Dan begitulah Manusia...yang mengclaim dirinya sebagai "Human Beings" but full 
of destructive ego. 

Padahal Alam telah mengajarkan bahwa pilihan cuma satu...yaitu memaafkan apapun 
juga termasuk diri sendiri, menikmati "the present moment" and sharing of 
kindness to others, jika memilih lain hanya "tremendous suffering" yang akan 
dialami.

The choice is ours.

Sent from my XL BlackBerry®.                                                 
[The tendency to speculate is deluded tendency. The tendency to clarify is 
enlightened tendency.]                    

-----Original Message-----
From: "rangga_the_demon" <rangga_the_de...@yahoo.com>

Date: Tue, 01 Sep 2009 04:41:49 
To: <obrolan-bandar@yahoogroups.com>
Subject: [ob] Re: Dare to let go



.jd nyuruh CL neh Jo......:))
--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Ajo Ramon <ajo.ra...@...> wrote:
>
> A story to share:
> --------------
> Saya pernah membaca artikel menarik tentang teknik berburu monyet 
> dihutan-hutan Afrika, caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si 
> pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. 
> Maklum, ordernya memang begitu.  Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan 
> sebagai hewan
> percobaan atau binatang sirkus di Amerika .
> 
> Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples 
> berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi 
> aroma.Tujuannya, agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi
> kacang,toples- toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples 
> dibiarkan tanpa tutup.
> 
> Para pemburu melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus 
> monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan.  
> Kok, bisa? Tentu kita sudah tahu jawabnya.  Monyet- monyet itu tertarik pada 
> aroma yang keluar dari setiap toples.  Mereka mengamati lalu memasukkan 
> tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena 
> menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya.  
> Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak.
> Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan 
> dapat pergi ke mana-mana !
> 
> Mungkin kita akan tertawa meli hat tingkah bodoh monyet-monyet itu.  Tapi, 
> tanpa sadar sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri.  Ya, 
> kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat
> setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang. Kita 
> sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf. Mulut 
> mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak 
> pernah bisa melepasnya. Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa 
> "toples-toples" itu ke mana pun kita pergi.  Dengan beban berat itu, kita 
> berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenamya sedang 
> terperangkap penyakit hati yang akut. Teman, sebenarnya monyet-monyet itu 
> bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Dan, kita pun akan selamat 
> dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas semua "rasa tidak 
> enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan kita. Dengan begitu
> kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan senyum.  
> Dan, kita pun tahu surga itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang 
> hatinya betul-betul bersih.
> Jadi, kenapa tetap kita genggam juga perasaan tidak enak itu?
>



Kirim email ke