Iya ada partner saya punya pabrik Zeolite ikut
kerendam! Secara emosional itu makanya saya nggak beli
ENRG (anak perusahaannya Lapindo =Operator
/Kontraktor).



--- TerryAstradika <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> satu minggu lalu saya jalan2 (wisata?) ke area
> lapindo ini, kebetulan dekat lokasi tempat saya
> kecil dulu, nah! dari hasil pengamatan saya kemarin
> adalah spt ini:
>   1. cost habis dipakai utk ngurug tanggul (seperti
> ongkos truk, traktor, buruh, keparat eh..maaf aparat
> yang berjaga-jaga -- polis&tentara)
> 2. berbincang dengan wong cilik yg tanah+rumahnya
> udh tenggelam, ternyata utk 20% GANTI RUGI saja
> MASIH PROSES -- ybs belum dibayar juga, padahal udah
> ga punya apa2 sekarang, tinggal kenangan --, apalagi
> yang 50% ganti rugi..
>   3. tanggul genangan lumpur nambah terus, kakak
> saya yang nganterin saya ke kec.mindi, kaget karena
> ternyata udah muncul tanggul baru, tinggi tanggul
> 11,5m dan lebar 3mtr
>   4. sungai porong utk mengalirkan lumpur ke laut,
> ternyata lumpurnya keburu ngendap diem di tempat,
> masalah baru adalah kalu di daerah hulu sungai hujan
> deras, bisa dikatakan daerah yg sungainya sudah
> mengendap lumpur akan kebanjiran, lumpur yang
> mengendap diibaratkan sbg tanggul yang akan menahan
> air sungai, bila meluap akan meluber ke daerah
> sekitar sungai --> akan muncul waduk baru, waduk
> porong mungkin nanti namanya..
>   5. beredar isu di sana bahwa sebenarnya ini HANYA
> DIJADIKAN PROYEK baru oleh si pengusaha (ga tau
> pngsh yang mana), yaitu PROYEK TANGGUL LUMPUR
>   6. dari BBRP TITIK GAS ALAM yang ada, hanya satu
> titik ini saja yang memang gagal -- ya yang lagi
> santer dan bikin musibah itu sekarang --, LAINNYA
> SUDAH BEROPERASI sampai sekarang
>   7. 3 Kecamatan udah tertutup lumpur, sisa yang
> belum (krn pasti akan bertambah luapan lumpurnya),
> sudah tinggal puing2 saja, banyak ubin keramik+batu
> batanya diambil oleh warga setempat, krn hanya itu
> yang tersisa.
>   8. Kecamatan lainnya, apabila ga kena banjir, ya
> nunggu ambles aja, soalnya jalan2 di sekitar desa
> sdh bbrp yang ambles.
>    
>    
>   kalu anda baca yang hurufnya besar2, ternyata cost
> yang dikeluarkan ENRG belum maksimal atau bahkan
> cenderung tidak ada niat utk mengeluarkan cost
> besar2 dikarenakan masih ada pentolannya yg berkuasa
> di jakarta.
>    
>   menurut pendapat saya:
>   kalau memang serius mau bantu rakyat yang
> tanah+rumahnya+mata kerjaannya sudah hilang, kenapa
> ga bedol deso saja 3 kecamatan? kasih uangnya ssi
> ganti rugi, gak usah buat2 tanggul lagi, toh nambah
> terus tanggulnya, abis duit pula buat ongkos
> BBM+buruh+aparat, nyatakan saja sebagai waduk
> lumpur.
>    
>   sepanjang pengamatan saya, warga di sana asal
> diganti duit, mereka ikhlas dan nerimo kok, toh mo
> ngapain juga di sana, kalu ada duit tinggal pindah,
> wong yang sekarang diisukan daerahnya mo
> ambles+banjir, warganya tenang2 aja, malah ada lagi
> kerja bakti bangun riol di depan rumah masing2,
> ditanya "Apa gak takut kalu tanahnya ambles/banjir?"
> dijawab "yang itu kan belum terjadi mas, sekarang ya
> nikmati aja yang ada....", pasrah sekaligus
> nrimo..itulah watak kita orang indonesia, sehingga
> gampang dikibuli ama ""orang jakarte""..
>    
>   KESIMPULAN:
>   1. ENRG utk saat ini masih aman dan nyaman
> menikmati profit dr bbrp titik gas yang sudah
> beroperasi di sana.
>   2. GANTI RUGI masih PROSES!!! masih lama...nunggu
> semuanya pada lupa ngkalie.. atau nunggu di-state
> menjadi bencana nasional (banjir+ambles/longsor),
> kalu force major berarti ENRG tidak ada beban utk
> mengganti ya..? bener opo salah?
>   3. ada proyek baru yaitu PROYEK TANGGUL LUMPUR
>    
>   sori panjang..
>   cmiiw
>    
>   
> Andrew wijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>             Medco tidak ada saham di ENRG, yg benar
> cucu ENRG joint dgn anak si MEDCO tapi itu sudah
> dijual oleh MEDC sehingga masalah Lapindo Brantas
> sdh tidak ada urusan dgn MEDC (meski BAPEPAM tidak
> memberi persetujuan) krn nilai Lapindo yg dimiliki
> MEDC tidak material, sedang ENRG masih digantung
> BAPEPAM, tapi secara akuntansi nilai kerugian
> Lapindo yg mesti ditanggung ENRG-pun tidak
> signifikan krn secara akutansi Lapindo yg menjadi
> milik ENRG juga telah dijual rugi oleh ENRG ke
> Minarak (milik Kel. Bakrie juga), BAPEPAM tidak bisa
> menolak divestasi ini apabila RUPS telah menyetujui
> pemisahan ini. Masalah divestasi Lapindo cuma
> masalah waktu saja, apabila sudah hari H sudah
> barang tentu investor akan membeli ENRG dilevel
> 2000-an. Kalo melihat ENRG hanya dari laporan
> keuangan saat ini, sya beranai memastikan para
> investor sampai matipun ngak pernah ketemu rumusnya
> seperti halnya BRPT dgn buku spt saat ini termasuk
> juga bila telah digabung dgn Chandra Asri juga tidak
> bakal
>  ketemu. Juga bukan krn "Connering" semata, tetapi
> masalah "mimpi" masa depan perusahaan. Perlu saudara
> ketahui ENRG masih memiliki beberapa blok minyak yg
> belum dikelola samahalnya dulu ketika BUMI banyak yg
> mengatakan mustahil tetapi hari ini BUMI telah
> menjadi blue chip, siapa yg berani menyatakan
> samapah seharga puluhan perak spt BUMI akan menjadi
> hit seperti hari ini. Anda boleh bilang hal ini gila
> dan mimpi tetapi seorang sukses harus membuat mimpi
> yg belum dapat dibayangkan orang seperti mimpi om gw
> yg ngak kenal gw si Buffet yg sekrang sudah kaya
> raya itu. 
>    
>   Salam,
>    
>    
>   Andrew
>  
>   2007/11/12, herman ardiyanto
> <[EMAIL PROTECTED]>:             ada yang
> punya q4 forecasted medc?
> 
> hari ini sektor mineral dan minyak foreign net di
> inco & medc
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> 
>                          
> 
>  __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
> protection around 
> http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke