Media Indonesia 10 Juni 2009

TERNYATA BLT PAKAI UANG UTANG
Pernyataan sejumlah pengamat dan LSM bahwa dana bantuan langsung tunai (BLT) 
diambilkan dari utang luar negeri ternyata benar. 

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution mengonfirmasi hal itu, 
kemarin.

Seusai menyampaikan hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah 
Pusat Tahun 2008 kepada DPR, 

 

Pada 2008, pemerintah menggelontorkan Rp14,1 triliun untuk program BLT selama 
tujuh bulan. Dana itu dibagikan kepada 19,1 juta kepala keluarga (KK) dengan 
jumlah bantuan Rp100 ribu per KK setiap bulan.

Pada kampanye pemilu legislatif lalu, program BLT menjadi andalan Partai 
Demokrat untuk mendulang suara. Keberhasilan BLT dianggap sebagai sukses 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Ketua Dewan Pembina Demokrat, 
dalam menjalankan pemerintahan prorakyat.

 

Dalam sebuah kampanyenya Maret lalu SBY membantah bahwa BLT dibiayai dengan 
dana utang. “Tidak benar BLT itu menghambur-hamburkan uang negara.

Bukan pula dengan jual aset, bukan dengan privatisasi.

Salah kalau mengatakan BLT dari utang.” Kendati membantah BLT dari utang, 
Kementerian Koordinator Bidang Kesra mengakui bahwa Program Nasional 
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dibiayai dari utang Bank Dunia. Padahal, 
BLT termasuk kelompok (cluster) pertama PNPM.

 

Menurut Anwar Nasution, omong kosong bisa membiayai belanja tanpa utang jika 
penerimaan pajak tidak naik. Apalagi, saat ini potensi ekspor turun karena 
krisis ekonomi global. “Akan semakin banyak orang yang beradadi bawah garis 
kemiskinan. Ini akan menambah beban BLT, padahal BLT pun dengan utang.” 
Masalahnya, strategi utang pun berubah menjadi sangat memberatkan. Pada saat 
Orde Baru, utang luar negeri dilakukan dengan meminjam secara langsung dari 
kreditur, seperti CGI dan IMF, dengan persyaratan lunak dan bunga hanya 4%-6%. 
Kini, strategi utang berubah menjadi melalui pasar dengan menerbitkan surat 
utang negara yang bunganya mencapai 12%-13%.

 

Dengan banyaknya program dan dana penanggulangan kemiskinan, lanjut Wahyu, 
seharusnya angka kemiskinan bisa turun antara 5%-6%. “Faktanya, kemiskinan 
hanya turun sekitar 1%. Padahal, beban utang kita hingga 2014 makin berat 
karena banyak utang jatuh tempo. Ini akan mengancam target pembangunan milenium 
pada 2015.” (X-10) tup...@mediaindonesia.com 

 



Messages 
<http://groups.yahoo.com/group/GerejaBethanyIndonesia/message/7094;_ylc=X3oDMTM1dWs2YzhnBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzIyMjM1MTUyBGdycHNwSWQDMTcwNTA3NDA0NgRtc2dJZAM3MTQ1BHNlYwNmdHIEc2xrA3Z0cGMEc3RpbWUDMTI0NTA3NjU1NQR0cGNJZAM3MDk0>
  in this topic (3)  
<http://groups.yahoo.com/group/GerejaBethanyIndonesia/post;_ylc=X3oDMTJxaWFubDlrBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzIyMjM1MTUyBGdycHNwSWQDMTcwNTA3NDA0NgRtc2dJZAM3MTQ1BHNlYwNmdHIEc2xrA3JwbHkEc3RpbWUDMTI0NTA3NjU1NQ--?act=reply&messageNum=7145>
 Reply (via web post) |  
<http://groups.yahoo.com/group/GerejaBethanyIndonesia/post;_ylc=X3oDMTJmbW9yaWlrBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzIyMjM1MTUyBGdycHNwSWQDMTcwNTA3NDA0NgRzZWMDZnRyBHNsawNudHBjBHN0aW1lAzEyNDUwNzY1NTU->
 Start a new topic 

Kirim email ke