wah, di india malah di ajurkan makan tikus nih, gawaaattt...
-------------------------------------------------------------------------------- Warga 'dianjurkan makan tikus' Oleh Amarnath Tewary BBC News, Patna Seorang pejabat di negara bagian Bihar, India, mengungkapkan gagasan baru untuk mendorong warga miskin dari kasta terendah di negara itu mengatasi kekurangan pangan - daging tikus. Menteri Utama Departemen Kesejahteraan Sosial di negara bagian itu, Vijay Prakash, mengatakan dia mengajukan usulan itu setelah "melakukan banyak survei dan penelitian lapangan". Masyarakat Musahar di Bihar yang sangat miskin punya kebiasaan memakan tikus. Penduduk Musahar berada di urutan terbawah dalam sistem kasta di India, dengan tingkat melek huruf dan perdapatan per kepala terendah. Kurang dari satu persen dari 2,3 juta penduduk Musahar di Bihar bisa membaca dan 98% dari mereka tidak memiliki lahan. Makanan lezat Prakash mengatakan usulannya untuk mempopulerkan daging tikus bertujuan untuk memperbaiki kondisi sosial-ekonomi mereka. "Ada keuntungan ganda dari proposal ini. Pertama, kami bisa menghemat sekitar separuh dari simpanan biji-bijian kami dengan menangkap dan memakan tikus dan yang kedua, kami bisa memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat Musahar," katanya kepada BBC. Orang sekarang lebih suka memakan daging tikus dibandingkan ayam atau kambing karena lebih murah, lebih lezat dan sehat Menurut Prakash, sekitar 50% dari total simpanan biji-bijian di negara itu dimakan oleh tikus. Dia mengatakan dengan mempromosikan daging tikus, jumlah simpanan biji-bijian yang dapat diselamatkan lebih besar sementara tingkat kelaparan di kalangan masyarakat Musahar akan dapat dikurangi. Dia mengatakan daging tikus tidak hanya makanan lezat tetapi juga kaya akan protein, dan daging tikus digemari di Thailand dan Prancis. "Tikus hampir tidak memiliki tulang dan bergizi. Banyak orang tidak menyadari fakta kuliner ini tetapi lama-lama mereka akan tahu." Namun Prakash kemungkinan akan sulit mempopulerkan strategi semacam ini di masyarakat yang konservatif seperti di Bihar dan negara-negara bagian lainnya di India utara. Prakash mengatakan dia punya resep yang membuat daging tikus menjadi santapan lezat, yang sekarang akan dia sebarkan ke semua hotel di Bihar. Dia juga mendorong pertanian tikus sama seperti pertanian ayam. Meski memakan daging tikus masih menjadi stigma di daerah-daerah perkotaan, Prakash mengatakan penelitian yang dia lakukan mengungkapkan bahwa tikus adalah makanan kegemaran di sebagian daerah Bihar. Citation: http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/08/080813_indiafoodrat.shtml -------------------------------------------------------------------------------- From: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Nugra Kusumawati Sent: Wednesday, August 20, 2008 9:31 AM To: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com Subject: [milis-nakita] HAti2 Ayam goreng (fried chicken) pinggir jalan (Penting !!!!) {01} Hari Minggu, 10 Agustus 2008 pukul 16.30 Sepulang dari ITC, aku menyempatkan diri untuk membeli makan malam, sekaligus makanan buat sahur. Niatnya sih mau puasa Senin-Kamis seperti biasa. Karena bosan dengan lauk yang itu-itu saja (aku harus beli lauk yang bisa tahan sampe besok pagi, jadi biasanya ya paduan ayam goreng ma perkedel atau ayam goreng ma orek tempe), aku ingin mencoba ayam goreng kremes (baca: KFC-KFCan atawa KFC palsu yang dijual di pinggir jalan) deket kosku. Memang selama 10 bulan lebih tinggal disana, aku tidak pernah beli di situ (kalo dulu sih gara-gara duitnya mepet). Maka aku membeli satu potong dada atas Rp 3800,- dan satu potong punggung Rp 2000,-. Rencananya bagian punggung kupakai buat lauk makan malam sedang bagian dada yang dipakai buat lauk sahur. Aku sempat bertanya pada penjualnya, "Ada sayap ga Mas?" karena di daftar terantum menu tersebut. Masnya menjawab, "Sudah habis, Mbak". Sempat terbersit curiga, siang-siang kok udah habis, padahal kayanya sepi-sepi aja. Jangan-jangan memang ga jual. Ah, sudahlah, aku tak terlalu memusingkan hal tersebut. Pukul 17.30 Sehabis sholat ashar, karena masih males mandi, aku ingin mencicipi "makanan" yang sudah kubeli. Keadaan kamar waktu itu remang-remang karena lampunya belum kunyalakan. Kubuka kantong kertas pembungkus dan kulongok ke dalamnya. Tampaknya baik-baik saja. Rupa ayam goreng tepung biasa. Aku mengambil potongan yang lebih kecil, karena menurut dugaanku, itulah yang bagian punggung. Mencoba mencuil sedikit, tapi kok susah. Ya sudah, kugigitlah sedikit daging itu. Kukunyah, kok rasanya agak kenyal ya? Berlemak dan aneh. Jangan-jangan ayam mati? Aku mulai deg-degan. Apalagi setelah melihat samar, potongan bekas yang kugigit berbentuk bulat, yang bisa kubayangkan bahwa semula dia berbentuk gilig. Emang ada bagian tubuh ayam yang berbentuk gilig? Di punggung pula? Dengan panik kunyalakan lampu kamar. Dalam keadaan yang lebih terang, aku periksa lagi potongan daging itu. Benar, bentuknya seperti pipa, dengan diameter sedikit lebih besar dari 0,5 cm. Masa bagian tenggorokan saluran napas -yang biasanya ada di leher- kebawa sampe punggung? Jadi, "ekor"?! Itulah kesimpulan yang akhirnya muncul. Deg..deg... Aku mengambil piring dan bersiap mengoperasi "daging punggung" itu. Untuk sekedar mengingatkan, selama 10 tahun lebih aku bergaul dengan ayam, dan sempet bergaul akrab dengan angsa dan burung puyuh. Bagi yang mengenalku dengan baik, tak disangkal, Nur adalah seorang penggemar unggas. Berbekal latar belakang itu, meski bukan lulusan kedokteran hewan, aku cukup mengenal dengan baik anatomi tubuh dan segala seluk beluk hewan ini. Waktu beli tadi, aku membayangkan "punggung" adalah "rongkong" dalam bahasa Jawa. Ini adalah salah satu bagian favoritku setelah sayap. Jika anda meminta bagian ini, anda akan mendapatkan banyak sekali tulang (tulang rusuk dan taju pedang kalo di manusia), sedikit daging yang menempel di tulang, dan sedikit sekali kulit. Namun waktu ayam goreng itu kubelah dan kuhilangkan bagian tepungnya, AKU SAMA SEKALI TIDAK MENEMUKAN TULANG! Yang ada malah bagian kulit yang lebar sekali, dengan lemak dan sedikit daging putih yang menempel. Bila dihubungkan dengan bagian yang kupikir sebagai "ekor", maka bisa dibayangkan kalo itu adalah bagian pantat dari. SEEKOR TIKUS!! Memang beberapa hari sebelumnya aku mendapat email dari Mbak Kosku tentang daging tikus yang diolah sedemikian rupa agar mirip daging ayam, lalu dijual bebas di masyarakat. Tapi ga pernah kusangka, kejadian serupa akan secepat ini kualami sendiri. Hiks! Udah mulai mual-mual, aku meneruskan pembedahan. Kuteliti kulit luas itu. Dari pengalaman, aku sangat ragu kalo kulit kasar itu pernah ditumbuhi bulu. Sebaliknya, dengan keyakinan 80% aku bisa bilang bahwa jejak pori disana adalah bekas tumbuh rambut! Dengan lemas, kumulai pembedahan ke potongan daging kedua: potongan dada atas. Jika anda makan bagian dada ayam, anda akan menemukan sebuah tulang rawan berbentuk segitiga yang khas. Namun setelah memutilasi dan menghancurkannya, aku tidak menemukan tulang itu. Yang ada malah sebentuk tulang kecil yang aneh (berasa tidak pernah liat di tubuh ayam, dan susah membayangkan bagian tubuh ayam yang mana yang memilikinya). Di bagian daging, biasanya daging dada ayam itu berserat, yang bila kita khancurkan akan menjadi serpihan (susah bilangnya, bayangin aja daging yang biasa ada di soto ayam deh). Namun setelah kuambil selembar, kutekan pake jari, daging itu tetap utuh karena terikat oleh lemak. Padahal setahuku daging bagian dada adalah yang paling sedikit lemaknya. Yaiks, intinya, hari itu hampir saja aku makan daging tikus!! (udah gigit ekornya dikit sih, astaghfirullah!!) Hiiii, sampai sekarang masih merinding kalo inget.. Yah, meskipun mungkin daging tikus bisa bikin kulit cantik (kan Sandra Dewi tu makannya aneh-aneh, jadi kulitnya mulus), tiada niatanku mendapatkan kulit cantik dengan cara itu. Buhuhu. Jadi temans, aku sarankan agar hati-hati bila beli ayam goreng, apalagi yang dibalut tepung tebal, karena tepung itu menyamarkan bentuk aslinya. Mending yang digoreng biasa atau ayam bakar, atau beli di tempat yang terjamin kebersihannya. Kesimpulan: sedikit tips yang bisa membantumu mbedain daging ayam dengan daging tikus 1. Dari segi daging, sama-sama putih dan rasanya benar-benar mirip, tapi daging tikus lebih banyak lemaknya dan seratnya halus (kalo ayam sedikit lebih kasar). 2. Periksa kulitnya, apakah berpori besar atau kecil. Kalau kecil, kemungkinan yang pernah tumbuh adalah rambut, bukan bulu! 3. Cek tulangnya (agak susah ya kalo ini), misal bagian dada ya ada si tulang rawan, kalo di paha ya tulang paha yang besar itu, kalo punggung ya tulang rusuk, dsb. 4. Jangan tertipu dengan harga murah (itu kan buatmu sendiri.mwehehehe). 5. Coba cek apakah si penjual tersebut pernah jual sayap apa ga. Kalo ga pernah jual, anda patut curiga karena seperti kita tahu, salah satu ciri khas unggas adalah bagian sayap, yang tentunya tidak mungkin bisa dipalsukan. ??????)?h?g?? Subject: HATI HATI MAKAN DI PINGGIR JALAN (Penting !!!!) ini nich perlu diperhatiin yg suka ayam goreng jgn sembarangan makan dipinggiran jalan. Adakalanya kita harus berhati-hati apabila memutuskan untuk makan di pinggir jalan, sekedar menepikan mobil untuk mengisi perut. Mungkin ini perlu diketahui. Juga untuk kawan2 yang sering ke lapangan. Hati-hati... ..kelihatannya seperti daging ayam.... TIKUS!!!! <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> Dibakar utk menghilangkan bulu... <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> Dicuci sebelum dimasak.... <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> Dipotong-potong sehingga menyerupai potongan daging ayam...... <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> Persiapan utk di goreng.... <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> Sebelumnya diberi bumbu.... <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> Siap di santap.... <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> weeckkk.... <!--[if !supportLineBreakNe wLine]--> <!--[endif]--> Mirip daging ayamê¿®aaaaaaaaaannnnnnnn Waspadalah.. ..waspadalah. ..