Benar pak Vernichtung, keseluruhan itu lah diri kita. Tidak sepenggal-penggal.

Utuh berkonotasi ke suatu yg bersahaja dan penuh, sedangkan tua lebih ke alami 
dan bijak. Saya rasa tidak pertentangan di sana. Walaupun maksud bapak meng 
counter kedua sifat tersebut. Tua adalah suatu alami, bisa juga bijak dan penuh 
pengalaman. 

Mengambil hikmah dari suatu cerita pun kita mesti lebih teliti. Karena suatu 
cerita ditulis mengarahkan pembaca untuk menyetujui apa yg dimaksud penulis. 
Konotasi2, pengkondisian,  dibuat untuk menguatkan inti cerita. Lalu kita 
bertanya apa benar ada subject seperti itu? Bagaimana jika kita sendiri sebagai 
subject tersebut? Cerita tersebut pasti segera selesai dan tak perlu lagi 
mengetahui maksud cerita tsb.     

Lain lagi kalo cerita itu fakta. 

Ini hanya penilaian saya, mungkin terlalu conservative dan protective. Jadi 
mohon masukan dari rekan2.



Salam,

 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Vernichtung <gambler....@gmail.com>
Date: Sat, 12 Dec 2009 11:16:43 
To: <obrolan-bandar@yahoogroups.com>
Subject: Re: [ob] OOT-Renungan Malam:)

Justru kumpulan dari pengalaman hiduplah yg membuat diri kita seutuhnya, dan
pengalaman hidup kita tentulah berbeda dengan org lain karenanya jadilah
diri sendiri dan bukan diri orang lain.  Ini makna yg saya tangkap. Ada
manusia yg bertumbuh menjadi lebih utuh dan ada manusia yg bertambah tua.

A pastor wanted to raise money for his church, and on being told that there
was a fortune to be made in horses decided to purchase one and enter it in
the races. At the local auction, however, the going price for a horse was so
high that he ended up buying a donkey instead.



 He figured since he had it, he might as well go ahead and enter it in the
races, and to his surprise the donkey came in third. The next day the local
paper carried this headline: "Pastor's Ass Shows."


 The pastor was so pleased with the donkey that he entered it in the race
again, and this time it won! The local paper read: "Pastor's Ass Out Front."


 The bishop was so upset with this kind of publicity that he ordered the
pastor not to enter the donkey in another race. The next day, the local
paper read: "Bishop Scratches Pastor's Ass".


 The bishop was fit to be tied! He ordered the pastor to get rid of the
donkey. The pastor decided to give it to a nun in a nearby convent. The
local paper, hearing the news, posted this headline the next day: "Nun Has
Best Ass in Town."


 The bishop fainted. He informed the nun that she would have to get rid of
the donkey, so she sold it to a farmer for ten dollars. The next day, the
paper read: "Nun Sells Ass For $10.00."


 After the bishop was revived, he ordered the nun to buy back the donkey and
lead it to the plains where it could run wild. The next day the headlines
read: "Nun Announces Her Ass Is Wild and Free".


 The bishop was buried the next day.



2009/12/12 <jku...@yahoo.com>

>
>
> Sungguh sulit untuk menjadi apa yg disebut sebagai diri kita sendiri.
> Bayangkan kita lahir bak seputih kertas tanpa ada goresan sedikitpun. Lalu
> kita tumbuh dengan goresan sana sini penuh hati2 oleh orang tua kita,
> terkadang ada juga orang tua yg ceroboh untuk menggores apa saja.
>
> Sehingga kertas putih pun berubah, goresan2 pun membentuk gambar2 yg samar2
> dan juga ada yg utuh jelas karena digambar dengan hati2 serta detail.
> Gambar2 yg jelas ini memberi kita watak, pribadi yg akan menjadi diri kita.
>
> Dalam perjalanan waktu goresan2 akan semakin banyak dan semakin terpola
> dengan jelas. Apa gambar2 ini lebih berhaluan keras, halus ataupun
> naturalis.
>
> Sampai titik ini kita menggambar apa yg kita mau gambar. Kita menggores
> sesuai lingkungan dan pengalaman yg kita jumpai.
>
> Semua goresan, pola, gambar adalah diri kita. Apakah kita bisa mengatakan
> bahwa ada bagian2 tertentu dari gambar bukanlah diri kita sebenarnya? Atau
> hanya mengakui masa2 tertentu saja? tidak! kertas itulah kita dengan segala
> goresan, noda dan gambar.
>
> Note: kalo ikut WS pak JT, berpotensi tidak jadi diri kita dunk. Hehehe
>
>
> Salam,
>
>
>

Kirim email ke