Siap-Siap Berburu Saham Tambang
                     
                                                                 Syarif 
Hidayat, Hendra Gunawan, dan Windarto                                           
                                                               
 INFLASI dan geliat harga minyak, sepertinya aktor utama yang akan memengaruhi 
transaksi saham di BEJ pekan ini. Inflasi misalnya, diperkirakan bakal lebih 
tinggi ketimbang angka di bulan Januari silam. Saat itu, inflasi satu bulan 
mencapai 1,04%. Sehingga year on year berada di level 6,26%. Nah, lantaran 
harga beras yang masih tinggi, plus bencana banjir yang merendam Jakarta 
kemarin, inflasi Februari diyakini akan lebih tinggi. 
 Sementara itu, memanasnya hubungan antara AS dan Iran ternyata mulai berdampak 
serius terhadap harga minyak. Apalagi Badan Pemantau Nuklir PBB menyatakan, 
Iran telah gagal memenuhi tuntutan PBB untuk menghentikan program nuklir pada 
22 Februari 2007. Di akhir pekan kemarin, si emas hitam ini sudah 
ditransaksikan di kisaran US$ 60 per barel. 

                                                                                
                                                                                
                                                                                
                                                    Artikel Lain                
                                                                                
                                                                                
                          Investor dan Bank Sama-Sama Untung                    
                                                                                
                                         Tenang, Ini Hanya Sementara            
                                                                                
                                                 Tak Dilirik Sayang             
                                                                                
                            
                    Siap-Siap Berburu Saham Tambang                             
                                                                                
                                Tak Semua Terendam Banjir                       
                                                                                
                                      Mewaspadai Aksi Profit Taking             
                                                                                
                                                Beken Akibat Banjir             
                                                                                
                                                Ketika Sinyal Terlihat Samar    
                                                                                
                                                         Optimisme dari Sentul  
                                                                                
                            
                               Biar Banjir Tetap Tajir                          
                                                                                
                                                                                
       Betrand Raynaldi, analis PT Panca Global Securites Tbk, memperkirakan 
kisruh di Timur Tengah akan berdampak negatif terhadap transaksi di bursa. 
Melorotnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di akhir pekan kemarin, salah 
satunya disebabkan oleh isu tersebut. ”Pelemahan bursa global ikut berdampak 
negatif di sini,” katanya. 
 Pada transaksi hari Jumat (23/2), indeks terpangkas hingga 16,888 poin 
(0,934%) ke level 1.791,553. Beberapa saham yang sempat tampil eksplosif di 
awal pekan, kemudian jatuh harganya. Saham TINS misalnya. Kendati sempat naik 
21,6% ke level Rp 11.250 (22/2), saham ini turun Rp 400 di kisaran Rp 10.850 
(22/2). Hal serupa terjadi pada ANTM. Harga saham ini sempat melonjak 6% 
sebelum ditutup melemah Rp 200 ke posisi Rp 9.050. 
 Hasoloan Napitupulu, Senior Manager Equity Brent Securities, mengatakan 
penurunan harga saham di pekan lalu itu lebih disebabkan aksi profit taking 
para investor. Maklum, sepekan sebelumnya harga saham tersebut sudah mengalami 
kenaikan yang cukup tajam. Selain itu, penurunan indeks juga didorong oleh 
sikap antisipatif investor terhadap inflasi. ”Banjir menyebabkan harga barang 
kebutuhan pokok jadi melambung. Itu yang membuat inflasi bakal naik,” kata 
Alviansyah, analis Sinarmas Sekuritas. 
 Nah, lantaran harganya sudah terkoreksi, para analis melihat adanya sejumlah 
peluang yang bisa dimanfaatkan investor selama pekan ini. Beberapa saham 
disarankan untuk dikoleksi karena memiliki prospek bagus. Hasoloan 
merekomendasikan saham TINS, ANTM, MEDC, dan PGAS. 

 Rencana PGAS menaikkan harga gas hingga 10% menjadi US$ 5,5 per mmbtu Juli 
nanti akan memberikan dampak positif. Si analis memperkirakan saham PGAS bakal 
bergerak di kisaran Rp 10.000. Saham TINS masih potensial untuk menguji level 
Rp 14.000. Sedangkan MEDC masih bisa naik ke Rp 4.200 per saham. ”ANTM dalam 
jangka panjang bisa sampai Rp 15 ribu,” ujar Hasoloan. 

 Sementara Alif Sasetyo, analis Samuel Securities, memberi saran agar investor 
melirik saham BUMI. Saham ini, lanjut dia, berpeluang naik hingga Rp 1.500. 
Bahkan andai kata divestasi 30% saham KPC bisa dituntaskan, Alif optimistis 
saham ini bakal melesat ke Rp 2.000. Sejauh ini ada beberapa calon investor 
yang berminat untuk membeli KPC dan Arutmin. Mereka adalah CRVD (Brasil), BHP 
Biliton (Australia), Glencore Internasional AG (Irlandia), dan Marubeni 
(Jepang). Tata Power Co. (India) malah sudah menawar seharga US$ 1,6 miliar. 

 Perdagangan di BEJ pekan ini diperkirakan masih akan ramai. Sungguhpun begitu, 
para analis meyakini indeks akan bergerak di kisaran 1.750-1.800. Hasoloan 
mengatakan, penguatan yang terjadi pada indeks regional seperti Dow Jones, 
Nikei, dan Hangseng akan memberikan sentimen positif terhadap BEJ. Di luar itu, 
keluarnya laporan keuangan emiten papan atas juga akan mendorong penguatan 
harga sejumlah saham. Misalnya BCA yang telah merilis laba bersihnya tahun lalu 
sebesar Rp 4 triliun. 
 Jangan dilupakan, kata Alviansyah, jika kisruh di Telkom bisa diselesaikan 
melalui RUPSLB, harga saham BUMN itu diyakini akan terus menggeliat. Selama 
ini, investor masih menunggu sikap pemegang saham dalam mengatasi persoalan di 
Telkom. Nah, jika masalahnya bisa diselesaikan, sangat mungkin pemodal akan 
kembali mengakumulasi saham ini. Toh, secara fundamental emiten ini sangat 
baik. 
 
---------------------------------
The fish are biting.
 Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.

Kirim email ke