DUBAI KOTA HANTU?
<http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2009/02/dubai-calon-k\
ota-hantu.html>     Siapa yang mau mobil, gratis? Ambil saja di Dubai.
Ribuan mobil ditinggalkan oleh pemiliknya yang angkat kaki dari Dubai
untuk selamanya, paling tidak untuk jangka waktu yang panjang sekali.
Mobil-mobil mereka ditinggalkan dengan kunci, surat-surat kepemilikan
lengkap di dalam mobil, di atas kursi supir berserta surat
kepemilikannya.

Dubai yang 80% lebih penduduknya adalah orang asing (expatriates),
mengalami eksodus besar-besaran. Banyak barang mereka termasuk mobil
tidak bisa dijual karena semua orang (pernyataan yang agak hiperbolik)
mau keluar dari Dubai akibat krisis ekonomi. Mereka juga meninggalkan
rumah-rumah beserta cicilannya.

Pembukaan tulisan ini agak mungkin sedikit berlebihan – mungkin,
mungkin, mungkin. Tetapi mungkin saja benar. Kita lihat saja cerita
berikutnya. Tetapi, sebelumnya akan kita lihat sejarah.

DUBAI MENUJU KOTA METROPOLITAN (1990 – 2000)
Dua tahun lalu saya dapat tawaran kerja di Dubai. Istri saya sangat
antusias untuk bisa menikmati hidup di kota yang sangat terkenal dengan
berbagai keajaibannya. Mulai dari "Palm Island", apartemen
pencakar langit yang dibangun di pulau buatan yang berbentuk pohon
palem, gedung apartemen yang setiap lantainya bisa berputar, metro/LRT
(light Rapid Transportation – kereta listrik ringan ) yang
futuristik . Semua itu dilihatnya di photo-photo design artis.

Bagi istri saya, Dubai akan menjadi pengalaman baru. Kami pernah hidup
di Inggris, Canada, Singapore dan Kuala Lumpur, daerah tropis,
subtropis, budaya Barat, Melayu, Cina. Sekarang (waktu itu maksudnya)
mau ke Timur Tengah, gurun. Pengalaman hidup yang sangat berwarna-warna.

Karena tidak cocok mengenai kompensasi dan kondisi kontrak, tawaran itu
saya tolak. Istri saya sangat kecewa. Tetapi hal itu saya hibur, bahwa
ide untuk tinggal di Dubai akan tetap disimpan sampai nanti kalau
pensiun. Barangkali harga apartemen sudah murah. Ramalan yang pada waktu
itu sepertinya ramalan kosong.

Dubai 20 tahun lalu, awal tahun 1990an masih berupa gurun dengan
beberapa bangunan gedung. Ekonominya sangat bergantung pada produksi
minyaknya. Amir penguasa Dubai kemungkian seorang yang mempunyai visi
yang jauh. Cadangan minyak dan gasnya tidak sebanyak Saudi Arabia atau
Qatar. Oleh sebab itu Dubai harus dijadikan pusat jasa (keuangan) untuk
daerah teluk Parsi dan menunjang aktifitas perminyakan. Dan selama dua
dekade ini Dubai tumbuh dari gurun menjadi kota perdagangan dan kota
jasa finansial, seperti Singapura.



 
[http://1.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZd43GC__gI/AAAAAAAABog/N1rQxMlY1\
II/s400/dubai1989.jpg]
Dubai tahun 1989. Masih berupa gurun dengan jalan-jalan yang buruk.
Perhatikan photo berikutnya yang diambil dari tempat yang sama tahun
2003.



 
[http://2.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZd43as_slI/AAAAAAAABoo/CurpwlUx_\
OQ/s400/02-dubai2003-full.jpg]
Dari tempat yang sama, Dubai pada tahun 2003



 
[http://4.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZd43u18BtI/AAAAAAAABow/AjtooD0TF\
pU/s400/Dubai+2007.jpg]
Photo yang diambil tahun 2007 dari tempat yang sama.




DUBAI MENJADI KOTA MODERN
Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, Dubai menyulap dirinya menjadi
kota metropolitan yang modern. Semua ini berkat minyak. Perkembangan
selanjutnya, agak menggila. Dubai berubah menjadi kota perdagangan dan
jasa, terutama finansial yang mendukung bisnis minyak di wilayah teluk
Persia. Usaha lain ialah menjadikan Dubai sebagai tujuan wisata. Hotel
dan apartemen dibangun untuk menunjang semuanya ini. Saya katakan, agak
menggila karena, ide-ide arsitektur dan fungsinya kemudian tidak lazim
lagi.

Salah satu kegilaan Dubai ialah pembangunan "Palm Islands",
pulau-pulau buatan yang berbentuk pohon palem. Rencananya di pulau-pulau
itu akan didirikan hotel dan apartemen, perumahan mewah. Kenapa mesti
pulau buatan, bukankah masih banyak tanah di Dubai? Dubai bukan
Singapura yang kekurangan lahan.

Menara berputar misalnya, akan dibangun. Menara ini, setiap lantainya
bisa berputar secara independen, sehingga setiap pemilik lantai bisa
memutar lantainya untuk menghadap ke arah yang diinginkannya (lihat
image di bawah). Untuk apa sebenarnya, putar memutar lantai gedung?
Tidak mempunyai fungsi praktis dan kegunaan, melainkan hanya keinginan
nafsu yang tidak jelas saja. Belum lagi tempat rekreasi ski es (salju)
dalam ruangan. Bisa dibayangkan betapa gilanya dan kekanak-kanakan ide
ini. Salju di gurun pasir?




 
[http://2.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZd6-kpSzHI/AAAAAAAABo4/DwQJ6UMat\
P0/s400/PalmJumeirah.jpg]
Palm Islands, untuk apa bikin pulau baru. Dubai bukan Singapura.



 
[http://1.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZd6_4FQGGI/AAAAAAAABpY/vjfA_l-XV\
bY/s400/dubai_rotating_building_1.jpg]
Rotating Tower, Dubai. Dari kiri ke kanan: Rotating tower ketika semua
lantainya orientasinya searah, kemudian terpelintir sedikit dan akhirnya
setiap lantainya berputar sehingga orientasinya berbeda-beda.


 
[http://1.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZd6_kttzFI/AAAAAAAABpQ/pky_mU2IB\
KA/s400/rotating_wind_power_tower_dubai_05.jpg]
Gambaran artis, Rotating Tower diwaktu malam.



 
[http://2.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZeC3789mLI/AAAAAAAABpg/gtvwnc1_e\
lY/s400/25-indor-skij-full.jpg]
Bermain ski es di ruangan



 
[http://2.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZeFiUufMWI/AAAAAAAABqI/C75DLTLuO\
Us/s400/17-trumphoteldubai-custom+d+palm+islands.jpg]
Trump Hotel, rencananya akan dibangun di Palm Island.



 
[http://2.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZeC4e5HYJI/AAAAAAAABpw/LyX7ERnEY\
HY/s400/2mh8r4w.jpg] Marina di Dubai




 
[http://2.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZeC4N7QlmI/AAAAAAAABpo/fX43mKB6D\
X0/s400/slide5.jpg] Suasana Dubai dimasa mendatang, menurut artis.


DUBAI CALON KOTA HANTU?
Dubai mempunyai populasi 1.24 juta orang menurut sensus 2006. Jumlah
laki-lakinya 73% dan 27% prempuan. Kaum laki-laki ini kebanyakan adalah
pekerja migran asing. Populasi warga negara Dubai sendiri kurang dari
20%. Jadi di Dubai, lebih banyak orang asing dari pada penduduk
setempat. Kebanyakan pekerja asing ini berasal dari India.

Kalau dilihat komposisi laki-laki:prempuan serta komposisi pekerja asing
dan penduduk lokal, dapat diduga bahwa kebanyakan pekerja asing ini
adalah laki-laki yang tidak membawa keluarga. Pekerja-pekerja asing
inilah yang membangun dan memelihara Dubai. Dari mulai pekerja bangunan,
tukang masak hotel, dokter, tenaga paramedis, geologist, engineer dari
berbagai bidang, pramusaji, sales, grafik design dan lain sebagainya.
Bisa dibayangkan bagaimana pertumbuhan populasi pekerja pendatang ini.
Hitungan kasarnya, kalau saat ini perbandingan antara pendatang dengan
penduduk lokal adalah 5:1, maka dalam kurun waktu 20-25 tahun penduduk
Dubai bertambah kurang lebih 5 kali atau 7.4% - 8.5% per tahunnya.

Ekonomi lokal Dubai sangat dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan 81%
pendatang ini. Baik itu untuk akomodasinya sampai pada kebutuhan
sehari-harinya. Walaupun mereka ini pendatang, banyak dari mereka
mempunyai asset seperti mobil, rumah/apartemen untuk menunjang kehidupan
mereka. Banyak diantara asset-asset itu dibeli dengan kredit jangka
panjang semasa kredit murah dan Dubai mengalami booming. Pada saat
booming orang akan berpikir bahwa mereka tinggal di Dubai untuk masa
yang amat panjang. Kehidupan pendatang Dubai didukung dengan leverage.
Memang pendatang kelas buruh, cenderung untuk tidak banyak mempunyai
asset di Dubai dan sebagian penghasilannya dikirimkan ke negaranya.
Tetapi pekerja krah putih, lain sifat-sifatnya.

Dubai juga tempat investasi properti tumbuh menjadi bubble. Uang tumpah
ke Dubai, berkat advertensi yang gencar. Anda bisa lihat di CNBC. Memang
dimasa bubble, semuanya nampak indah. Menara berputar, inddor ski,
menara tertinggi di dunia, Palm Islands, kereta metro futuristik, dan
lainnya seakan sudah di depan mata. Tetapi ketika bubble pecah,.....
bencana. Ini mengingatkan perkataan nabi Muhammad yang kurang lebih
seperti ini: "kalau manusia sudah membangun gedung yang
tinggi-tinggi, tunggulah hari pembalasan". Istilah gedung yang
tinggi-tinggi, bisa diartikan sebagai membangun sesuatu yang tidak
perlu, tidak merupakan pemenuhan kebutuhan wajar.

Ada suatu berita dari New York Times minggu lalu yang menarik tentang
Dubai. Banyak penduduk asing Dubai yang ngacir dari Dubai meninggalkan
barang-barangnya, mobil dan apartemen mereka. Mereka pulang ke negri
asalnya dengan menenteng apa yang bisa dibawa. Mobil mereka ditinggal di
airport [link
<http://www.nytimes.com/2009/02/12/world/middleeast/12dubai.html?_r=1&hp\
> ]

Laid-Off Foreigners Flee as Dubai Spirals Down
Bryan Denton for The New York Times
February 11, 2009
DUBAI, United Arab Emirates — Sofia, a 34-year-old Frenchwoman,
moved here a year ago to take a job in advertising, so confident about
Dubai's fast-growing economy that she bought an apartment for almost
$300,000 with a 15-year mortgage.

Now, like many of the foreign workers who make up 90 percent of the
population here, she has been laid off and faces the prospect of being
forced to leave this Persian Gulf city — or worse.

"I'm really scared of what could happen, because I bought
property here," said Sofia, who asked that her last name be withheld
because she is still hunting for a new job. "If I can't pay it
off, I was told I could end up in debtors' prison."

With Dubai's economy in free fall, newspapers have reported that
more than 3,000 cars sit abandoned in the parking lot at the Dubai
Airport, left by fleeing, debt-ridden foreigners (who could in fact be
imprisoned if they failed to pay their bills). Some are said to have
maxed-out credit cards inside and notes of apology taped to the
windshield.

The government says the real number is much lower. But the stories
contain at least a grain of truth: jobless people here lose their work
visas and then must leave the country within a month. That in turn
reduces spending, creates housing vacancies and lowers real estate
prices, in a downward spiral that has left parts of Dubai — once
hailed as the economic superpower of the Middle East — looking like
a ghost town.

No one knows how bad things have become, though it is clear that tens of
thousands have left, real estate prices have crashed and scores of
Dubai's major construction projects have been suspended or canceled.
But with the government unwilling to provide data, rumors are bound to
flourish, damaging confidence and further undermining the economy.

Instead of moving toward greater transparency, the emirates seem to be
moving in the other direction. A new draft media law would make it a
crime to damage the country's reputation or economy, punishable by
fines of up to 1 million dirhams (about $272,000). Some say it is
already having a chilling effect on reporting about the crisis.


 
[http://4.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZeC4kIAoEI/AAAAAAAABqA/YStCCQiIO\
V4/s400/Dubai+Abandoned+Car-1.jpg]
Mobil-mobil yang ditinggalkan



 
[http://1.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZeC4oaBNiI/AAAAAAAABp4/CG8c5amqO\
Dk/s400/4fleewithcar.jpg]
Mobil-mobil yang ditinggalkan


 
[http://1.bp.blogspot.com/_FjYHDzxEy7U/SZeFiTD2s3I/AAAAAAAABqY/CJbl0kJVk\
Lg/s400/DUBAI_CAR.jpg]
Mobil-mobil yang ditinggalkan



Sudah ribuan mobil di tinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Kenapa
mereka hengkang begitu saja? Pasalnya hukum syariah Dubai (mungkin hukum
syariah Saudi Arabia, Kuwait, atau Iran berbeda. Hukum syariah kok bisa
beda-beda yah?), mengatakan bahwa bagi penghutang yang tidak mampu bayar
hutangnya maka harus dipenjara. Jadi dari pada masuk penjara, lebih baik
hengkang!!! Dan tidak kembali lagi.

Financial Times melaporkan, diperkirakan bahwa dalam tahun 2009 ini
Dubai akan mengalami penciutan penduduk sebesar 8% akibat repatriasi
pendatang [link
<http://www.ft.com/cms/s/0/0e3cd252-e224-11dd-b1dd-0000779fd2ac.html> ].
Perkiraan saya bisa lebih. Lebih dekat ke 10%-12%. Sebagian adalah
mereka yang tidak akan pernah kembali karena lari dari hutang. Dan ini
akan berlanjut sejalan dengan krisis ekonomi dan mengempisnya bubble di
sektor properti di Dubai. Financial Times memperkirakan bahwa tahun
berikutnya penciutan populasi hanya 2% saja. Saya meragukan hal ini
karena, berdasarkan pengalaman properti bubble Jepang tahun 1990,
diperlukan waktu 20 tahun untuk mencapai titik nadirnya. Itu pada kasus
dengan pemain 100% penduduk lokal dimana tidak ada penduduk yang
hengkang ke luar negri dengan meninggalkan propertinya. Bayangkan
sekarang, Dubai dengan 80% - 90% pendatang yang siap hengkang dari Dubai
dan meninggalkan tempat tinggalnya? Belum lagi orang asing, fund manager
di luar Dubai (overseas) yang membeli untuk spekulasi. Dari foto-foto
bahan advertensinya, saya pikir bubble properti di Dubai jauh lebih
besar dari yang pernah yang saya lihat.

Kasus Dubai, apakah ia akan menjadi kota hantu atau berhasil keluar dari
kemelut ini, sangat menarik untuk dipelajari dan diamati. Bagaimana
nasib kereta metro yang katanya termodern di dunia yang akan beroperasi
tahun 2009 ini. Akan kosongkah? Bagaimana nasib hotel Burj yang
tertinggi di dunia dan pembukaannya akan dilakukan pada 9-9-09?. Atau
hotel Atlantis yang pembukaannya pada bulan November 2008 dengan biaya
$20 juta?

Buat saya Dubai akan menjadi kasus yang menarik. Belum pernah ada daerah
(negara) yang ekonominya dibangun dan dipelihara oleh pendatang yang
siap hengkang. Tumbuh dengan pesat, over leverage dengan kredit/hutang
dan terjadi bubble, . Ketika bubble pecah, harga properti dan asset
turun, tetapi hutang masih tetap. Banyak orang (kreditur) yang memiliki
negative equity (hutangnya lebih besar dari harga asset yang
diagunkannya). Pada saat tidak ada pekerjaan (menganggur), tidak ada
penghasilan, maka ngacir adalah solusinya. Tetapi jangan pessimis dulu,
di samping semua yang negatif itu Dubai juga merupakan tempat
pelancongan para selebritis, CEO dan orang-orang kaya. Itulah yang bisa
membuat Dubai bertahan. Kekuatan mana yang lebih dominan? Kita lihat
saja sampai beberapa dekade mendatang.

http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2009/02/dubai-calon-ko\
ta-hantu.html
<http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2009/02/dubai-calon-k\
ota-hantu.html>

Kirim email ke