Memang kalau kita amati  hampir semua stasiun televisi dominan dengan 
acara-acara yang tidak mendidik kadang kala kita prihatin dengan kondisi yang 
demikian  apalagi kita punya anak yang masih kecil nonto tv adalah kegiatan 
rutinya tampa kita sadari semuanya itu sangat mempengaruhi  perkembangan jiwa 
dan tingkah lakunya .
Pada kesempatan ini saya juga ingin bertanya kepada kita semua bagai mana 
caranya  mengatasi agar anak tidak kecanduan nonton tv .
terimakasih 
Pa2 nya Nabilla dan  Kelvin ......
 


  ----- Original Message ----- 
  From: Yunita Susanti 
  To: milis-nakita List Member 
  Cc: milis-nakita List Member 
  Sent: Saturday, November 25, 2006 7:37 AM
  Subject: [milis-nakita] Concern Smack Down {06}



  Wah tadi pagi sempat kaget juga, pas mau berangkat kerja dan si dita (5th) & 
hanny (2th) lagi nonton TV global di kamar. Pas saya lihat koq ada adegan si 
cewek minta dicium sama si cowok. Udah gitu bibir si cewek pake dimonyongin ke 
tuh cowok minta segera dicium. Padahal ini film kartun lho........... 

  Terus gimana ? yang fil kartun aja ada beginiannya, apalagi sinetron2 lain. 
Yang atas nama hidayah aja juga banyak adengan peluk2an....... 
  Ya jangan pengajian & sepak bola aja...masak memasak juga bagus koq 



        "Ems_Facility" <[EMAIL PROTECTED]> 
        Sent by: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com 
        11/24/2006 05:24 PM Please respond to
              milis-nakita@news.gramedia-majalah.com 


       To "milis-nakita List Member" <milis-nakita@news.gramedia-majalah.com>  
              cc  
              Subject [milis-nakita] Concern Smack Down {05} 

              

       



  Iya memang sekarang acara televise pada tak ada yg bermutu.
  Baiknya kita sebagai orang dewasa juga harus berkaca juga.... maaf
  nih!!!
  Contohnya acara sinetron itu kan udah menjamur, ceritanya gitu2 aja Cuma
  pemeran ma judulnya aja berubah. Sekarang juga ditiru para perempuan
  mulai dari yg dewasa sampai ibu2.
  Jadi gimana nih... atau kita usulkan aja utk acara tv diganti acara
  pengajian sama olahraga sepakbola.

  -----Original Message-----
  From: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Agus
  Susanto
  Sent: Friday, November 24, 2006 4:58 PM
  To: milis-nakita List Member
  Subject: [milis-nakita] Concern Smack Down {04}

  Bagi yang ingin mengadukan acara SmackDown di Lativi
  yang ditayangkan Minggu Siang bisa mengadu ke KPI
  (Komisi Penyiaran Indonesia)

  Alamat KPI  
  Gedung Sekretariat Negara, Lantai VI
  Jl.Gajah Mada No.8, Jakarta 10120
  Indonesia
  Telp. 021-6340713
  Fax. 021-6340667, 6340679 

  atau klik:
  http://www.kpi.go.id/index.php?categoryid=27

  Regards,

  -----Original Message-----
  From: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of nina kamila
  Sent: Thursday, November 23, 2006 7:11 PM
  To: milis-nakita List Member
  Subject: [milis-nakita] Concern Smack Down {03}



  --- [EMAIL PROTECTED] wrote:

  > Mbak, saya juga prihatin.......memang orang-orang
  > itu tidak peduli....yang 
  > penting uang masuk kantong mereka....tapi moral
  > tidak ada.....dipikirnya 
  > anak kecil bisa memilih.....tapi kita yang dewasalah
  > yang seharusnya 
  > bijaksana......
  > Saya sendiri ngeri kalau lihat acara Smack
  > Down.....jangankan smack 
  > down....film robot-robotan ataupun putri barbie pun
  > sering ditiru oleh 
  > anak-anak, .......Smack Down memang sangat tidak
  > pantas.... 
  > Sulit memang kalau negara yang tidak punya
  > hukum...di sisi lain manusianya 
  > juga banyak yang tidak bermoral dan tidak tahu
  > diri.......
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > "Rosa E. Saad" <[EMAIL PROTECTED]>
  > Sent by: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
  > 23/11/2006 01:53 PM
  > Please respond to milis-nakita
  > 
  >  
  >         To:     "milis-nakita List Member"
  > <milis-nakita@news.gramedia-majalah.com>
  >         cc: 
  >         Subject:        [milis-nakita] Concern Smack
  > Down {01}
  > 
  > 
  >  
  > Dear nakita-ers, 
  >  
  > Saya mau sharing keprihatinan saya ttg acara Smack
  > Down di televisi.
  >  
  > Berita yang terlampir dibawah ini mungkin baru
  > sebagian kecil dari 
  > kejadian-kejadian disekitar kita yang pemicunya
  > adalah tontonan 'hiburan' 
  > yang menggunakan kekerasan itu.
  >  
  > Apalagi saya pernah lihat presenter program itu
  > membawakan acara dengan 
  > didampingi anak-anak, yang memberikan kesan
  > seolah-olah acara itu memang 
  > untuk anak-anak.
  >  
  > Seperti mbak Nina yang beberapa waktu lalu kawatir
  > dengan iklan 'Stunt 
  > City', saya juga jadi bertanya-tanya, apa ya yang
  > bisa kita - sebagai 
  > orangtua - lakukan untuk hal-hal seperti ini?
  >  
  > Salam dari yang lagi prihatin,
  > Mamanya Reza & Lukman
  > Dari website koran Republika:
  >
  http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=272629&kat_id=3
  >  
  > Rabu, 22 Nopember 2006
  > 
  > Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa 
  > 
  > 
  > 
  > Tubuh pria kekar itu dihiasi tato. Panggilannya, The
  > Undertaker. Lawannya 
  > tak kalah kekar. Otot-otot menyembul di hampir
  > seluruh bagian tubuhnya. 
  > Lelaki yang memiliki sebutan Triple H itu bergumul
  > dengan si Undertaker. 
  > Adu jotos, saling banting dilakukan kedua pegulat
  > itu di atas ring. 
  > Tiba-tiba, tangan Undertaker menggenggam leher
  > lawannya. Bak kapas, badan 
  > Triple H diangkat dengan satu tangan. Tak lama
  > kemudian, tubuh Triple H 
  > dihempaskan ke atas kanvas ring. Penonton pun
  > bersorak riang. 
  > Kekerasan memang sarat dalam setiap adegan tayangan
  > gulat luar negeri yang 
  > biasa disebut SmackDown itu. Bahkan, bisa dibilang,
  > kekerasan yang dilakukan kerap bernuansa 
  > ekstrem. Sang lawan memang terlihat kesakitan. Tapi,
  > dia tak apa-apa --tak 
  > ada tandu yang diperlukan untuk melarikannya ke
  > rumah sakit. Tak jarang 
  > pula, beberapa alat seperti kursi, kayu, hingga palu
  > juga digunakan oleh 
  > petarung untuk segera memenangkan pertandingan.
  > Banyak penonton tidak 
  > menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan
  > televisi untuk meraih rating tinggi. 
  > Hal itu pula yang tidak disadari oleh Restu, Iyo,
  > dan Ii, warga Kompleks 
  > Banda Asri, Desa Banda Asri, Kecamatan Cangkuang,
  > Kabupaten Bandung. 
  > Adegan-adegan dalam SmackDown itu oleh siswa-siwa
  > SMP ini ditiru dan dipraktikkan. 
  > Sebagai lawan, mereka memilih Reza Ikhsan Fadillah
  > (9 tahun), tetangga 
  > mereka. Tubuh kecil siswa kelas III SD Cincin I itu
  > mereka banting. 
  > Kepalanya dihujamkan ke atas lantai. Tangannya
  > ditekuk, meski Reza 
  > mengaduh kesakitan. 
  > ''Karena menirukan adegan SmackDown, anak saya
  > meninggal,'' kata Herman Suratman (53). Menurut
  > Herman, satu 
  > pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu, Reza
  > mengeluhkan tangan kirinya 
  > terasa sakit hingga sulit digerakkan. Tapi, Reza
  > tidak mengaku penyebab 
  > sakit itu. 
  > Tapi, selama satu pekan, rasa sakit itu semakin
  > menjadi. Pada Rabu 
  > (25/10), satu hari setelah Idul Fitri, Herman
  > melarikan anaknya ke Rumah 
  > Sakit Daerah (RSD) Soreang. Tapi, RSD Soreang
  > mengaku tidak memiliki 
  > peralatan memadai.
  > Reza dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS).
  > Dari hasil rontgen, 
  > diketahui tulang pangkal lengan kiri Reza terpisah.
  > Urat di tangan kirinya 
  > pun diketahui terjepit tulang. Selain itu, Reza juga
  > mengalami cedera di 
  > bagian dalam kepala. 
  > Reza lalu dirawat di Pediatric Intensive Care Unit
  > (PICU) sebelum 
  > dipindahkan ke ruang ICU RSHS. Selama sepekan hingga
  > Kamis (2/11). ''Tapi, 
  > karena tidak sembuh juga, saya memaksa membawa Reza
  > ke Cianjur, ke tukang 
  > urut tulang,'' ujar Herman.
  > Kondisi Reza mulai membaik. Tapi, itu tidak lama.
  > beberapa hari kemudian, 
  > kondisi Reza kembali parah. Saat teman-teman Reza
  > menengok ke rumah, 
  > Herman baru mengetahui bahwa penyebab sakitnya Reza
  > adalah adegan SmackDown yang dipraktikkan Restu,
  > Iyo, dan Ii. 
  > Menurut Herman, ketiga anak itu sudah mengakuinya.
  > Pada hari itu juga, 
  > Rabu (15/11), Herman langsung melaporkan ketiga anak
  > itu ke polisi. Tapi, 
  > dia tak bisa terlalu memerhatikan hasil penyelidikan
  > polisi. Pada Kamis 
  > (16/11), kondisi Reza bertambah parah. ''Reza
  > meninggal dalam pangkuan 
  > saya,'' ujar pria ini dengan berlinang air mata. 
  > Atas kejadian ini, Herman telah meminta kepada Ketua
  > DPRD Kabupaten 
  > Bandung, Agus Yasmin, dan Bupati Bandung, Obar
  > Sobarna, untuk menyurati Lativi, yang menayangkan
  > tayangan SmackDown ini. 
  > Dia mengaku enggan jika harus menuntut Lativi.
  > Pasalnya, kalaupun gugatannya dimenangkan
  > pengadilan, dia hanya 
  > memperoleh ganti rugi. ''Sedangkan yang saya
  > khawatirkan, jangan sampai 
  > anak-anak yang lain mengalami nasib serupa seperti
  > Reza,'' kata dia. 
  > Trauma tak hanya dialami Herman. Para pengajar di SD
  > Cincin I langsung 
  > melarang siswa didiknya untuk menirukan
  > adegan-adegan SmackDown. ''Seruan itu kami sampaikan
  > setiap pagi di setiap kelas,'' kata Kepala 
  > Sekolah Cincin I, Nendi Rohendi. 
  > Untuk menghapus gambaran mengenai SmackDown, pihak
  > sekolah juga merazia pedagang yang kerap menjual
  > gambar-gambar 
  > yang ada sangkut pautnya dengan acara itu. 
  > Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bandung, Denni Rukada,
  > mengatakan, program 
  > acara SmackDown tidak layak ditayangkan lagi. Selain
  > Reza, masih banyak anak-anak di 
  > Kabupaten Bandung yang menjadi korban. ''Hampir
  > setiap dua hari sekali, 
  > tukang urut yang ahli membetulkan tulang, selalu
  > mendapat pasien 
  > anak-anak. Mereka juga menjadi korban karena bermain
  > SmackDown,'' ujar dia. 
  > Selain menuntut tayangan SmackDown itu dihentikan,
  > Denni juga meminta petugas kepolisian untuk menyita 
  > seluruh VCD ataupun DVD, serta CD playstation
  > SmackDown.
  > Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa
  > Barat, Dadang Rahmat 
  > Hidayat, mengaku sudah memberikan surat teguran
  > keras kepada Lativi. ''Kami akan berusaha lebih
  > intensif lagi supaya tayangan ini 
  > dihentikan,'' ujar dia. 
  > Menurut dia, secara substansi acara ini
  > memperlihatkan tayangan yang 
  > 
  === message truncated ===


  Manajer Humas Lativi, Raldy Doy,mengaku sudah
  mendengar kabar tewasnya bocah di Bandung yang diduga
  tewas terkait dengan tayangan SmackDown itu. Menurut
  dia, Lativi pun berencana mengecek kebenaran kabar
  tersebut. ''Kita akan melakukan investigasi bersama
  juga.'' 

  Sementara itu berdasarkan keterangan tertulis melalui
  surat elektronik yang dikirimkan Raldy kepada
  Republika, tayangan SmackDown merupakan murni program
  hiburan. Selanjutnya lagi, layaknya film atau
  telenovela, SmackDown ini dilakukan sesuai skrip.
  Semua omongan dan gerakan, kata dia juga, berdasarkan
  skrip yang mesti dihafal. ''Sedangkan gerakan-gerakan
  'kasar' yang diperlihatkan dilaksanakan terlebih
  dahulu oleh para profesional yang sudah berlatih
  lama.'' 

  Kemudian juga, Raldy mengatakan, sebagai tindakan
  preventif agar adegan di SmackDown tidak diikuti maka
  host selalu menyampaikan agar jangan menirukan semua
  adegan di rumah. ''Begitu juga kami menampilkan
  running text serta logo 'Bimbingan Orang tua (BO)'
  agar orang tua selalu mendampingi anak-anaknya saat
  menonton tayangan ini,'' ujarnya. 

  Dear all,
  menanggapi perkataan Bapak Raldy Yang Terhormat dari
  pihak LATIVI di atas...
  ...tindakan preventif agar adegan di SmackDown tidak
  diikuti maka host selalu menyampaikan agar jangan
  menirukan semua adegan di rumah, itu kalau kita
  sebagai orang yang dewasa yang sudah mengerti, bahwa
  itu BERBAHAYA, tapi untuk anak-anak? apalagi anak
  sekolah dasar, bahkan Taman Kanak-Kanak.

  ''Begitu juga kami menampilkan running text serta logo
  'Bimbingan Orang tua (BO)' agar orang tua selalu
  mendampingi anak-anaknya saat menonton tayangan ini..
  APAKAH kita selalu dapat mendampingi anak-anak
  menonton TV, kalau kita ada di rumah, kita dapat
  melarang mereka untuk menonton, dan mengambil tindakan
  matikan pesawat TV!, tapi kalau saat kita sedang ada
  kepentingan di luar rumah, dan anak hanya bersama
  pengasuh? Walau dilarang oleh pengasuhnya karena
  amanat dari kitapun, mereka anak-anak tidak perduli
  lagi, karena tontonan itu mengasyikkan buat mereka. 

  meminta petugas kepolisian untuk menyita 
  > seluruh VCD ataupun DVD, serta CD playstation
  > SmackDown
  Ya , Tepat sekali tindakan itu, saya SANGAT SANGAT
  SETUJU, karena ternyata anak perempuan sayapun
  menyukai Smack Down, akibat suka melihat kakak
  laki-lakinya main PS nya. Itulah sudah sejak beberapa
  bulan lalu, saya bersikap extra keras terhadap
  anak-anak, tidak memperbolehkan mereka main PS Smack
  down , St andres dll yang mengandung kekerasan &
  nonton acara SmackDown sama sekali tidak saya izinkan.
  Karena bayang-bayang ketakutan saya, kalau sampai
  terjadi hal yang tidak kita inginkan.
  Nah, ternyata berita hari ini, bahwa ada yang sampai
  meninggal, kayaknya memang perlu ditanggapi dengan
  serius, untuk pihak LATIVI agar jangan lagi
  menayangkan acara tersebut!!
  Kami mohon rasa kemanusiaan PIHAK LATIVI  menghentikan
  acara tersebut dalam jadwal penayangannya.Agar bangsa
  kita tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak
  selayaknya , bahkan merugikan dirinya dan
  sekelilingnya bila terjadi hal-hal yang tidak
  diinginkan .Terimakasih.

  wass, Nina




  ________________________________________________________________________
  ____
  ________
  Want to start your own business?
  Learn how on Yahoo! Small Business.
  http://smallbusiness.yahoo.com/r-index



  =+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

  Mailing List Nakita
  milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

  Arsip
  http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
  ------------------------------------------------

  untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
  [EMAIL PROTECTED]

  untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
  [EMAIL PROTECTED]





  =+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

  Mailing List Nakita
  milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

  Arsip
  http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
  ------------------------------------------------

  untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
  [EMAIL PROTECTED]

  untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
  [EMAIL PROTECTED]







The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.



=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke