Philip Morris Akuisisi Saham HM Sampoerna Jakarta, Kompas - Perusahaan rokok asal Amerika Serikat, PT Philip Morris Indonesia, akan mengakuisisi 40 persen atau 1.753. 200.000 lembar saham PT Handjaja Mandala Sampoerna Tbk (HM Sampoerna). Saham tersebut dibeli dengan harga Rp 10.600 per lembar sehingga total pembelian senilai Rp 18,58 triliun. Penandatanganan perjanjian jual beli para pihak telah dilakukan akhir pekan lalu. "Memerlukan waktu sekitar 90 hari untuk sampai pada penutupan transaksi jual beli nanti," kata David Davies, Senior Vice Presiden Corporate Affair Philip Morris International, induk dari Philip Morris Indonesia. Jika transaksi selesai, maka kepemilikan keluarga Sampoerna pada perusahaan rokok milik ini tinggal sekitar 5 persen. Philip Morris mengusai 40 persen, dan sisanya dikuasai publik. Philip Morris, produsen rokok Marlboro ini memulai negosiasi pembelian saham sejak 9 Maret 2005. Pembelian ini termasuk atas saham milik Putera Sampoerna pada beberapa insititusi lainnya antara lain Dubuis Holding Limited. Setelah akuisisi saham ini terlaksana, Philip Morris akan melakukan tender untuk pembelian sisa saham di HM Sampoerna. Menurut peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), setiap pembelian saham lebih dari 20 persen harus dilakukan penawaran tender. Untuk transaksi ini, Philip Morris menunjuk Credit Suisse First Boston dan penasehat hukum Clifford Chance LLP dan Mohtar Karuwin Komar. Kepala Peneliti Ekuitas AAA Securities, Arianto Reksoprodjo, mengatakan, harga beli saham Sampoerna itu tergolong sangat mahal, mengingat harga Rp 10.600 tersebut sama dengan 19 kali rasio PER (harga saham dibandingkan dengan keuntungan perusahaan yang dapat didistribusikan untuk setiap saham/price earning ratio). PER tersebut jauh di atas PER saham gabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang 10,3 kali. Bahkan di atas PER Gudang Garam yang saat ini 14,7 kali. Gudang Garam menduduki peringkat pertama dalam pangsa pasar rokok nasional. Sampoerna di peringkat kedua. "Harganya ini gila- gilaan," kata Arianto. Oleh karena itu, muncul kekhawatiran besar di pasar, masuknya Philip Morris ini akan membuat Sampoerna kembali menjadi perusahaan tertutup, go private. Pada saat penawaran tender untuk sisa saham di luar 40 (Baca Berita Terkait Hal 25) persen saham yang telah dibeli nanti, besar kemungkinan para investor akan melepas sahamnya karena dengan harga Rp 10.600 tersebut mereka telah meraih untung besar. Jika semua investor melepas sahamnya pada saat penawaran tender nanti, otomatis Sampoerna menjadi perusahaan tertutup. Namun, David membantah kecurigaan tersebut. "Sama sekali tidak ada rencana untuk menjadikan Sampoerna perusahaan tertutup," katanya. Masuki pasar kretek Menurut David, Philip Morris yang memiliki jaringan bisnis di 160 negara, ingin menjadi nomor satu dalam bisnis rokok di setiap wilayah. Namun, pasar Indonesia tidak begitu menyukai rokok putih, dan sangat menggemari rokok kretek. "Sebanyak 92 persen dari pangsa pasar rokok di Indonesia dikuasai jenis rokok kretek. Jadi, akuisisi Sampoerna ini merupakan kesempatan kami untuk masuk dan bersaing dalam memperebutkan pasar rokok kretek. Karena kami akui, rokok kretek adalah satu produksi yang dibuat dengan tangan dan membutuhkan keahlian tersendiri, sangat berbeda dengan rokok putih yang diproduksi menggunakan mesin," katanya. Sampoerna tahun 2004 memroduksi 42,594 miliar batang atau menguasai 19,9 persen pangsa pasar. Perusahaan ini memiliki omzet Rp 9 triliun. David mengaku, pihaknya akan tetap membutuhkan keahlian para karyawan dan manajemen Sampoerna saat ini, sehingga Philip Morris sebisa mungkin akan mempertahankan mereka. "Kami bersyukur, Putera Sampoerna, bersedia untuk tetap membantu kami dan duduk dalam dewan penasihat. Ini akan sangat berarti bagi kami," kata David. Kepala Peneliti BNI Securities, Adrian Rusmana berpendapat, masuknya Philip Morris ke dalam Sampoerna tidak akan terlalu mempengaruhi peta industri rokok nasional. "Ibaratnya kan hanya ganti jaket saja. Pemainnya tetap. Saya kira peta dalam bisnis rokok nasional belum akan banyak berubah," katanya. Sementara, Arianto berpendapat, Sampoerna akan mendapatkan manfaat langsung dari jaringan internasional Philip Morris. Sehingga untuk jangka panjang, ini akan berdampak pada peningkatan penjualan Sampoerna. Namun, Adrian berpendapat berbeda. Menurut dia, penggemar rokok kretek sulit diterima di pasar luar negeri, konsumennya terbatas pada pasar lokal saja. Oleh karena itu, kalaupun diupayakan ekspor, maka penjualannya pun tidak akan terangkat signifikan. Perlu penjelasan Arianto menilai, akuisisi Philip Morris atas Sampoerna ini, antara lain karena di luar negeri mulai banyak halangan bagi orang untuk merokok. Penjualan rokok di negara-negara maju cenderung terus menurun. Oleh karena itu, perusahaan rokok internasional ini kemungkinan tengah berusaha mencari pasar di negara-negara berkembang yang belum banyak halangan untuk merokok. Dalam hal ini, Indonesia dengan pasar yang begitu besar jelas menjadi sasaran yang menggiurkan. "Namun demikian, transaksi ini benar-benar mengagetkan," katanya. Adrian justru minta berbagai pihak untuk memperhatikan kemungkinan ada ketidakberesan dalam penjualan saham Sampoerna ini. "Menurut saya, menjadi pertanyaan, kok Philip Morris mau masuk bisnis rokok lagi, dalam hal ini ke Sampoerna. Karena di luar negeri dia sudah mulai masuk ke produk konsumer, makanan dan minuman. Kenapa dia masuk lagi ke rokok? " katanya. Kecurigaan Adrian juga muncul, karena Sampoerna adalah perusahaan keluarga yang telah melalui tiga generasi. Menjadi tanda tanya besar, tiba-tiba saja keluarga pendiri melepas kepemilikan mayoritas sahamnya. "Sudah hampir 100 tahun perusahaan ini dimiliki, lalu tiba-tiba keluar semua. Ada apa di bisnis rokok yang mereka pegang? Perusahaan ini kan mesin cetak uang keluarga Sampoerna. Ini mesti dilihat secara serius. Musti ada penjelasan pada publik. Keputusan kan juga sepertinya dibuat akhir pekan, kayak tergesa-gesa juga. Bapepam mestinya perhatikan ini dan minta Sampoerna memberi penjelasan," katanya. Namun David mengatakan, bahwa Philip Morris telah mengenal Sampoerna dengan baik, dan sebelum proses akuisisi ini telah menjalin kerja sama. Seperti pernah diberitakan, pada 10 Januari 2005, Philip Morris menunjuk Panamas, anak perusahaan Sampoerna sebagai distributor eksklusif produk PT Philip Morris Indonesia di Indonesia selama 10 tahun.(anv/joe) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> In low income neighborhoods, 84% do not own computers. At Network for Good, help bridge the Digital Divide! http://us.click.yahoo.com/EpW3eD/3MnJAA/cosFAA/zMEolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ---------------------------------------------------------- IMQ - THE REAL TIME DATA AND BUSINESS NEWS SERVICE ---------------------------------------------------------- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/