Sy sepakat pak hans

Mungkin kita tidak bisa generalisasi bahwa semua emiten berperilaku buruk.

Ada juga emiten2 yg punya CG bagus semisal : UNVR, ASTRA group, SMGR, INTP, 
BBCA dll mnrt pengamatan bego sy emiten2 ini bisa dipercaya dan terbukti kasih 
return stabil bagi yg hold longterm.

Meski ada juga emiten ancur macam CPRO dkk dan setengah ancurr macam BG group

Jadi tergantung investor masing2 kalo sdh tau emiten ancur dan setengah ancurr 
masih masuk ya nasib2an ... Kalo nasib baik bisa 500% kalo nasib jelek bisa 
tinggal kolor.

Just my 2 cents.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-----Original Message-----
From: Hans Kwee <hanskwe...@gmail.com>

Date: Tue, 11 Aug 2009 20:50:16 
To: <obrolan-bandar@yahoogroups.com>
Cc: <sa...@yahoogroups.com>; <investium_sa...@yahoogroups.com>
Subject: Re: [ob] Kapitalisasi BEI


Hem

sy baru baca dan ikut berpendapat.
pasar modal suka tidak suka menjadi parameter sebuah perekonomian nasional

ketika pelaku pasar ber pendapat /berharap  ekonomi membaik mereka membeli
saham, sehingga harga naik.
sisi lain pasar modal dan ihsg juga menjadi parameter beberapa dana besar
yang ingin investasi di indonesia.
ketika dia melihat index naik maka pasti ada expektasi pemulihan ekonomi

disisi lain, kalau pemain ritel bergabung dan melakukan beli jual di pasar
maka index kemungkinan besar gak akan kemana2
kita harus jujur index digerakan oleh modal besar baik fund, bd, perusahana
publik, dll.
ada ritel yang jual beli di pasar, tetapi berapa besar efeknya. apakah semua
orang ritel jual beli setiap hari...

ini pandagan sy peribadi

terima kasih
Hans



2009/8/11 Jhony Irawan <irawan.jh...@yahoo.com>

>
>
> Dear Millister,
>
> Sekedar mau sharing aja. Saya selalu tergelitik setiap kali media
> memberitakan mengenai Kapitalisasi pasar BEI atau total nilai transaksi per
> tiap hari uang jumlah nya saya sendiri pusing membayankan banyak nya angka
> nol di belakang komanya itu, seperti Rp 7 T, Rp 8 T dan rekor awal agustus
> kemarin yg mencapai Rp 10 T, sebuah nilai yang luar biasa kalau cuma di
> bayangkan saja.
>
> Namun adakah di antara kita yang berfikir apakah uang sebesar itu
> benar-benar rela money atau hanya angka saja seperti halnya subsidi BBM yg
> di berikan pemerintah kepada rakyat ?
>
> Please correct me if I am wrong, menurut saya angka itu adalah komulatif
> dari seluruh transaksi yang terjadi per hari.
>
> Saya akan sedikit memberi illustrasi :
>
> - Kalau saya mempunyai uang Rp 300 juta yang saya bawa untuk ber transaksi
> saham untuk hari ini, maka kejadiannya bisa saja seperti ini.
>
> - Uang Rp 300 juta saya itu begitu market buka, saya akan belikan seluruh
> nya kepada saham pilihan saya yg tentunya setelah mendengar rumor, dengan
> target begitu harga naik satu atau dua point saya akan jual.
>
> 10 menit setelah market buka perkiraan saya benar, lalu saya melikwidasi
> saham saya tadi itu dengan harga jual total Rp 315 juta.
>
> Perhitungan komulatif transaksi untuk saya sendiri dalam hanya 10 menit
> market buka adalah Rp 300 juta untuk beli di tambah Rp 315 juta untuk jual =
> Rp 615 juta.
>
> Kemudian uang tersebut dalam satu hari bisa saya keluar masuk sekitar 5
> kali (ini perkiraan rata2 transakasi investor perorangan dalam satu gari
> menurut saya)
>
> Lalu berapa nilai komulatif transaksi saya dalam satu hari ini ? kalau di
> rata-ratakan saja setiap kali transaksi saya menggunakan uang Rp 300 juta
> tersebut ? sehingga dihitung Rp 600 juta setiap kali masuk dan keluar.
>
> Nilainya adalah 5 dikali Rp 600 juta = Rp 3 Milyar hanya untuk uang yg saya
> bawa sebesar Rp 300 jt tersebut.
>
> Nah saya tidak akan memakai referensi jumlah member Millist ini yang bisa
> mencapai angka 10 ribuan orang, tapi saya akan memakai angka jumlah
> securities house di Indonesia yang menjadi anggota BEI, yaitu 121 buah
> Sekurities house.
>
> Saya ambil angka 60% nya aktif berarti sekitar 73 securities yang aktif dan
> saya rata-ratakan setiap sekuritas mempunyai sekitar 50 orang nasabah yang
> bermain sesuai pola saya dan mempunyai uang kurang lebih sama dengan saya
> yaitu Rp 300 juta. Dan nilai transaksi perorangan nya untuk hari itu adalah
> juga sama dengan saya yaitu Rp 3 M
>
> Maka hitunganya menjadi 50 X 73 X 3 M = Rp 10,95 Trilyun.
>
> Sementara kalau kita hitung real money yang masuk dan beredar pada hari itu
> adalah
>
> 50 X 73 X 300 juta = Rp 1,95 Trilyun atau hanya 10 Persen dari yang
> dikatakan kapitalisasi transaksi BEI.
>
> Anda percaya sekarang bahwa hanya dengan 3,650 orang investor yg menyiapkan
> uang masing2 sebesar Rp 300 juta bisa membuat Nilai Kapitalisasi sebesar itu
> ? untuk catatan kita saja, member dari salah satu millist ini saja mencapai
> 8.000 orang.
>
> Bagaimana jika ada emiten seperti group nya bakrie yg ikutan ? bagaimana
> jika asing atau aseng ikutan ?
>
> Akan tetapi harap di ingat lagi bahwa jumlah itu hanya catatan saja, karena
> kalau pada penutupan market saya kembali melikwidasi portofolio saya hari
> ini, maka yang tinggal adalah catatan di sekuritas tentang jumlah transaksi
> saya yg akan di net off kan saja spread atau selisih nya nanti pada hari
> penyerahan atau kliring ?
>
> Jangan anda banding kan dengan pasar real yang terjadi di Glodok, Berbagai
> ITC serta Tanah Abang. Itu sama dengan membandingkan jeruk busuk dengan
> apple karena di pasar konvensional ada barang yang bergerak, ada distribusi
> yang memberi makan banyak orang, sementara di Bursa kita hanya duduk di
> depan monitor, lalu mencetak uang dengan hanya menjual kertas saham yg
> sekarang pun sudah tidak berbentuk kertas lagi.
>
> Sebenarnya dari hitungan sederhana itu kita juga dengan gampang bisa
> mengira-ngira berapa pendapatan perusahaan sekuritas, tapi untuk hal itu di
> postingan yg lain mungkin akan kita coba bahas.
>
> Hal ini juga yang memikin saya tertawa sedih ketika pada tanggal 20 Oktober
> 2008 yang lalu pemerintah kita CQ Mentri keuangan menyebutkan telah
> menyiapkan dana talangan sebesar Rp 4 Trilyun untuk intervensi pasar dan
> menjaga kestabilan Pasar Modal.
>
> Para pelaku dan pemain pasti tersenyum gembira menyambut sinterklas yg baik
> hati ini untuk mendapatkan sedikit keuntungan dari rencana buy back
> pemerintah ini.
>
> Katanya kita menuju dan berkiblat ke Kapitalis yang meng agung-agungkan
> pasar bebas dan tidak ada intervensi pemerintah, namun kemudian kita juga
> meniru Amerika, mbah nya kapitalis untuk melakukan proteksi terhadap
> industri dalam negri nya, namun ternyata kiblat kita itu pun melanggar
> prinsip kapitalis sewaktu mereka tidak memberi ijin bagi perusahaan otomotif
> Jepang yang mau membeli perusahaan otomotif dalam negri mereka yg lagi
> sekarat, sedangkan kita selain meniru, juga mencoba untuk tetap meyakini
> sistem kapitalis dengan me listingkan indistri-industri strategis contohnya
> beberapa BUMN seperti Krakatau Stell.
>
> Waduh ini udah melebar kemana-mana, mohon maaf ya, tapi
>
> Apakah sekarang anda masih percaya bahwa INDEKS atau NILAI TRANSAKSI BEI
> bisa di jadikan sebagai INDIKATOR EKONOMI Nasional kita ?
>
>
>
> Regards,
> Irawan Jhony
>
>  
>

Kirim email ke