadar itupun selau dipertanyakan, bahkan nyaris selalu menimbulkan
perselisihan pendapat.


Kapan Lailatul Qadar?


Menurut suatu pendapat ; Lailatul Qadar itu jatuh pada malam ke 27 setiap
bulan Ramadhan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:



مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا، فَلْيَتَحَرِّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ


“*Siapapaun mengintainya maka hendaklah mengntainya pada malam ke dua puluh
tujuh*.” (HR. Ahmad dari Ibnu ‘Umar)


Sementara menurut pendapat yang lain; perintah Rasulullah SAW untuk
mengintai pada malam ke 27 itu, bukan merupakan suatu kepastian bahwa
Lailatul Qadar akan terjadi pada malam itu. Akan tetapi hanya sebagai
petunjuk, bahwa pada malam itu memang kemungkinan besar akan terjadi.
Terbukti dengan permyataan Rasulullah SAW sendiri dalam hadist yang lain.



أخْبَرَنَا رسول الله صلى الله عليه و سلم عن لَيْلَةِ الْقَدْرِقال : هي في
رمضان في العشر الأواخر ، في إحدى و عشرين أو ثلاث و عشرين أو خمس و عشرين أو
سبع و عشرين أو تسع و عشرين أو في آخِرِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ


“*Rasulullah SAW telah memberitakan kepadaku tentang Lailatul Qadar. Beliau
bersabda: “Lailatul Qadar terjadi pada Ramadhan; dalam sepuluh hari
terakhir. Malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh
tujuh, dua puluh sembilan atau ,malam terakhir*.”


Adapun yang dimaksud dengan malam terakhir dalam hadts di atas, tentunya
jika sebulan Ramadhan itu hanya 29 hari. Sehingga malam yang ke 29 otomatis
merupakan malam terakhir.


Dengan demikian, menurut kami pendapat yang kedua ini jauh lebih dasarnya
ketimbang pendapat pertama. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa;
jatuhnya Lailatul Qadar itu sama sekali tak dapat ditentukan secara pasti.
Lantaran perupakan rahasia Allah SWT.


Lailatul Qadar yang agung itu—sebagaimana jawaban terdahulu sangantlah ghaib
malam jatuhnya. Namun demikian, Rasulullah SAW telah memberi petunjuk kepada
ummatnya bahwa jatuhnya itu di antara malam-malam ganjil pada sepuluh hari
Ramadhan terakhir. Maka tidak mustahil, jika diantara hari-hari itu setiap
tahunnya akan berubah-ubah, sebagaimana dapat dicerna pula dari berbagai
hadits yang berbeda-beda penjelasannya.


Kemungkinan berubah-ubah tersebut, jika dimaksudkan bahwa Lailatul Qadar itu
merupakan sebutan dari suatu malam pada setiap bulan Ramadhan yang dahulu
kala pernah bersamaan dengan peristiwa diturunkannya Al-Qur’an secara
keseluruhan. Adapun jika dimaksudkan bahwa, Lailatul Qadar hanya semacam
hari peringatan, maka tidak mungkin jatuhnya Lailatul Qadar itu akan
berubah, bahkan sampai kiamat nanti.


Selain itu, nampaknya perlu kita sadari pula, bahwa tidak adanya kepastian
pada malam tertentu tentang jatuhnya Lailatul Qadar  ini, justru banyak
membawa hikmah yang antara lain, untuk mandapatkan keutamaan dan berkah dari
saat turunnya Lailatul Qadar itu, kaum Muslimin tidak hanya dengan bertekun
ibadah semalam saja. Akan tetapi harus selama 10 malam terakhir bulan
Ramadhan, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW beserta keluarganya.



KH. Arwani Faishal

Wakil Ketua PP Lembaga Bahtsul Masa’il NU


-- 
"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke