Give thanks to Allah
Sudahkah kita melakukan "give thanks to Allah" take hold of your iman.. don't give to syaithan. Kesyukuran yang utama adalah terhadap nikmat iman dan islam. Dan bentuk kesyukuran yang utama adalah dengan memegang teguh keimanan dan keislaman itu. Ada sebuah cerita analogi yang cukup menarik. Konon suatu ketika ada seseorang yang bekunjung ke perkantoran malaikat. Rupanya para malaikat ini juga memiliki semacam departemen-departemen. Ada departemen yang mengurusi pengabulan do'a, mengurusi turunnya hujan, mengurusi pencatatan permintaan-permintaan manusia, pemberian karunia dan lain sebagainya. Si orang tadi takjub dengan kesibukan yang luar biasa dari malaikat tadi. Misalnya di departemen pencatatan doa, dalam satu detik saja begitu banyak data doa yang masuk, si malaikat yang berwenang di masalah ini hampir tidak ada istirahat sama sekali, dia dengan sigap memasukkan data-data kemudian mentransfernya ke bagian departemen yang lain untuk ditindaklanjuti. Nggak jauh beda di ruangan yang lain, lebih sibuk lagi, departemen pengabulan doa, para malaikat di sini mengubah file-file doa tadi ke dalam bentuk format karunia. Melihatnya saja sudah bikin kepala si orang tadi puyeng bin takjub. Beapa sibuknya para malaikat itu. Hingga sampailah dia ke sebuah pojok ruangan. Dia heran, karena dilihatnya malaikat yang bekerja di situ santai banget, ada yang ngemil sambil melihat tayangan-tayangan dunia, ada yang sambil ngorok . lho kok beda jauh keadaannya, pikir orang tadi. Namun kebingungannya tak berlangsung lama, ketika dilihatnya plang nama di ruangan itu: "Departemen pencatatan rasa syukur" Hehehe tentu aja cerita di atas cuma ngibul doang. Gue gak bermaksud mengajak loe percaya kalo keadaan malaikat kayak gitu. Cerita di atas dimaksudkan sebagai bahan renungan dan bisa diambil sebagai pelajaran. "Jadi apa renungan yang bisa diambil?" tuh kan dasar ndeso! Masa gitu aja gak ngerti-ngerti . Masa harus gue lagi yang jelasinnya Gini loo kita mustinya sadar kalo kita ini emang manusia-manusia yang tak tahu diri. Sejak pertama kita lahir ke dunia, bahkan sejak pertama terjadi pembuahan di dalam rahim ibu kita, telah bejibun-jibun nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Dengan rahmatNya, kita diberikan ruangan yang nyaman untuk pertumbuhan kita saat masa-masa embrio. Dengan rahmatNya diberikan kepada kita kekuatan untuk muncul lahir dengan selamat ke alam dunia. DiberiNya kita makan, pakaian, tempat tinggal, dan kasih sayang. DiberikanNya udara nafas dengan gratisan, diberiNya lengkap panca indera, tubuh yang normal, akal yang sehat. DiberikanNya orang-orang yang menjaga dan melindungi. DiberikanNya rizki saban harinya hingga akhir hayat. DitunjukiNya hidayah sehingga dengan hidayah itu diharapkan manusia ciptaan yang dikasihiNya tadi dapat mengetahui jalan mana yang benar dan selamat untuk menuju diriNya. Bahkan walaupun pada akhirnya, si manusia tadi berbuat durhaka, berlaku durjana, bahkan mencelaNya, tetap dengan Rahman dan RahimNya masih diberikannya berjuta karunia yang tak terputus dengan harapan di suatu waktu, akan muncul sebersit kata taubat dari hambaNya itu. Namun mana rasa syukur kita terhadap segala limpahan karunia itu? Masya Allah begitu tak tahu dirinya kita ya padahal tiap denyut jantung kita, tiap mililiter oksigen yang dihirup paru kita, tiap gram bolus makanan yang masuk dan terserap dalam usus kita adalah pemberianNya. Kemudian tiap gram feses, tiap mili urine, dan tiap cc karbondioksida yang mampu dikeluarkan oleh tubuh sehingga tidak meracuni tubuh juga adalah bagian dari rahmatNya. Mengenai ini, gue teringat sebuah percakapan menarik antara salah seorang ulama dengan seorang khalifah (gue lupa nama khalifah dan ulamanya, jadi loe gak usah protes. Yang jelas cerita ini bukan ngibul). Suatu ketika khalifah tadi ditanyai oleh si ulama yang kira-kira begini, "Mas Khalifah, seandainya suatu ketika loe tersesat di padang pasir yang luas. Loe udah kehausan banget dan hampir mati. Kemudian ada seseorang yang nawarin segelas air yang bisa menyelamatkan hidup loe. Nah, bersedia nggak loe menukar segelas air itu dengan setengah kekayaan yang loe miliki?" "Ya iya laah jelas donk gue mau . daripada mati. Nyawa lebih berharga daripada setengah kekayaan, coy!" jelas mas khalifah "Nah, kemudian setelah loe minum dan loe selamat, ternyata loe nggak bisa mengeluarkan air tersebut dari tubuh loe. Gara-gara itu loe sakit, dan hampir mati. Kemudian ada orang yang menawarkan bisa mengeluarkannya dengan syarat loe memberikan setengah kekayaan loe. Mau nggak?" tanya si ulama lagi "Ya iya laaahh mau dunk daripada koit!" jawab mas khalifah lagi. "Hehehe kalo gitu berarti seluruh kekayaan loe yang sangat besar ini ternyata cuma seharga segelas air!" Tandas si ulama. Paham maksud dari cerita di atas? Oke, berhubung kalian emang rada lamban ngertinya biarlah gue yang cape-cape jelasin. Ternyata kita ini seringkali tidak menghargai karunia-karunia Allah, ya seperti segelas air atau sepiring makanan yang kita makan sehari-hari. Kita hampir-hampir lupa bahwa semua itu adalah rahmat yang besar dari Allah, dan kebanyakan kita yang ada malah nyepelein rahmat tadi. Pernah gak kebayang kalo kita gak bisa kentut, atau gak bisa kencing? Gara-gara itu perut kita kembung dan begitu menderita. Padahal kita seringkali tak pernah menghargai arti sebuah kentut tadi. Kemudian pas bersin misalnya, alih-alih kita sempat mengucapkan syukur Alhamdulillah. Kita lupa kalo bersin itu adalah karunia Allah, karena dengan bersin itu kita telah terbebas dari jutaan kuman. Dan jangankan untuk bersyukur, malah kita ini saking tak tahu dirinya seringkali dengan pedenya mendurhakaiNya dengan melawan perintahNya dan laranganNya. Mata kita bermaksiat, padahal kemampuan kita melihat adalah anugerahNya. Tangan kita bermaksiat, padahal tangan kita bisa bergerak adalah atas rahmatNya. Huh, selaksa karunia di setiap mili kehidupan kita, namun hanya seucap syukur saja begitu berat keluar dari lidah kita yang notabene gerak lidah itu juga karena kasihNya. Dasar ya, kita ini emang manusia sok, nggak tahu diri .! Dan Allah, sesungguhnya tidak membutuhkan rasa syukur kita. Syukur kita atau durhaka kita tak menambah kebaikan ataupun keburukan bagi Allah. Allah Mahabesar, Dia tak butuh rasa syukur manusia, sebaliknya manusialah yang sebenarnya memerlukan Allah. Segala apa yang ada yang kita punyai adalah milik Allah. raga, nyawa, harta, keluarga, ilmu, kemuliaan adalah karunia yang dititipkanNya. Sebelum semuanya diambil sempatkanlah mengucapkan syukur, dari hati, dari lidah, dengan perbuatan. Dan sampai detik ini, saat loe-loe sampai ke kalimat-kalimat penghujung dari selebaran butut ini, sesungguhnya kemampuan mata loe untuk melihat huruf-hurufnya adalah karunia Allah, lidah loe yang mengeja tulisannya (udah gue bilang, loe itu udah gede, bukan anak teka lagi masa baca aja masih mengeja) nafas yang sesekali loe hirup, jantung yang terus berdenyut, tangan yang memegang selebaran ini, otak yang berusaha mencerna isinya, kentut yang sesekali loe hembuskan, dan iler yang sesekali keluar dari mulut loe . semuanya adalah karunia Allah. Maka jangan lupa ya, Give thanks to Allah .. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Mari bersama-sama mengharumkan Islam lewat kebudayaan/seni Islami Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/nasyid-indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/nasyid-indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/