Dear nakita-ers,

Artikel ini sudah pernah saya posting sebelumnya

Salam,
Uttiek

MENGENAL USG 3D DAN 4D

Perkembangan teknologi USG makin maju dengan hadirnya alat yang menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi. Apakah sudah saatnya USG 2D ditinggalkan?

 

Tentu saja, dibutuhkan keterampilan khusus untuk memahami tampilan gambar dan informasi yang muncul di monitor mesin USG (Ultrasonografi). Terlebih, karena alat USG yang umumnya digunakan hanya bisa menampilkan gambar 2 dimensi (2D), di mana pasien awam tidak bisa ikut "menikmatinya". Dokter pun harus pandai-pandai menerangkan segala informasi yang tertangkap melalui mesin itu.

Kini, dengan munculnya alat USG yang berkemampuan menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi, keterbatasan USG 2D seperti teratasi. "USG 2D hanya dapat melihat bayi dari salah satu sisi saja, sedangkan dengan teknologi 3D, janin dapat terlihat utuh dan jelas, seperti laiknya bayi yang sesungguhnya," kata Dr. Judi Januadi Endjun, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Bahkan, dengan teknologi USG 4D, orang tua dapat melihat seluruh tubuh bayinya, berikut gerak-gerik seperti kita menonton film animasi. "Mungkin 10 tahun lagi, perkembangan teknologi ini bisa memperlihatkan janin sebagaimana sesungguhnya," lanjut dokter yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran UPN Veteran ini.

Nah, ibu mana yang tak ingin mengintip kehidupan dalam rahimnya secara lebih jelas? Namun, untuk itu pasien akan dikenakan biaya yang cukup mahal karena teknologi yang dipakai pun tidak murah. Kalau begitu, seberapa perlunya janin dipantau dengan alat ini?

KELEBIHAN USG 3D-4D

"Selama janin dalam keadaan normal, USG 2D sudah cukup. Yang penting alatnya mempunyai resolusi gambar yang baik," tandas Judi. Ia juga menjelaskan, dengan alat itu sudah dapat dilihat kelainan janin sampai 80 persen. "Penambahan teknologi pada USG 3D-4D menjadi pelengkap bila diduga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu dicari kelainan bawaan minornya, seperti bibir sumbing, kelainan pada jantung dan sebagainya."

Dalam kesempatan berbeda, Dr. Dario Turk, SpOG dari RS Family, Jakarta menjelaskan secara lebih detail kelebihan USG 3D-4D ini. Menurutnya, kelainan pada janin bisa terbaca secara lebih akurat karena teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa. "Dengan begitu, pada umur kehamilan 11-14 minggu saja, kelainan janin sudah bisa diperiksa dan diidentifikasikan hingga 85 persennya. Demikian pula dengan down syndrome dan kelainan kromosom lain, serta kelainan jantung bawaan dini (early fetal cardiology)."

Pada umur kehamilan 18-23 minggu, katanya, dengan alat ini sudah dapat dideteksi adanya kelainan janin struktural (detail anomaly scan) termasuk genetic sonogram, kemudian juga kelainan jantung (fetal cardiology).

Pada umur kehamilan 30-34 minggu dapat dideteksi kelainan pertumbuhan janin, kelainan letak janin, letak plasenta, tali pusat, jumlah air ketuban, profil biofisik janin, kelainan organ janin yang baru tampak pada usia kehamilan lanjut (misalnya pada otak, ginjal, dan lainnya), serta kelainan letak tulang bayi.

Namun, Judi menyarankan agar ibu hamil tidak buru-buru meninggalkan alat USG 2D. Bahkan, ia sangat menekankan perlunya penggunaan alat ini lebih dulu sebelum pasien memanfaatkan USG 3D atau 4D. "Jangan dibalik," katanya, "kalau langsung memakai USG berteknologi 3D atau 4D, bisa-bisa struktur di dalam kandungan yang hanya terlihat dengan USG 2D akan terlewat dan tidak terlihat. Baru kalau bayi diduga mempunyai kelainan, teknologi 3D dan 4D ini bermanfaat secara optimal."

Lucunya, kata Judi, di sini telah terjadi salah kaprah. Teknologi secanggih 3D-4D hanya digunakan untuk menanyakan, "Anak saya mirip siapa, Dok?" Sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak penting dan tidak sebanding dengan manfaat alat itu sendiri. "Padahal wajah bayi di seluruh dunia ini hampir sama," komentarnya sambil tertawa.

KALA PEMERIKSAAN DENGAN USG

Saat ini terdapat kesepakatan internasional mengenai pemanfaatan USG bagi kehamilan. Pertama dilakukan pada trimester awal atau sebelum usia kehamilan 3 bulan untuk menentukan apakah positif atau tidak, di mana lokasi janinnya, dan berapa umur kehamilan. Dengan alat ini, kesalahan menghitung usia kehamilan dapat diminimalisir hingga 3-4 hari saja. Sementara, dengan patokan haid terakhir salah hitung umur kehamilan bisa mencapai 2-3 minggu. Cukup jauh juga.

Berikutnya, USG dilakukan lagi pada kehamilan usia 12-14 minggu untuk mengetahui apakan janin mengalami kelainan down syndrome (DS) atau tidak. Dilanjutkan pada minggu ke-18 sampai 20 untuk melihat ada tidaknya kelainan cacat bawaan mayor. "Lain dari itu, hanya dilakukan bila ada alasan medis yang memang diperlukan," ujar Judi.

Setelah pemantauan dengan USG dilakukan, dokter yang baik akan memberikan penjelasan mengenai, ukuran lingkar kepala janin, panjang lengan atas, lingkar perut, panjang paha, berat badan, umur, dan dinding perut, yang berurutan secara sistematis.

"Jadi kalau pasien hanya menerima gambar kemudian dokternya memberi catatan 'bayi normal', sebaiknya mintalah penjelasan. Apa yang harus diketahui sampai ada kesimpulan bayi tersebut normal," saran Judi.

Menurutnya, yang juga harus dipastikan oleh pasien adalah dokter yang melakukan USG harus mempunyai sertifikasi yang dikeluarkan badan-badan tertentu, misalnya POSKI (Perkumpulan Ultrasonografi Kedokteran Indonesia) atau badan dunia semacam WHO.

"Kalau perlu sebelum di-USG, pasien dapat menanyakan apakah dokter yang memeriksanya mempunyai sertifikat tersebut atau tidak. Yang tak kalah penting untuk diketahui, di Jakarta ini tidak lebih dari 10 dokter yang mempunyai sertifikat untuk melakukan USG 3D-4D," ungkap Judi seraya mengatakan bahwa alat tersebut sudah cukup lama dimiliki RSUP Cipto Mangunkusumo.

Sebagai perbandingan ia menjelaskan, "Di negara-negara maju penggunaan alat ini diatur pemerintah. Sehingga dalam satu wilayah hanya terdapat satu alat. Rujukannya pun berjenjang, bila diduga ada kelainan maka pasien baru dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai alat tersebut. Jadi tidak mubazir."

Menurut Judi, pernah ada pasien yang datang dengan membawa gambar yang katanya adalah hasil USG 3D. Padahal sebenarnya USG yang dilakukan tidak menggunakan alat tersebut. Jadi penipuan seperti itu bukan tidak mungkin terjadi.

TAK TERJADI EFEK SAMPING

Yang harus dipahami, USG tidak menggunakan radiasi, tapi gelombang suara yang relatif aman selama dilakukan oleh seorang yang ahli. Namun harus diingat, USG hanyalah alat bantu yang tidak tertutup kemungkinan memberikan informasi yang kurang tepat. "Selama bekerja, alat ini harus melewati otot-otot perut, juga cairan ketuban, jadi gelombang suara yang masuk pasti mengalami interverensi," demikian Judi memberi alasan.

Alat USG maksimal digunakan selama 30 menit dan bayi harus dalam keadaan diam. Bila bergerak, bisa jadi gambarnya hilang dari layar komputer, sehingga harus diulang lagi. Lebih dari itu, dikhawatirkan terjadi pemanasan yangg akan merusak sel janin.

"Alat ini menggunakan gelombang suara dan menghasilkan energi, besarnya tidak boleh lebih dari 100 miliwattjoule/cm persegi. Kalau melebihi akan timbul efek pemanasan, lama-lama cairan sitoplasma akan menimbulkan gelembung udara yang disebabkan pemanasan. Karena sel ini tertutup, maka gelembung udara akan saling mendesak. Akhirnya sel tersebut bisa pecah, dan mati. Coba bayangkan misalnya yang kena adalah sel di pusat mata, pusat intelektual atau pusat perilaku, tentu risiko yang ditimbulkan sangat besar," perinci Judi.

Namun hingga kini, belum pernah ada bayi yang terlahir cacat karena efek USG selama masa kehamilan. Lebih lanjut Judi menambahkan, "Walaupun dimungkinkan punya efek samping, manfaat yang didapat dari USG ini jauh lebih besar, sehingga tetap dilakukan untuk pemeriksaan kehamilan."

 

  Merugikan Pasien

Bagaimanapun, akurasi informasi hasil USG sangat bergantung pada pengalaman, pengetahuan dan etik dokter yang menanganinya. Bukan tidak mungkin informasi yang diberikan kepada pasien ternyata salah. "Yang paling sering terjadi adalah salah melihat letak plasenta, kemudian dilakukan operasi sesar pada saat persalinan. Padahal sesungguhnya tidak ada yang salah dengan letak plasenta, hanya pada waktu USG, gambar itu dilihat dari atas atau dari bawah," kata Judi.

Lalu apa yang bisa dilakukan pasien bila menemui keadaan yang demikian? Mintalah second opinion. Kalau perlu dari 3-4 dokter yang berbeda bila dirasa ada yang kurang beres," sarannya. Kesalahan seperti ini bisa diminimalisir bila USG dilakukan di sebuah institusi pendidikan, seperti RSCM, "Walaupun tidak berarti bahwa di sana akan selalu tepat, tanpa ada kesalahan sama sekali, ya."

Di beberapa negara tertentu ada yang disebut "Salon Photo USG", dimana pasien dapat mengetahui jenis kelamin janin dan mendapatkan fotonya. Namun di situ yang bersangkutaan diminta menandatangani surat perjanjian, bahwa dokter tidak melakukan pemeriksaan diagnostik USG terhadap janinnya. Di Indonesia, bisnis USG yang ada mungkin tidak semencolok ini, tapi dibungkus dalam "kemasan", dimana alat itu ditaruh di rumah sakit tapi pemeriksaan tidak dilakukan oleh dokter yang kompeten.

 

Tips Untuk Melakukan USG

 

Ada beberapa tips yang disarankan Judi sehubungan dengan USG:
1. USG minimal dilakukan 2 kali selama masa kehamilan
2. Lakukan pemeriksaan USG pada dokter yang kompeten
3. Keuntungan lain dengan USG 3D-4D gambar dapat direkam dalam bentuk CD-ROM dimana animasi disimpan dalam format jpg dan bisa dilihat di komputer, tidak hanya dicetak seperti hasil USG 2D selama ini.
4. USG 3D-4D ini paling ideal bila dilakukan pada janin yang berumur 24-28 minggu, dimana air ketuban masih cukup sehingga muka bayi dapat terlihat.
5. Pada trimester pertama dan USG dilakukan tidak dengan USG transvaginal, dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih kira-kira satu jam sebelum pemeriksaan kemudian minum 2-3 gelas, jadi diperlukan kandung kemih cukup penuh. Beda dengan USG transvaginal, kandung kemih harus dalam keadaan kosong.
6. USG aman selama dilakukan oleh ahli yang kompeten.

 

Marfuah Panji Astuti

 
KLINIK OSCAR MENDETEKSI KELAINAN JANIN
Pemeriksaan dapat dilakukan secara optimal jika usia kehamilan masih di bawah 11 minggu.
 
Pendeteksian dini kelainan pada janin, kini dapat dilakukan secara menyeluruh di satu tempat saja, yang disebut klinik OSCAR atau One Stop Clinic for Assessment of Risk. Klinik ini merupakan bagian dari RSIA Family, Pluit, Jakarta Utara yang baru berdiri September tahun lalu. Menurut Dr. Dario Turk, SpOG, risiko dini kelainan pada bayi, seperti down syndrome, edward syndrome , tarnet syndrome, kelainan kromosom termasuk trisomy 18 dan trisomy 13, serta kelainan jantung bawaan dapat diukur dan disiapkan tindakan penanganannya.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan teknologi USG 3D-4D yang didukung prosesor berkecepatan tinggi serta kapasitas memori yang besar, sehingga gambar yang didapat lebih jernih dan hasil pemeriksaan akan lebih akurat. Data yang diperoleh dan diolah di klinik ini, kemudian juga mendapat opini pembanding dari Dr. Bernard Benoit yang bekerja di Centre Hospitalier Princess Grace, Monaco dan merupakan mitra RSIA Family. Selain itu, komite etik dari klinik OSCAR akan melakukan diskusi intensif mengenai apa yang sebaiknya dilakukan terhadap satu kasus kelainan. Untuk mendapatkan opini pembanding ini tak ada biaya tambahan.
Selain itu, konseling genetika juga dapat dilakukan dengan Prof. DR. Dr. Wahyuning Ramelan, SpA dari Universitas Indonesia yang juga merupakan mitra dari klinik ini. Fasilitas lain yang sedang dalam persiapan adalah konsultan psikologi untuk pendampingan pasangan yang janinnya dideteksi berisiko lahir dengan kelainan.
Laporan yang akan diberikan pada pasien berupa CD-ROM dimana still image foto bayi disimpan dalam format jpg dan dapat dilihat kembali di komputer mana pun berikut data lainnya. Namun, laporan tertulis dan hasil cetak foto USG pun akan diberikan. "Banyak ibu yang senang dengan laporan dalam bentuk CD-ROM karena foto hasil USG bayinya bisa dikirim ke teman atau saudaranya dengan lebih mudah melalui email," tambah Dario.
Dari pihak rumah sakit sendiri data pasien yang telah dimiliki akan disimpan dalam bentuk arsip digital, sehingga data tersebut tidak mudah rusak, bahkan dapat disimpan sampai 20-30 tahun kemudian. Keuntungan berikut, format seperti itu memudahkan pengiriman data ke dokter lain bila diperlukan opini pembanding.
METODE PEMERIKSAAN
Melalui pemeriksaan USG yang dapat mengukur ketebalan cairan di belakang leher janin (nuchal translucency), maka kelainan sudah bisa diketahui sampai prosentase yang cukup tinggi. "Ketebalan cairan pada janin harus kurang dari 3 mm di usia kehamilan di bawah 14 minggu, dan panjang janin pada usia ini antara 45 mm-84 mm, juga ada tidaknya tulang hidung (nasal bone)," perinci Dario.
Menurutnya, ibu mana pun berisiko mempunyai bayi dengan kelainan down syndrome jika pada saat hamil usianya di atas 35 tahun, baru melakukan inseminasi, pernah melahirkan bayi cacat, bayi sebelumnya selalu meninggal, atau ibu yang mempunyai riwayat kehamilan buruk. "Nah, ibu yang pernah mengalami kondisi seperti ini sebaiknya berusaha sedini mungkin untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan pada kehamilan berikutnya," anjur Dario yang sertifikat pengoperasian USG 3D-4D-nya didapat dari Vienna International School of 3D Ultra Sonography.
Lakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 11 minggu. Jangan setelah hamil 7-8 bulan, dengan anggapan makin besar bayinya akan makin kelihatan kelainannya. "Pada saat di-USG, janin yang sudah besar justru akan membuat pantulan ke arah dalam, sehingga gambarnya tidak jelas. Juga, makin besar bayi akan sulit bergerak sehingga pemeriksaan tidak bisa detail."
Bila ternyata janin tersebut diduga berisiko lahir dengan kelainan, akan ditawarkan pemeriksaan dengan CVS (Chorion Villus Sampling) ataupun amniosentesis untuk mendapatkan hasil yang lebih rinci. CVS merupakan pengambilan jaringan plasenta (ari-ari) dalam jumlah yang sangat kecil, sedangkan amniosentesis merupakan pemeriksaan melalui air ketuban yang diambil dari dalam kandungan.
DENGAN PERJANJIAN
Tanpa harus menjadi pasien RSIA Family, ibu yang ingin mengetahui kondisi kehamilannya bisa mendapatkan pelayanan di OSCAR. "Jika ingin melahirkan di rumah sakit lain, dengan dokter lain, tidak masalah," ujar Dario yang menyelesaikan sarjana kedokterannya di Universitas Zagreb, Kroasia. "Namun, kami mohon agar pasien tersebut mau memberikan informasi mengenai kelainan bayinya untuk melengkapi data yang telah ada di sini."
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk sekali pemeriksaan selama sekitar 30 menit, pasien akan dikenakan biaya sekitar Rp 750.000.
Dalam sehari, klinik OSCAR biasanya kedatangan pasien sekitar 10 orang. Semua mendaftar dengan perjanjian terlebih dahulu agar pengaturan waktunya lebih mudah. Kalaupun harus menunggu, ibu hamil tak perlu khawatir, karena klinik ini dilengkapi ruang tunggu yang nyaman.
Klinik OSCAR - RSIA Family
Jl. Pluit Mas I Blok A No. 2A-5A
Jakarta
Telp. 669 5066/4990, Fax. 661 5563
 
Marfuah Panji Astuti



=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke