''Saat pasar modal anjlok, banyak investor di Indonesia kehilangan uang. Tapi, 
di Thailand dan Malaysia jumlahnya lebih banyak lagi,'' paparnya....
 
Ada juga yang kebanjiran uang ..
Dolar turun...
yen turun...
 
Duwitnya kemana ya...???
 
harga komoditi juga naek...
 
kayaknya hari senin keretanya pada balapan...
awas ketinggalan kereta...
 
Disclaimer ON 



--- On Fri, 1/2/09, y_dizz <y_d...@mail2web.com> wrote:

From: y_dizz <y_d...@mail2web.com>
Subject: [obrolan-bandar] Indonesia (Katanya) Paling Kebal Krisis
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Date: Friday, January 2, 2009, 7:53 PM







http://www.jawapos. com/halaman/ index.php? act=detail&nid=44322



JAWA POS - [ Sabtu, 03 Januari 2009 ] 
Ekonom AS Bicara soal Prospek Perekonomian Indonesia di Tengah Resesi Dunia 
Ketergantungan Ekspor dan Investasi Asing, Paling Tahan Guncangan 




Indonesia boleh tetap optimistis tahun ini. Meski terjadi resesi ekonomi 
global, prospek perekonomian Indonesia dinilai masih yang terbaik di kawasan 
Asia Tenggara. Paling tidak, begitulah pandangan Profesor David O. Dapice, 
ekonom Tufts University, AS.

-----

Bukan tanpa alasan Profesor Dapice melontarkan pandangannya bernada cukup 
optimistis. Itulah yang disampaikannya saat executive briefing yang bertajuk 
ASEAN and The Global Recession di Jakarta, Selasa (30/12).

Menurut dia, perekonomian ASEAN terbagi dalam tiga kelompok. Lapis pertama 
diisi Singapura, yang berbasis perdagangan. Kedua, negara-negara dengan skala 
perekonomian kecil seperti Brunei, Myanmar, Kamboja, dan Laos. Kelompok ketiga 
adalah negara-negara yang sedang tumbuh (emerging markets). Di dalamnya, 
terdapat Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.

Negara-negara pada kelompok ketiga inilah yang punya prospek jangka panjang 
untuk tumbuh menjadi kekuatan ekonomi baru. Sayangnya, gejolak ekonomi 
menghantam keras negara-negara tersebut, termasuk Indonesia.

Menurut Dapice, anjloknya harga komoditas, merosotnya ekspor manufaktur, 
turunnya pemasukan sektor pariwisata, dan susutnya arus modal masuk (capital 
inflow) jadi faktor negatif bagi pertumbuhan ekonomi. ''Itu ancaman serius,'' 
ujarnya.

Untuk beberapa negara, tutur Dapice, kontribusi ekspor mencapai 70 persen atau 
lebih atas produk domestik bruto (PDB), terutama Malaysia, Thailand, dan 
Vietnam. Rasio ekspor Filipina terhadap PDB mencapai 50 persen dan Indonesia 
hanya 35 persen.

''Dalam kondisi ini, rendahnya rasio ekspor justru menguntungkan. Exposure 
ekspor atas perekonomian menjadi berkurang,'' katanya.

Dia menyebut turunnya ekspor manufaktur akan berdampak pada pemutusan hubungan 
kerja (PHK) di sektor itu. Eksposur ini sangat dirasakan Thailand, Filipina, 
dan Malaysia. Ekspor manufaktur ketiga negara itu mencapai lebih dari 75 
persen. Sedangkan ekspor manufaktur Indonesia dan Vietnam sekitar 50 persen. 
''Karena faktor ini, Indonesia masih menjadi yang paling tahan guncangan,'' 
terangnya.

Pemasukan dari sektor turisme di lima emerging markets ASEAN, lanjut Dapice, 
rata-rata 5-7 persen dari nilai ekspor. Kecuali, Thailand 10 persen. Tahun 
depan industri pariwisata diprediksi melambat hingga 15-20 persen. Di sektor 
itu, Thailand diramal bakal paling terguncang. Apalagi, iklim politiknya kurang 
stabil.

Di antara semua faktor di atas, arus modal masuk agaknya menjadi kunci yang 
akan menentukan wajah ekonomi lima emerging markets ke depan. ''The joker in 
the deck is capital flows,'' ujar Dapice.

Beberapa tahun terakhir, dia menuturkan, investasi asing langsung atau foreign 
direct investment (FDI) dan portofolio kapital sangat membantu pertumbuhan 
negara-negara ASEAN. Tapi, saat krisis seperti kini, arus FDI jelas akan 
melambat. Hal ini berimbas ke negara-negara ASEAN. ''Tapi, sekali lagi, 
Indonesia paling ringan terkena dampaknya,'' kata Dapice.

Dia beralasan, persentase investasi asing terhadap PDB Indonesia paling kecil, 
yakni hanya sekitar 7 persen. Vietnam mendekati 10 persen, Thailand 12 persen, 
serta Malaysia dan Filipina di atas 15 persen.

Yang menjadi parameter lain adalah pasar modal. Di tengah gejolak finansial, 
makin besar persentase kapitalisasi pasar modal di suatu negara atas PDB, kian 
besar pula imbas keruntuhan pasar modal pada perekonomian negara tersebut.

Dengan parameter ini, kata Dapice, Indonesia lebih beruntung. Persentase 
kapitalisasi pasar modal Indonesia dan Vietnam di bawah 30 persen, Filipina 40 
persen, Thailand 70 persen. Bahkan, Malaysia 130 persen. ''Saat pasar modal 
anjlok, banyak investor di Indonesia kehilangan uang. Tapi, di Thailand dan 
Malaysia jumlahnya lebih banyak lagi,'' paparnya.

Di akhir paparannya, Dapice menyatakan secara umum ASEAN masih berpotensi untuk 
terus tumbuh. Parameternya, kondisi makro ekonomi ASEAN jauh lebih baik 
ketimbang saat krisis moneter pada 1997. Sektor perbankan yang menunjang 
perekonomian juga cukup kuat. Kecuali, Vietnam yang inflasi dan kredit macetnya 
(NPL) tinggi.

ASEAN juga memiliki potensi sumber daya alam sangat besar serta populasi 500 
juta. Dua faktor itu bisa membawa ASEAN menjadi salah satu kawasan utama 
perdagangan dunia. Dengan modal tersebut, Dapice memproyeksikan perekonomian 
ASEAN bisa tumbuh 4-6 persen dalam beberapa tahun ke depan, dan bakal melonjak 
dalam 15 tahun mendatang. ''Overall, ASEAN is not a bad place,'' ujar Dapice.

Di antara beberapa negara ASEAN, perekonomian Indonesia dan Vietnam punya 
prospek untuk tumbuh paling signifikan. ''Tapi, ketimbang Vietnam, saya lebih 
optimistis pada prospek ekonomi Indonesia,'' pungkasnya. (Ahmad Baidhowi/dwi)

 














      

Kirim email ke