INILAH.COM, Jakarta - Gerakan Pro SBY atau yang lebih trend disingkat GPS 
sedang bangkit. Bersamaan dengan itu, jingle 'SBY Presidenku' yang meniru iklan 
mie instant sedang booming. Jingle ini pas, melihat masih banyak yang 
'berselera' dengan SBY.

Bagi orang yang ear catching, mendengar iklan SBY berjingle 'SBY Presidenku' 
pasti langsung teringat dengan iklan mie instan tersebut. Jingle tersebut 
sangat mengena di masyarakat Indonesia, mengingat mie instan juga menjadi 
selera bersama.

Lucu memang mendengar jingle 'SBY Presidenku'. Namun gara-gara iklan yang 
meniru-niru itu, tim sukses presiden SBY dinilai tidak kreatif. "Yang namanya 
follower dipandang kurang kreatif oleh masyarakat," ujar pengamat politik UI 
Ibnu Hamad kepada INILAH.COM.

Meski mengekor iklan, namun apa yang dilakukan tim sukses SBY itu dinilai 
sah-sah saja. Sebab, tim SBY pastinya ingin iklan 'SBY Presidenku' terngiang 
terus di telinga masyarakat Indonesia.

Dari sisi komunikasi, itu merupakan strategi. Ada kalanya follower mendompleng 
atau mengekor dipandang lebih efektif. "Yang namanya kreatif di dunia 
komunikasi juga mengembangkan dari yang sudah ada. Itu juga kreatif. Mengubah 
sedikit yang sudah ada juga kreatif. Jadi tidak selalu original atau baru," 
imbuh Hamad.

Namun pemanfaatan jingle tersebut juga dianggap terlalu jauh, mengingat posisi 
dan jabatan SBY yang presiden dibandingkan dengan mie instant, sebuah produk 
consumer good. Iklan SBY dinilai bukan menawarkan ide, melainkan produk.

"Kok sosok presiden disamakan dengan produk mie instant. Itu terlalu jauh 
perbandingannya. Sesuatu yang high level kepresidenan dibandingkan dengan 
produk makanan," tutur dia lagi.

Tapi ya itu, semua sah-sah saja. Ketua DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng 
juga menganggap pencontekan jingle 'SBY Presidenku' sebagai hal yang sah, 
apalagi untuk bahan kampanye. Yang penting bagi mereka, rakyat mudah 
mengingat-ingat hal tersebut.

"Kenapa tidak etis? Etis sekali selama hak ciptanya dihargai. Kami menghargai 
hak cipta itu dengan meminta izin kepada pencipta lagu dan yang mempunyai hak 
cipta," kilah Andi.

Bahkan Andi mengakui pihaknya mendompleng ketenaran lagu di iklan tersebut guna 
keperluan kampanye. Apalagi jingle yang diaransemen ulang dan diadopsi untuk 
kepentingan lain, sudah hal biasa.

Nah soal jingle ini, yang sangat mengena adalah pendukung SBY, terutama Gerakan 
Pro SBY alias GPS. GPS yang diketuai Suratto Siswodiharjo sangat 'berselera' 
menjadikan SBY menjadi presiden. Itu sudah tertuang dalam tugas GPS untuk 
memajukan lagi SBY sebagai presiden RI untuk keduakalinya.

"Masing-masing koordinator daerah bertugas membentuk GPS di tingkat 
kabupaten/kota di daerah masing. Mereka akan bekerja sekitar dua bulan lebih 
untuk mengawal perolehan suara terbanyak untuk SBY," ujar Ketua Umum GPS 
Suratto Siswodiharjo.

Di kampungnya Jusuf Kalla, Makassar, GPS sudah merangkul 400 relawan yang 
berasal dari Sulawesi, Maluku, dan Papua. Satu orang dari tiap provinsi dipilih 
menjadi koordinator daerah (korda). Ada 10 utusan dari 10 perwakilan daerah. 
Itu baru di Sulawesi. Di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan di setiap provinsi, 
GPS akan menerapkan selera serupa.

Bukan cuma GPS, ulama Banten pun mendukung SBY kembali menjadi presiden. 
Menurut mereka, program SBY seperti bantuan langsung tunai (BLT) sangat pro 
rakyat. Sedangkan neoliberal hanyalah isu yang dihembuskan oleh saingan SBY.

Bagi rakyat Indonesia, terutama rakyat kecil, nama SBY masih mengundang selera 
mereka memilih Ketua Dewan Pembina Demokrat itu. Namun sayang, gaya tim sukses 
SBY-Boediono yang menyerang personal saingan di Pilpres membuat kurang 
berselera.

Sebut saja apa yang dilakukan jubir tim sukses SBY-Boediono, Rizal 
Mallarangeng. Adik kandung Andi Mallarangeng ini terus menyerang pribadi 
Prabowo terkait 98 kuda yang dimilikinya, bahkan tiga di antaranya seharga Rp 3 
miliar. Dalam sebuah jumpa pers, Rizal bahkan mengungkit track record 
cawapresnya Megawati Soekarnoputri itu di militer.

Meski sudah ditegur banyak pihak, termasuk internal Demokrat, Rizal masih belum 
puas. Dia masih nyinyir menyindir kuda-kuda milik Prabowo, meski kali terakhir 
tanpa menyebut nama Ketua Dewan Pembina Gerindra tersebut. Sampai-sampai orang 
dekat Prabowo, Permadi, mengajak Rizal untuk adu santet.

Apa yang dilakukan Rizal juga kontradiksi dengan anjuran Ketua Tim Sukses 
SBY-Boediono, Hatta Rajasa. Hatta yang terkenal dekat dengan SBY, mengajak 
seluruh pihak berpolitik santun, tidak menjelek-jelekkan calon lain. Adu ide 
lebih bagus ketimbang menyerang pribadi capres-cawapres.

Jika sudah begitu, apakah orang masih berselera memilih SBY jika tim suksesnya 
malah kontraproduktif dengan SBY yang terkenal santun? Jangan tanya pada rumput 
yang bergoyang. [E1]


INILAH.COM, Jakarta - Peniruan jingle Indomie pada iklan kampanye SBY 
Presidenku memang mudah diingat. Namun hal itu diniali justru akan mematikan 
karakter SBY.

Menurut Budayawan sekaligus praktisi periklanan Garin Nugroho, dalam iklan 
politik, karakter sang tokoh politik harus ditampilkan. Jika tidak akan terjadi 
blunder.

Dalam iklan kampanye, tim sukses bisa gunakan teknik-teknik apa saja, tapi 
nilai-nilai karakter si tokoh itu tetap harus muncul.

"Kita bisa lihat di jingle Indomie ini tidak muncul. Bisa mematikan karakter 
tokoh politiknya," jelasnya di Jakarta, sabtu (30/5).

Ia mencontohkan iklan kampanye yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Barack 
Obama ketika merayu hati warga AS tahun lalu. Saat itu Obama mengangkat gaya 
hidup politik masyarakat.

"Hubungan kerja partai dengan keinginan masyarakat. Dan karakternya terlihat," 
paparnya.

Garin juga menyebutkan, iklan kampanye setidaknya harus mencakup beberapa hal 
penting. Di antaranya penempatan pada program kerja, prioritas program kerja, 
dan panduan bagi masyarakat terhadap program kerja tersebut.

"Jadi masyarakat akan mengerti dan mengenal tokoh politik itu," jelasnya.

Jika tidak, lanjut Garin, bangsa ini akan menjadi bangsa yang benar-benar 
kalah. "Jadi semuanya serba instan. Iklan politiknya juga instan. Hanya 
menampilkan artis dan pelawak saja," imbuh Garin. [ana]

Kirim email ke