Good article Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: nicholas alvin <nicholas_al...@yahoo.com>
Date: Tue, 19 May 2009 21:56:20 To: ob Obrolan bandar<obrolan-bandar@yahoogroups.com>; Nicholas Alvin<sa...@yahoogroups.com> Subject: [ob] Miripnya Indeks Saham RI dan India Jakarta - Bursa saham India pada Senin 18 Mei sempat melonjak tajam hingga 17% dalam satu hari. Bursa saham Indonesia pun diprediksi bisa mengalami pergerakan seperti India karena ekonomi dan politik kedua negara ini nyaris sama. CIMB Trader dalam risetnya, Rabu (20/5/2009) menyoroti kemiripan kondisi ekonomi dan politik di Indonesia. Kemiripan yang sama bisa terjadi di pasar saham. Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi (PDB) kedua negara masih tetap mencatat angka positif. PDB Indonesia pada triwulan 1-2009 sebesar 4,4% hampir setara dengan PDB India sebesar 5,3%. Dari sisi inflasi, Indonesia mencatat inflasi April 2009 sebesar 7,3%, sementara India 8% pada Maret 2009. Pertumbuhan uang (M2) secara Year on Year (YoY) Indonesia sebesar 20,35 sementara India sebesar 20,8. "Bisa disimpulkan bahwa kekuatan ekonomi Indonesia dan India hampir serupa, sehingga apa yang terjadi di India bisa diterapkan di Indonesia," kata analis CIMB Mastono Ali. Sejauh ini, India dikenal sebagai negara 'outsourcing'. Banyak sekali call center dari perusahaan IT & Telecom di AS dan Eropa yang melakukan outsource ke India karena biaya lebih murah dan kompetensi yang tinggi. Sedangkan Indonesia lebih diuntungkan oleh sumber daya alamnya yang berlimpah. Beberapa perusahaan India seperti Tata Power, Bank of India, Jindal Steel, Ancelor Mittal juga telah memiliki investasi di Indonesia. Bagaimana perbandingan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan National Stock Exchange of India (NIFTY)? Negara India memiliki banyak persamaan dengan Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di dunia setelah China, dan jumlah etnis yang multicultural. India memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia terbaik di dunia. India memiliki 2 indeks utama, National Stock Exchange of India (NIFTY index) dan Sensitive Index (SENSEX). NIFTY index merupakan leading index di National Stock Exchange India dan terdiri dari 50 perusahaan terbesar dari 24 sektor ekonomi. Base level adalah 1000 pada 3 November 1995. Perbandingan yang seimbang di Indonesia adalah IHSG. Sedangan SENSEX index adalah cap weighted index saham-saham terlikuid di Bombay Stock Exchange, dan terdiri dari 30 perusahaan terbesar, dengan base value 100 pada 1978-1979. Perbandingan yang seimbang di Indonesia adalah Indeks LQ-45. Membandingkan IHSG dan NIFTY IHSG pada level 1.800 sudah naik sekitar 65% dari 52 week low, dan masih ada upside sekitar 40% dari 52 week high. Sementara NIFTY pada level 4.323 sudah naik sekitar 91% dari 52 week low, dan masih ada upside sekitar 20% dari 52 week high. Hal ini menunjukan bahwa index NIFTY sudah hampir pulih dari krisis global karena didukung oleh sentimen politik mereka yang sangat positif dan pro-market. "Apakah hal demikian juga bisa terjadi di Indonesia? Kami percaya hal ini sangat mungkin terjadi," ujar Mastono. Membandingkan saham yang memiliki bobot paling besar. IHSG didominasi oleh TLKM (Telkom), BBCA (BCA), ASII (Astra), BBRI (BRI), PGAS (PGN), UNVR (Unilever), BMRI (Bank Mandiri), BUMI (Bumi Resources), ADRO (Adaro). Bursa Efek Indonesia lebih menitikberatkan sektor infrastruktur, perbankan dan tambang. Sementara NIFTY didominasi oleh RIL (Reliance Industries Ltd), ONGC (Oil & Natural Gas Corp Ltd), BHARTI (Bharti Airtel Ltd), NTPC (NTPC Ltd), INFO (Infosys Technologies Ltd), SBIN (State Bank of India Ltd), BHEL (Bharat Heavy Electricals Ltd), ICICI (ICICI Bank Ltd). Bursa India lebih menitikberatkan sektor industri, migas, infrastruktur, perbankan dan teknologi. "Terlihat kemiripan antara kedua indeks ini," kata Mastono. Sejak awal tahun 2009, indeks terbaik di dunia adalah Peru, Brazil, India, Rusia, dll. IHSG menempati peringkat 9, dengan kenaikan kumulatif sebesar 45,59% dalam USD terms. Sementara indeks terburuk didunia mayoritas didominasi oleh indeks benua Afrika, seperti Nigeria, Ghana, Kenya. Pada normalized chart 2009 di kanan, bisa dilihat bahwa bursa China, yang diwakili oleh Shanghai Composite terus rally sejak awal tahun, dan tidak terpengaruh oleh anjloknya bursa global selama Januari hingga awal Maret 2009. IHSG yang outperform terhadap Dow Jones dan NIFTY hingga pertengahan Mei 2009 akhirnya tersusul oleh NIFTY. Bursa NIFTY dan Sensitive Index (Sensex) keduanya menguat sekitar 17% pada tanggal 18 Mei 2009, setelah spekulasi PM India saat ini, Manmohan Singh dengan partainya Congress Party akan memenangkan pemilu secara mutlak dan tidak membutuhkan dukungan partai komunis. PM Singh diketahui sangat terbuka bagi investor asing untuk investasi di India. Kemenangan mutlak ini akan mempercepat proses reformasi ekonomi India dan menarik dana investasi asing untuk masuk ke India. Congress party mencatat kemenangan terbaik, yaitu 206 kursi (262 kursi total dengan koalisi) dari 534 kursi parlemen, atau 49%. Congress party tidak akan beraliansi dengan partai komunis yang memenangkan 24 kursi. Partai oposisi adalah Bharatiya Janata Party dengan 159 kursi (30%). Dalam wawancara, PM Singh mengatakan agenda utamanya adalah memerangi terorisme dan menjaga keamanan internal. Apabila melihat persamaan yang dimiliki oleh India dan Indonesia, hal yang sama dapat terjadi di Indonesia, khususnya menjelang pengumuman hasil pilpres tanggal 8 Juli nanti. Pasar menginginkan kebijakan yang kondusif terhadap investasi dan keberlangsungan ekonomi dalam jangka panjang. Ketiga pasang capres dan cawapres dalam waktu dekat akan membeberkan rencana kerja masing-masing. Reformasi yang berlanjut dalam aturan perburuhan, pemberantasan korupsi, penghapusan birokrasi, menjaga keamanan internal merupakan contoh dari agenda yang diinginkan oleh pelaku pasar di Indonesia.